19

5.8K 432 19
                                    

Hari ini Zeefan melakukan pekerjaanya dengan sangat semangat. Bagaimana tidak? Tentu dia semangat apalagi sudah mendapat ciuman dadakan dari istrinya yang dulu sedingin kuklas pintu 10 itu. Rasa salting masih bertahan hingga sekarang. Hingga membuat Zeefan terkadang senyum-senyum sendiri bagaikan orang yang kurang waras. Pipinya terasa panas dan rahangnya pegal karena terus tersenyum. Hingga tak sadar kini sudah memasuki waktu makan siang.

"Udah waktunya makan siang. Gua dateng ke tempat Marsha boleh ga ya? Tapi dia mau kagak makan bareng sama gua?" Pikir Zeefan. Lalu dia coba menanyakan kepada Marsha, apa boleh Zeefan datang ke sana? Tak menunggu lama Marsha menjawab, boleh.

Zeefan meminta salah satu pegawainya untuk menyiapkan makanan yang akan Zeefan bawa ke tempat Marsha. Sambil menunggu dia menyiapkan diri dengan merapikan bajunya di depan cermin kamar mandi. Mau ketemu istri harus berpenampilan rapi bukan? Apalagi dia akan datang ke tempat orang yang Fashionnya tinggi.

"Udah rapi, udah ganteng. Hah! Hah!" Zeefan mengecek bau mulutnya, memastikan bahwa tetap tak berbau. Selesai merapikab baju, Zeefan mengambil makanan yang sudah siap. "Saya keluar dulu ya. Jagain resto, nanti saya kembali lagi," pamit Zeefan.

"Siap bos!" Jawab pegawai Zeefan.

Mobil Zeefan membelah jalanan yang cukup padat siang ini. Apa mungkin karna jam makan siang, banyak orang yang keluar untuk mengisi perut mereka masing-masing. Zeefan dengan sabar mengendarai mobilnya hingga sampai ke tempat gedung pemotretan Marsha.

Zeefan memasuki gedung itu sesekali menjawab sapaan beberapa orang yang memang sudah mengenalnya. Zeefan masuk ke dalam life dan menekan nomor 3. Marsha telah memberi taunya kalau tempat pemotretannya berada di lantai 3. Sampai sana dia bertemu dengan Indah, Manager Marsha.

"Eh, udah sampai Zee."

"Iya barusan aja sampai. Tempat Marsha dimana kak?" Tanya Zeefan. Dia memang sudah tau lantai berapa, tapi tidak tau dimana ruangannya.

"Ayo ikut gue." Zeefan mengikuti Indah yang memasuki salah satu ruangan yang dalam nya sangat luas dan banyak orang di sana. Terlihat Marsha masih bergaya dengan anggun di depan kamera yang sesekali memancarkan kilatan cahaya. Zeefan tersenyum melihatnya.

"Dia hari ini beda banget. Lebih ramah daripada biasanya. Pancaran dari dirinya juga keliatan lebih cerah," ungkap Indah.

"Iyakah. Bagus kalau kayak gitu," balas Zeefan. Dia mengikuti Indah yang duduk di sofa yang tersedia, lalu meletakkan paper bag berisi makanan di atas meja.

"Denger-denger, Marsha kemarin sakit?" Tanya Indah.

"Iya kak, Demam."

"Sakit karna lo ya?"

"Lah kagak. Kok gua lagi yang disalahin."

"Bukan nyalahin, cuma nebak aja."

"Hadehh, salah mulu," keluh Zeefan yang membuat Indah terkekeh.

"Marsha rewel ya waktu sakit?"

"Ya mayanlah," jawab Zeefan.

"Zee--jagain dia terus ya. Dia gitu-gitu sayang tau sama lo," ungkap Indah.

"Ah masa?!" Tanya Zeefan karena tak percaya.

"Dih, seriusan tau. Lo ga tau ya?" Indah memperhatikan Marsha yang masih sibuk bergaya, sepertinya lak lama lagi selesai.

"Dia cuma cerita ke gue tentang kisah percintaanya dan juga perasaannya ke elo. Dia ga pernah ngungkapin ke elo karna dia malu. Gengsinya gedhe."

"Emang dia cerita apa aja ke elo?" Kepo Zeefan, sambil duduk lebih dekat dengan Indah. Dia benar-benar ingin tau.

"Lo berhasil Zee. Dia cinta sama lo."

"HA? Yang bener, ga usah boong deh."

"Seriusan, buat apa gue boong? Dia emang udah suka sama lo. Awalan emang dia ga ada rasa, tapi karna perlakuan lo yang manis kata dia, buat dia perlahan suka sama lo. Tapi karna gengsi dan rasa kesalnya kenapa harus secepet itu disuruh nikah, jadi Marsha bersikap kayak gitu. Dia sebenernya ga mau terburu-buru buat nikah. Karna takut kalau percintaanya kayak dulu. Contohnya seumpama ternyata rasa cinta itu ga lama dan kalian saling berubah sifat lalu hubungan kalian berakhir kan ga enak, Marsha ga mau kayak gitu. Dia ga mau buru-buru nikah, tapi dari orang tua malah nyuruh dia buat cepet-cepet nikah," jelas Indah.

"Emangnya siapa orang yang jadi pacar pertama Marsha dulu kak. Gua udah tau cerita masa lalu Marsha dari bang Refaldo, tapi dia ga nyebut siapa orang itu. Lo tau ga siapa orangnya?" Tanya Zeefan. Ras ingin taunya sangat tinggi setelah mendengar cerita dari Refaldo dulu. Dan sepertinya Indah bisa sebagai sumber jawaban dari pertanyaanya.

"Lo yakin pengen tau?" Zeefan mengangguk.

"Tapi setelah ini gue harap lo harus bisa jagain Marsha lebih lagi. Setelah ini juga gue harap hubungan kalian harus lebih baik lagu jangan sampai goyah. Jadi lo pengen tau siapa dia?"

"Iya kak, buruan ke intinya jangan bikin gue kepo," pinta Zeefan tak sabaran.

"Orang itu adalah...Refaldo. Dia adalah mantan Marsha. Yang ngebuat Marsha jadi dingin gitu ya Refaldo. Gimana nggak? Marsha udah sayang banget ke dia, tapi justru dia malah nikah sama kakaknya sendiri," ungkap Indah. Zeefan yang mendengarnya setangah tak percaya. Fakta yang sangat mengejutkan. Jadi selama ini kakak iparnya adalah mantan dari istrinya? Dan yang ngebuat Marsha jadi dingin adalah Refaldo.

"Lo serius kak? Ga boong?"

"Nggak Zeefan. Marsha cerita semua ke gue. Gue harap hubungan lo sama Marsha tetep baik, walaupun lo hidup satu atap dengan mantan Marsha."

"Kak...Marsha apa masih nyimpen rasa ke Refaldo?" tanya Zeefan. Dia takut ternyata diam-diam Marsha masih mencintai mantannya itu.

"Nggak. Kalau lo berpikir Marsha masih ada rasa jawabannya, nggak! Tapi Marsha sedikit dendam dengan kejadian itu. Tapi dia bener ga ada rasa kok. Justru sekarang yang dia suka kan lo, suaminya," jelas Indah.

"Setelah ini gue harap lo turutin apa yang gue kata, jagain dia baik-baik ok?"

"Seru banget ngobrolnya," kata Marsha yang berjalan ke arah mereka. Dia sudah selesai dengan pemotretannya dan akan menyantap makan siang.

"Ah, nggak. Cuma ngobrol biasa aja," jawab Indah.

"Minggir aku mau duduk." Marsha meminta Zeefan untuk bergeser dan mengambil duduk di tengah-tengah mereka.

"Dia sebelah aku masih kosong lho Sha," kata Zeefan.

"Aku maunya duduk di sini. Kenapa ga suka?" Tanya Marsha dengan tatapan penuh selidik.

"Nggak kok hehhe...."

"Kamu mending ganti baju dulu deh Sha biar ga riwuh," saran Indah.

"Nanti aja kak. Aku udah laper," jawab Marsha.

"Aku bawain makan dari restorant tadi. Buat kak Indah juga ada, dimakan gih," kata Zeefan sambil mengeluarkan makanan dari paper bag.

"Kamu udah makan?" Tanya Marsha.

"Belum. Aku ke sini mau makan bareng kamu," jelas Zeefan.

"Oh gitu. Kalau gitu suapi aku dong," pinta Marsha.

"Makan sendiri kan bisa Sha," sahut Indah.

"Aku cape. Tadi abis pose-pose gitu ngeluarin banyak tenaga. Jadi sekarang aku cape," jawab Marsha banyak alasan.

"Eleh, bilang aja emang pengen minta disuapin Sha. Tuh Zee, suapin sana istri manja lo. Gue mau ke toilet bentar," pamit Indah.

"Nih, buka mulutnya." Marsha menerima suapan dari Zeefan. Kakinya diayun-ayun bertanda senang dengan rasa makanan yang dia makan.

"Kamu juga makan," kata Marsha dengan mulut penuh.

"Iya, nih aku juga makan." Zeefan menyuapkan untuk dirinya sendiri lalu untuk Marsha juga.




















Jadi pengen disuapin juga.

Dah gitu aja maap buat typo.

SUPERMODEL [END]Where stories live. Discover now