Part 54

21.7K 1.8K 113
                                    

⚠️ Perhatian ⚠️


Dimohon untuk berhati-hati karena banyak adegan kekerasan.
Ambil yang baik, buang yang buruk.

~~~ Selamat membaca ~~~


________


Kembali ke cerita dimana Hirana masih berada di tempat itu.

Saat itu, ia tertangkap. Hirana sudah tidak bisa kemana-mana. Orang-orang itu, bagaimana ya harus menjelaskannya.

Karena Hirana merupakan orang satu-satunya yang tertangkap, membuat mereka melampiaskan semua amarahnya pada Hirana yang sempat berusaha kabur. Apa yang orang-orang itu lakukan?

Hirana dipukuli habis-habisan, ditendang, dijambak, kepalanya beberapa kali dibenturkan ke arah dinding, ia digampar, bahkan ada beberapa perlakuan tidak senonoh, kemudian ia dipukuli lagi. Hirana sudah berada di ambang batasnya. Kepalanya pusing, seluruh tubuhnya terasa sakit. Rasanya ia ingin sekali memuntahkan seluruh isi perutnya. Ia bisa merasakan rasa darah di sela-sela mulutnya. Ia benar-benar tidak sanggup lagi, Ia tidak bisa memberontak atau pun melawan. Ia juga sudah kalah jumlah. Ia hanya bisa berteriak-teriak kesakitan.

Tak lama, terdengar laporan dari salah satu anggota mereka bahwa ada 2 orang yang kabur.

“DUA ORANG BERHASIL KABUR. SIALAN. CEPET KEJAR, MEREKA PASTI NGGAK BAKAL BISA KABUR TERLALU JAUH” ucap salah seorang disana.

Kemudian orang yang lainnya tiba-tiba melirik ke arah Hirana.

“SIALAN. INI GARA-GARA LO. TEMEN-TEMEN LO KABUR TUH” teriaknya tepat di muka Hirana.

PLAKK. Ia digampar lagi dan lagi.

Hirana ditampar sekencang mungkin, hingga suaranya terdengar ke seluruh ruangan.

Secara otomatis kepala Hirana tertoleh mengikuti arah tamparan. Pipinya benar-benar memerah. Hirana merasakan sakit yang membuat pipi dan wajahnya terasa nyut-nyutan.

Setelah adanya laporan mengenai dua orang yang kabur, tindakan mereka semakin menjadi-jadi (beberapa tidak diceritakan demi kenyamanan bersama karena terlalu kejam).

"Amp….un lepas…in.. saya" lirih Hirana. Matanya memerah dan kepalanya dipenuhi darah.

Namun, bukannya berhenti mereka malah memprovokasi.

"Nggak bakal ada yg nolongin lu, bodoh banget bisa-bisanya rela ngorbanin diri buat temen-teman lu itu. Eh bukan ngorbanin deh, emang lu nya aja beban. Kita disini tau kok latar belakang lu. Bos udah ngasih tau hal-hal yang bisa bikin lu tambah trauma. Kita udah selidikin. Siapa tuh namanya Ash ya. Hahahaha. Nggak bakal si Ash-Ash tu nolongin lu. Lu siapa? Bukan siapa-siapa hahaha"

Hirana hanya bisa berteriak sambil memohon ketika mereka terus melanjutkan penyiksaannya pada Hirana. Pandangannya sudah mulai menggelap. Dari kepalanya terlihat darah segar yang masih mengalir, begitu pula dari berbagai sisi tubuhnya, lebam, luka, darah, rasa sakit semuanya muncul membuat Hirana merasa ia sudah berada di ambang batasnya. Tidak hanya luka fisik, badannya yang gemetar hanya dengan mendengar perkataan orang-orang itu dan meningkatnya rasa takut yang dimilikinya menandakan bahwa hal itu sudah berpengaruh pada mentalnya. Rasa trauma, apakah itu kata yang tepat? Yang jelas saat ini ia yang sedang kesakitan merasakan rasa ketakutan yang luar biasa. Belum lagi siksaan yang tidak selesai-selesai.

Penampilan Hirana sudah tidak tau lagi seperti apa, ia berteriak-teriak meminta tolong menangis hingga matanya sembab, tapi tidak ada yang bisa menolongnya di situasi ini. Ia berharap agar segera pingsan secepatnya. Ia tidak kuat. Namun sayangnya kesadarannya masih bertahan.

My Handsome Ashtara [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora