35. Perkara mangga

33.1K 3.4K 1.4K
                                    

Ambang pintu ndalem terlihat Rahima menatap kearah keduanya, Anatari terlebih dahulu mengalami, begitupun Baya. Memang tidak mudah menerima seorang Ibu tiri, etika kepada orang tua tetap tidak boleh di lupakan. Tidak ada Ainun, maupun Azra wanita itu benar-benar menyambut sendirian.

"Assalamualaikum Ummi." keduanya memberikan salam.

"Wa'alaaikumsalam warahmatullah... Anatari ummi dengar, kamu tengah mengandung ya?" itulah kata yang Rahima ucapkan.

Anatari mengangguk.

Tanpa di duga wanita itu memeluknya, "Selamat nak... jaga kandunganmu dengan baik, Baya juga jangan kebanyakan bertengkar." perubahan sikap drastis dari Rahima membuat Anatari merinding, sungguh.

Baya pernah mengajarkan, bahwasanya semua manusia jahat pasti karena sebuah alasan, bukan berarti mereka tidak memiliki sisi baiknya. Mungkin inilah waktu bagi Anatari melihat sisi baik dari Rahima.

"Kenapa hanya diam, masuklah. Ummi sudah membereskan kamar kalian, hari ini ada acara kajian Ummi duluan ke masjid ya kalian istirahat saja." setelah berpamitan, Rahima pun pergi dari hadapan mereka.

Pasutri itu masuk beriringan, Baya memegangi tas besar berisi pakaian miliknya juga Anatari. Kamar bernuansa hitam putih itu akhirnya mereka pijak kembali, hendak menidurkan diri diatas ranjang pergelangan tangan kanan Anatari di tahan.

"Bersih-bersih terlebih dahulu," ucap Baya memberi tahu.

"Males mandi, pengen tidur, duh pinggangku pegel banget, aduh ketekku masih wangi, aduh kaki ku keram banget." Anatari terus saja mengeluh.

Membuat suara kekehan ringan terdengar, "Banyak alasan, mandi Anata masa mau saya mandikan nih?" tawar lelaki itu tidak main-main, membuat Anatari bergidik ngeri.

Lemparan bantal guling di tangkap oleh Baya dengan gesit, Anatari memang selalu seperti ini ketika sedang salah tingkah, tubuh lelaki itu mulai mendekat kearah istrinya.

"Kemarilah, jika kamu malas mandi setidaknya ganti pakaian." dia mengulurkan tangan kanannya, membantu Anatari untuk berdiri.

Wanita itu mendengus sebal, tidak ada pilihan lain. Selain menuruti apa kata Baya, "Jangan menjadi orang malas, malas bisa membuatmu menjadi seorang fakir. Setidaknya jika kamu memang malas, lakukan yang kamu bisa saja." nasihat lelaki itu.

"Bawaan bayi kayanya, salahin anakmu coba." elak Anatari, dia tidak suka disebut malas.

Baya terkekeh, "Anata, hendaklah lembutkan hatimu mas memberikan nasihat agar kamu tidak melakukan hal yang salah,"

"Iya deh, udah ah sana mandi aku mau ganti baju!" Anatari mendorong tubuh suaminya.

"Gak mau mandi bareng?" Baya mulai menggoda manusia sensi ini.

"GAUSAH MULAI!"

"Ayo mandi bersama." ajak Baya.

"Gue aduin bapak lo ya!" sengitnya.

"Hust... Bahasa kamu Ning."

"Ya habisnya, udah deh sana mandi!" usir Anatari, mengibaskan tangannya.

Tidak mendengarkan lelaki itu malah berjalan kearah istrinya yang tengah mencari baju ganti, kedua tangannya ia lingkarkan di perut rata Anatari. Pelukan dari arah belakang ini memang sering Baya lakukan, Anatari tidak mengindahkan. Ia sibuk mencari pakaian yang cocok untuk dikenakan hari ini, dengan mengobrak-abrik lemari.

"Kamu tahu gak, kenapa Idzhar Halqi itu artinya jelas?" Baya bertanya.

"Hm.. enggak." jawabnya acuh.

"Karena kalo artinya, aku cinta kamu karena Allah, itu ana uhibbuki fillah." bisik Baya tepat ditelinga kananya.

Bimalara Cinta (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now