2. Perkara Wudhu

46.2K 4.6K 362
                                    


"Cinta, tidak akan membuat perut kamu kenyang. Jadi, jangan berharap semua orang bisa mencintai kamu."

Bayazid Asad Dizhar.

*

*

*

ANATARI kembali di rias oleh MUA, acara pernikahan di gelar cukup meriah

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

ANATARI kembali di rias oleh MUA, acara pernikahan di gelar cukup meriah. Gaun pengantin berubah, menjadi kebaya dengan hijab syar'i menutup dada. Sesekali ia melirik kearah Baya yang tengah duduk di pelaminan, terlihat sangat tenang. Beberapa kali juga menyambut tamu, dengan ramah.

Kecuali, kepada perempuan. Itulah yang se dari tadi Anatari amati. "Nina, gue boleh nanya gak?" Sebelum berdiri, menuju pelaminan. Adik kandung Balqis itu mengangguk, usianya sekitar 15 tahunan.

"Arep takon apa Mbak?"

"Itu, Gus Baya normal gak sih?" Tanya nya setengah berbisik, takut keluarga Baya datang tiba-tiba. Apalagi Adiknya, Ainun yang menyebalkan.

Nina menatap kearah Anatari sesaat, "Mesthi wae Mbak, kok nanya kayak gitu?" Mau bagaimana pun, Baya seorang yang di hormati banyak orang.

"Galak, jutek sama cewek. What, apa jangan-jangan. Dia Gay? OMG, belok dong gak lurus!" Anatari terlihat heboh sendiri, kemudian berdiri dari duduknya bercermin sejenak mengamati penampilannya.

"Malangnya nasib cewek cantik ini." Jari telunjuknya mengarah ke arah cermin, menunjuk dirinya sendiri.

Terdengar suara tawa ringan, Nina menertawakan kelucuan dari Anatari. Sejak tadi memang sangat heboh, belum pernah selama hidup di lingkungan pesantren menemukan manusia spesies seperti Anatari ini. Mood nya bisa berubah dalam beberapa menit.

"Normal Mbak Gus Baya tuh, emang kalau sama perempuan beliau tidak ramah."

"Sama Ainun?"

Nina menggeleng, "Jangankan sama Ning Ainun, sama saya saja tidak pernah tersenyum."

Separah ini, tapi ada bagusnya juga tidak friendly bukan. Kemudian mereka berjalan menuju pelaminan, dengan tangan Anatari di gandeng. Semua orang serentak menolehkan pandangan, Anatari terlihat sangat cantik, tidak bisa dipungkiri semua terpaku kepada kecantikannya. Baya ikut menyapa, tidak terlihat tertarik sama sekali.

Benar-benar datar, Anatari kemudian duduk di kursi pelaminan sebelah Baya. "Jangan deket-deket!" Ketusnya, padahal ia sendiri yang baru saja duduk.

Bimalara Cinta (Sudah Terbit)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant