34. Always together

34.9K 3.7K 1.3K
                                    


Makan tahu pake toge, mari berhalu terlebih dahulu^^

Kangen aku gak? Ketik angka 1 kalo kangen aku😁😁

***

"Bersama saya, inner child kamu akan terobati."

- Bayazid Asad Dizhar.

Tubuh Anatari terbaring diatas kasur beberapa menit lalu matanya tertutup rapat, kebanyakan menangis berakibat merasakan kantuk berat. Punggung tangan senantiasa dielusnya penuh kasih, agar perasaan Anatari menghangat, sehingga tidak merasa sendirian.

Tok...Tok...Tok

Sesosok pria berdiri diambang pintu kamar sedikit terbuka, Baya mengetahui siapa yang datang, menutupi sebagian tubuh Anatari dengan selimut.

"Masuklah, Abah." beberapa saat kemudian, mempersilahkan Kyai Asad memasuki kamar.

Pria berpeci putih itu mendapati putranya, juga menantunya yang sedang terlelap tidur. "Apakah Abah menganggu kamu?" ucap Kyai Asad merasa tidak enak.

Baya menggelengkan kepalanya.

"Kemari Abah, duduk diatas sofa. Ah iya saya hampir melupakan sesuatu," lelaki itu meraih tangan kanan sang Ayah, mencium punggung tangannya dengan lembut, mereka selalu seperti ini walau sering bertemu.

Kyai Asad kemudian duduk diatas sofa, berhadapan langsung dengan Baya.

"Putraku Baya pulanglah kembali bersama istrimu, tugasmu disini sudah selesai, biar Abah yang menetap untuk beberapa bulan." penuturan Kyai Asad.

Baya tidak bisa menutupi rasa senangnya, "Hukuman saya sudah selesai?"

"Iya, pihak Gandra sudah kalah, Abah jamin lelaki itu tidak akan berani menemui kamu."

Pergengarakan bersama Gandra kala itu membuat Baya harus menerima hukuman ini, tanggung jawab yang seharusnya tidak dirinya ambil. Anatari tidak mengetahui apapun perihal pertengkarannya dengan Gandra, Baya harap sampai kapanpun Anatari tidak mengetahuinya, pasti akan menganggu pikiran.

Kyai Asad menepuk bahu putranya dengan lembut.

"Itu sebabnya Abah memilih kamu untuk menikahi Balqis daripada Bimalara." topik pembicaraan seketika berubah, atensi Baya teralih sepenuhnya kepada sang Ayah.

"Mengapa jadi membahas Almarhumah Balqis?" suara Baya terdengar agak ketus.

Tatapan pria itu mengarah pada putranya, "Bimalara tumbuh dalam lingkungan yang berbeda dengan kita Nak, pergaulan, bahasa, kenalan, masalahnya akan menjadi dampak buruk untuk kamu." ucapan Kyai Asad tidak ada salahnya, namun tidak bisa pula dibenarkan.

Baya mengepalkan tangannya erat, tidak terima dengan ucapan sang Ayah.

"Jangan salah paham putraku Baya, memang pertumbuhan Bimalara dalam lingkungan yang salah, itu karena kesalahan Abah dan Ummi Aisyah. Sejujurnya jika Balqis masih ada, Abah lebih memilih Balqis daripada Bimalara."

"Abah, saya tidak mau menjadi anak kurang ajar. Namun, sepertinya percakapan kita cukup sampai disini." ucap Baya tidak tahan lagi.

Bimalara Cinta (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now