4. Keluarga Baya

41.7K 4.4K 391
                                    

"Ternyata, definisi keluarga itu memang menyakitkan. Walaupun, berada di tempat berbeda."

Anatari Bimalara

*

*

*

*

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





SARAPAN pagi ini dihidangkan dengan berbagai macam makanan berbeda, tempe, tahu, semur ikan, kerupuk putih, juga ada ayam kecap. Anatari datang bersama Baya, dapur ndalem terlihat begitu luas, di tengah-tengah dapur terhalang oleh tembok, ada meja makan khusus tempat keluarga ndalem makan bersama.

"Selamat Pagi, Abah, emm...Tante?" Sapa Anatari berusaha ramah, disana ada wanita paruh baya yang menegurnya 3 hari lalu saat dirinya baru saja sadar.

"Pagi Nduk, panggil saja Ummi. Ummi tidak mau menyapa balik menantu?" Mendapat teguran secara tidak langsung, Rahima menatap kearah Anatari yang mengenakan stelan baju, rok juga potongan kaus lengan panjang.

Kedua sudut bibirnya sedikit tertarik membentuk sebuah senyuman, terpaksa. "Pagi menantu Ummi." Sapaan balik terdengar, kurang ramah itu membuat Anatari sedikit kikuk.

Baya duduk tepat di samping Kyai Asad, yang duduk di kursi utama. Seberang Rahima, sedangkan Anatari duduk disebelah Baya. Kursi barisan Baya ada di sebelah kanan, kosong ada sekitar tiga kursi tidak terisi. Sedangkan kursi jajaran sebelah kiri berisi, Rahima, Ainun, juga Azra.

"Gus Baya, kamu dan Ning Anatari tidur seranjang?" Tanya Rahima menatap kearah Baya yang hanya diam saja.

"Apa pertanyaan seperti itu sopan?" Suara berat milik Baya terdengar, ia menatap lurus kearah Rahima kemudian. Seperti, tatapan tidak suka yang begitu kentara, Anatari saja menyadari tatapan Baya seperti apa sekarang.

Suasana ruangan ini terasa menghimpit, rasa canggung ditengah-tengah orang tidak ia kenali. Membuat Anatari merasa ingin pulang.

Rahima berdehem sesaat, "Barangkali saja kalian tidak tidur seranjang, kalian suami istri kan. Ya, walaupun Anatari ini hanya pengganti. Tidak apa Nak, berusaha lah senyaman mungkin disini." Katanya diakhiri senyuman manis.

Baya menatap Rahima dengan tatapan tajam. "Jangan berani menghina istri saya." Teguran dengan suara pelan.

"Astagfirullah Le...Ummi gak hina istrimu, Ummi malah senang, kalian bisa langsung akrab. Abah sepertinya, kita akan segera mempunyai Cucu." Rahimah tersenyum bahagia, menyentuh pergelangan tangan Kyai Asad kemudian.

Bimalara Cinta (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now