12. Upaya

38.8K 4.7K 4.4K
                                    


Pusing ya sama alur ceritanya?

Mari menikmati hal yang tidak muncul dari bab awal.

Gimana kabar kalian?

Sekarang updatenya ditarget ya, setiap tembus 2k komen aku update besoknya atau lusa.

Berhubung kemarin aku lagi gak baik-baik aja, malem ini sebagai gantinya ya.

Gini aja deh, kalo tembus 2-3k komentar per bab, aku rajin update. Rencana mau Hiatus, tapi kalo kalian antusias gajadi.

Mohon kerja samanya, yang gak terima aturan baru ini gapapa^^







~~~









"Iya Ayah, Abang janji bakalan jaga Anatari. Jangan khawatir ya."

Anatari menyeka air mata yang terus mengalir, sangat sakit harus menangis tertahan seperti ini. Mendengar kata anak pungut ia langsung berlari kedalam mobil, Baya fokus menyetir walau merasa tidak tega melihat Anatari, tanpa sadar tangan kirinya menggenggam tangan kanan Anatari.

"Menangis lah, jangan ditahan."

Dapat didengar, ada suara kekehan. "Seneng kan lo, liat gue ada diposisi kayak gini?" Anatari malah salah paham.

"Senang, apakah ada ekspresi senang diwajah saya?"

"Dari awal gue gak suka sama lo Bay! Lo cuman mau balas dendam kan nikahin gue, hari-hari berlalu jadi sebulan kemudian aja lo masih kejam. Aneh, gak berperasaan. Tiba-tiba ngajak ketemu dua cowok brengsek tadi, lo pasti sengaja kan mau buat gue menderita!" suara Anatari meninggi diiringi suara tangisan, dadanya bergemuruh hebat.

Terdengar suara helaan nafas, Anatari berusaha melepaskan genggaman tangan Baya. Lelaki itu semakin mengeratkan.

"Lepas, gue gak mau disentuh sama lo. Cowok yang gak pernah jatuh cinta, bahkan ngelirik gue sebagai istrinya!" Anatari meronta-ronta ingin dilepaskan, Baya malah semakin mengeratkan genggamannya.

"Bay, gue mau cerai boleh kan?"

Ckitttt

Baya mengerem mobilnya secara mendadak, untung saja jalanan sepi. Sebelum menyahut Baya menepikan mobil terlebih dahulu, kemudian menatap kearah Anatari yang masih menangis sesenggukan.

"Saya gak mau mendengar kata itu dari mulut kamu." wajah tanpa ekspresi itu dapat Anatari lihat dengan jelas.

"TERUS MAU LO APA BAY! GUE CAPEK!" rasanya sudah tidak dapat dibendung lagi.

"Coba lo pikirin lagi, ini aneh. Mana mau sih lo nikahin gue gitu aja, gimana kalo gue bunuh lo kayak bunuh Balqis? Bay, gimana kalo gue nabrak lo, gimana kalo gu-"

Jari telunjuk Baya menyentuh bibir mungil Anatari, membuat gadis itu berhenti berbicara.

"Kamu bukan orang yang seperti itu."

Anatari menepis jari telunjuk Baya dari mulutnya, "Percaya banget lo sama gue, disentuh aja gak pernah. Tidur berdua aja pake pembatas, ngebuktiin banget lo itu brengsek."

Bimalara Cinta (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now