27. Desa Manis

35.8K 3.5K 2.4K
                                    

Assalamualaikum 😁

Hehehe😁😁

Pagi-pagi sama si Udin, maapin..

Aku baru update setelah berapa abad ini?

Di bab 27-30 an lebih, latar tempat berubah di Jawa Timur ya!!

Menuntaskan kasus Bapak Anatari tuh siapa sih sebenarnya...



***








Dilarang nggawa kamera lan ponsel!

AREA ANTI KAMERA




Atmosfer aneh menyeruap tak kala menuju pesantren Al-Izhar yang terletak di perkampungan Jawa Timur, Desa Manis terletak di ujung perbatasan antara pulau Jawa dengan salah satu pulau terkenal di Indonesia. Gunung-gunung melingkar, pepohonan berbaris rapi.

Anatari menolehkan pandangan, saat mobil yang membawa dirinya juga Baya berhenti di palang utama Desa Manis. Keningnya berkerut bingung, atensi menatap kearah Baya yang hendak turun dari dalam mobil.

"Bay, kok berhenti di sini? Kenapa mobilnya gak masuk sampai ke dalam?" bingung Anatari.

Baya meraih tangan kanan Anatari, menggengam jari-jemarinya kemudian. "Kita harus turun Anata, desa ini tidak memiliki akses untuk mobil. Jalanan disini hanya cukup untuk kendaraan roda dua, berhubung pesantren terletak di ujung desa. Kita akan menaiki motor sebagai gantinya, lihat kearah sebelah kanan. Disana sudah ada motor saudara saya sengaja membawakannya untuk kita." Baya menjawab kebingungan Anatari.

"Aku baru pertama kali ke desa... Emang beneran gak boleh bawa ponsel?"

"Iya, ponsel kamu akan di sita oleh saya selama kita berada di sini." senyuman Baya membuat Anatari mendengus, jika tahu ujungnya akan seperti ini, lebih baik Anatari tidak ikut.

Hendak membuka pintu mobil, Baya menahan tubuhnya. "Sebentar, sebelum turun ada sesuatu untuk kamu."

Lelaki itu merogoh saku baju koko yang dikenakan, dapat di lihat ada kain berwana hitam berukuran kecil.

"Ini adalah kain cadar, untuk menjaga kamu dari pandangan para lelaki."

"Ngapain aku pake ini, engap ah gamau!" katanya terlihat kesal.

"Anata, saya tidak memaksa. Waallahi saya tidak ridho wajah cantik kamu di pandang oleh mata telanjang seorang lelaki. Kamu perempuan dari kota, perbedaan kecantikan mu akan menjadi pusat perhatian. Nurut ya sayang?" bujuk Baya dengan suara halus, begitu berhati-hati agar Anatari dapat menerima keinginannya.

Tanpa di duga Anatari mencondongkan tubuhnya, kemudian kepalanya sedikit tertunduk. Perlahan Baya memasangkan kain cadar berwana hitam, penuh kehati-hatian dengan debaran jantung berirama. Berdekatan dengan Anatari membuat reaksi tak biasa selalu muncul.

"Gimana aku cantik gak?" kini hanya kedua mata indahnya yang terlihat, Baya tidak berkedip.

"Bay, kok malah bengong ish!"

Bimalara Cinta (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang