Chapter 23

13.8K 1.4K 32
                                    

Rule No.23

"They won't understand your subtle words. You have to speak sarcasm to them."

***

Di sebuah mansion yang terbilang cukup besar, sebuah keluarga terlihat tengah berbincang di sana.

"Tiago, apa benar kau bertemu Jethro beberapa hari yang lalu?"

Tiago sontak menengok pada sang kakek yang bertanya. Sialan! Apa kakeknya itu mengawasi dirinya selama ini?! Bagaimana bisa dia mengetahuinya?!

"Bagaimana menurutmu anak itu sekarang?" Tanya sang kakek lagi.

Tiago berdecak dalam hati, ia tidak bisa lagi menyembunyikan tentang pertemuannya dengan Jethro. Ia tidak mau kesepakatannya dengan Jethro bocor. Masa depan sang kekasih ada ditangan pria itu.

"Dia sudah bukan anak-anak lagi kakek, dia sudah dewasa." Jawab Tiago pada akhirnya. Semoga saja kakeknya ini tidak bertanya lebih.

"Aku ingin bertemu dengannya kak!" Sahut Seena. Gadis itu terlihat begitu penasaran dengan anak yang dulu selalu ia ejek. Penasaran bagaimana dengan penampilannya sekarang. Apa bertambah jelek? Atau menjadi semakin menyedihkan?

"Tidak boleh." Tekan Tiago. Ia sangat-sangat mengetahui bagaimana perangai Seena. Gadis yang selalu dimanja itu hanya akan mengacaukan semua rencananya nanti.

"Memangnya untuk apa kau ingin bertemu dengannya? Untuk mempermalukannya? Mengejeknya? Atau merendahkannya? Ya ampun, aku benar-benar tidak habis pikir. Hei Tiago! Aku benar-benar lelah memiliki adik bermuka dua sepertinya, jadi aku akan mengizinkanmu untuk mengambilnya." Sahut Kai, kakak kandung Seena. Pria dengan kepribadian cuek juga pendiam, namun sekalinya berbicara yang dikatakannya hanya kalimat-kalimat pedas.

"Kai!" Peringat Michael ayah dari keduanya. Pria yang selalu memanjakan Seena dan benar-benar mengacuhkan anak pertamanya.

"Ya, ayah?" Balas Kai dengan senyum paksanya. Selalu saja seperti ini! Gadis berkepribadian ganda itu, ia benar-benar sangat membencinya.

"Hikss....mommy, kenapa kakak selalu seperti itu padaku?" Isak Seena di dalam pelukan sang mommy, Naomi namanya.

"Jangan menangis sayang, daddy akan menghukum kakakmu nanti." Ucap Naomi yang mencoba menenangkan sang anak kesayangan.

Kai yang mendengar itu mendelik sinis. Menghukumnya? Coba saja!

Gilleon yang sedari tadi memperhatikan, menghela napas melihatnya, "Kai, sejak dulu kau memang selalu berpihak pada anak itu, ya." Ucap Gilleon dengan tawa kecilnya.

Kai hanya diam tidak membalas. Sejak dulu ia selalu ingin berdekatan dengan Jethro, namun keluarganya selalu saja menghalangi dirinya. Benar-benar memuakkan.

"Benar! Apa kau tidak membencinya, nak? Dia yang mengambil kesempatanmu untuk menjadi seorang penerus." Sahut Michael membenarkan ucapan sang ayah.

Kai tertawa, benar-benar tertawa.

"Aku bukan kalian." Balasnya masih dengan tawa.

"Lagipula, title sebagai seorang penerus tidak akan pernah aku dapatkan mau siapapun yang menempatinya terlebih dahulu. Karena kalian tidak akan pernah membiarkannya sampa tuan Michael yang terhormat ini terpilih menjadi seorang penerus." Sinis Kai dengan berani.

Kenapa bukan Gilleon dan malah Michael? Karena kesempatan Gilleon untuk menjadi seorang penerus telah dimiliki oleh Gillmore. Lalu kenapa bukan Diego, Michael, Matthew, ataupun yang lainnya dan malah Jethro yang terpilih? Karena insting Valdemar yang mengatakannya. Insting kepemimpinannya mendorong untuk memilih Jethro yang bahkan belum terlahir pada saat itu. Hatinya sudah terkunci untuk memilih Jethro dan bukannya yang lain. Lalu kenapa tidak Gillmore saja yang memilih? Karena Valdemar masih hidup pada saat itu, jadi Gillmore belum sepenuhnya memegang kendali penuh atas kepemimpinan Romanova.

Game OverWhere stories live. Discover now