Detak 44 - Klip

205 18 2
                                    

Karena hapenya rusak, Fajar terpaksa beli hape baru yang biasa saja, keluaran China. Hari minggu menjelang siang, pukul setengah sebelas, Fajar tengah memantengi gawai barunya, tiba-tiba Doni menelpon, Fajar mengangkat telepon itu.

"Hoi Facrot, kau dimana? Kenapa gak ke sini?" Bahkan tanpa salam sapa Doni telah mengoceh di telepon itu.

"Di toko, kenapa?" Jawab Fajar malas

"Ayo ke sini, ke SMK kita dulu. Ada pemandangan bagus"

"Ada apa emangnya? Reunian? Kok gak ada undangannya" mau tak mau Fajar penasaran.

"Bukan reunian, tapi ada ayank Amil disini. Dia lagi bikin video clip" .

Seketika Fajar langsung antusias.
"Video klip apa?"

"Bokep" jawab Doni lalu ngakak.

Fajar merengut dan memaki habis-habisan pria itu.

"Sorry, bercanda. Ayo ke sini, STVan mereka lagi nostalgia, bikin clip untuk lagu mereka. Amil jadi bintangnya. Buruan ke sini entar kau nyesal gak lihat proses shootingnya" rayu Doni.

"Gak ah, kan aku gak diajak" kecewa sih, kenapa Amil tidak mengundangnya buat ikutan di klip itu, malah Doni yang diajak.

"Alah jangan bacot, di sini ada Yadi, sainganmu dulu. Kau rela Amil didekati dia lagi?" Ucap Doni.

Oke, tuts, Fajar menutup telepon. "Ini gak bisa dibiarkan!" Geram Fajar di dalam hati.

Segera dia ke parkiran toko, meraih NMX nya lalu melajukan kendaraan roda dua itu, menuju area sekolah menengah atas tempat dia bersekolah dulu.

Kira-kira dua puluh lima menit dia tiba. Benar saja, di area sekolah itu telah ramai oleh beberapa orang kru pembuat video klip. Ada Ivan, Doni, Andre, Didip, Niko, Riky dan Yadi. Orang-orang itu yang dikenalnya, selebihnya dia tak kenal. Karena ada juga beberapa orang berseragam sekolah, padahal ini hari Minggu, bukankah sekolah libur. Di halaman sekolah terparkir sebuah angkot.

"Hoi Jar, over here!" Panggil Doni berteriak.

Semua orang seketika melihat kepada Fajar. Meski kagok Fajar mendekat juga. Ivan, Andre langsung heboh menyambut Fajar.

"Hallo Jar!" Sapa Riky, di sisinya ada seorang pemuda cakep, dialah Boby, cinta pertama miliknya yang dulu sempat terputus.

"Halo Rik" sapa Fajar kikuk, di masa lalu hubungannya dengan Riky sangat buruk.

"Wah seperti reuni kecil-kecilan ya" celetuk Niko, sang penggebuk cajon di grup STVan.

"Iya, harusnya dari dulu sih kita bikin klipnya, waktu masih unyu kenyes-kenyes, sekarang mah udah tua dan asem, mana konsep klipnya cinta monyet ala anak SMA lagi" Didip menimpali.

Semuanya langsung ngakak. Fajar ikut tertawa, dia baru ngeh ternyata Riky, Niko, Didip memakai seragam SMA.

"Kalian gak ada niat buat bikin klip juga?" Tanya Riky.

Fajar, Ivan, Andre dan Doni saling melirik, mereka dulu memang punya band, namanya Blacksun. Namun cuma hobi saja, tak ada niat untuk berkarier lewat band itu.
"Gak kepikiran, karena niat awalnya nge band kan ngikutin trend masa itu, cuma buat keren-kerenan dan senang-senang" jawab Ivan.

"Sayang lho, padahal band kalian bagus waktu itu" Riky menimpali.

Fajar memandang berkeliling, mencari-cari sosok Amil. Namun tak ketemu, justru Yadi yang dilihatnya, orang itu tengah menyiapkan peralatan shooting, dibantu beberapa kru. Agaknya video clip ini akan digarap serius.

"Hayo, cari Amil ya?" Tanya Doni berbisik padanya.

Fajar tersenyum malu.

"Amilnya lagi dirias di dalam kelas itu, dia kan modelnya, harus yang paling cakep" Doni menunjuk satu kelas terdekat.

"Tapi kau nanti jangan cemburu ya, soalnya Amil akan adu akting dengan model cewek" pernyataan Doni seketika membuat Fajar mengerjap.

"Kok pakai cewek sih? Kan bisa aku!" Ucap Fajar, untung saja yang lain sudah kembali sibuk hingga tak mendengar ucapan Fajar tadi.

"Anjingnya longormu itu! Ya iyalah bukan elu, kau mau kena hujatkah bikin clip bertema Boy Love boy"

Fajar tersenyum-senyum, dia arahkan mata ke kelas dimana Amil dirias. Dia penasaran sekali.

Tiba-tiba dari dalam kelas itu keluar make up artis yang kebanci-bancian.
"Ulala, hai para lekong-lekong kahyangan, sorry ya mak udah bikin ye semong Bosnia Herzegovina"

"Bosnia? Apaan sih?" Fajar menyikut Doni karena tak mengerti ucapan si banci.

"Bosan" celetuk Doni.

"Udah siap mak, Amilnya?" Tanya Yadi.

"Udin dong, ulala gak sabarkan mawar lihat ey punya lekong? Ganteng banget, gak pake bohong. Suwer tekewer-kewer. Ayang Amil, suami Akika, kesindang dong, tunjukkon ye punya kharisma" selesai berucap maka dari dalam kelas itu keluarlah sosok Amil.

Terperangah, semua orang baik yang cowok maupun cewek menatap takjub. Terlebih-lebih lagi Fajar.

Amil muncul dari dalam kelas itu dengan memakai seragam SMA yang lengkap, wajahnya ganteng sekali, ditunjang dengan sikap tubuh yang perfect banget. Dengan penampilannya itu, maka tak akan ada yang menyangka jika Amil telah berusia 31 tahun. Penampilan sempurna Amil yang memukau itu membuat sang model cewek kalah bersinar, cantik sih tapi masalah kharisma Amil menang segalanya. Apalagi cewek yang jadi model itu hanyalah perempuan dari kalangan biasa yang mentah pengalaman di depan kamera.

Yadi cepat memberi instruksi agar proses shooting segera dimulai.

Jadi konsepnya ialah Amil seorang remaja SMA yang tengah jatuh cinta dengan si cewek, pertemuan pertama mereka ada di angkot. Si cewek tidak kebagian tempat duduk hingga Amil menawarkan duduknya untuk menggantung. Dari sanalah terjalin kedekatan mereka.

Melihat konsep itu, seketika Fajar terkenang masa lalunya, konsep itu mirip sekali dengan kisahnya dengan Amil yang bertemu di angkot Pak Jaiz, kemudian jadi dekat, saling membantu, saling menyukai dalam diam, saling merindui dikala tak jumpa. Tak terasa sepasang mata Fajar berkaca-kaca terkenang masa-masa indah itu. Sumpah andai saja waktu bisa berputar ulang dan berhenti, maka Fajar akan memilih masa-masa sekolahnya untuk kembali. Karena di masa-masa itulah dia benar-benar merasakan betapa indahnya mencintai seorang Amil.
***

Shooting hari itu selesai. Kini mereka tengah beristirahat sembari menikmati makan bersama.
Selesai makan Fajar mengaso sebentar di parkiran, duduk anteng di atas motornya sembari merokok.

"Jar" terdengar seseorang memanggilnya, Fajar putar kepalanya ke arah datangnya suara. Amil ternyata.

Segera Fajar memnghadiahi pria kesayangannya itu dengan satu senyuman.

"Kau ganteng Mil, masih bisa daftar jadi anak SMA lagi" Goda Fajar. Amil tertawa.

"Calon artis gitu lho" sombong Amil.

"Ya udah sini foto, siapa tahu jadi artis beneran, aku akan jadi fans pertamamu" Fajar segera meraih Amil, menarik pemuda itu ke dalam gelungan tangannya dan keduanya pun berselfie.

"Kapan rilis klipnya? Gak sabar pengen lihat Amilnya aku di YouTube"

"Masih harus editing lagi. Mungkin Minggu depan rilisnya" jawab Amil

"Oke aku tunggu"

Kemudian keduanya diam, saling pandang dengan rasa kagum masing-masing.

"Mil, kira-kira kenapa dulu kau bisa suka samaku? Secara kan lebih ganteng kamu" selidik Fajar memecah kebuntuan. Dia duduk di atas jok motornya dengan santai. Amil sendiri duduk di belakangnya.

"Apa ya? Mungkin karena kau orang yang menolongku, menawariku duduk agar aku tak menggantung di pintu angkot. Pertolonganmu itu meninggalkan kesan yang teramat dalam kepadamu. Membuatku senantiasa ingat padamu. Bahkan sejak hari itu aku selalu curi-curi pandang padamu. Lagipula waktu itu aku masih culun, kerenan kamu kemana-mana"

"Dan itu semua jadi inspirasi video klipmu kali ini kan?" Tanya Fajar.

"Pintar" jawab Amil pendek.

"Hmmm jika saja aku yang jadi model klip itu bersamamu mungkin chemistry-nya akan jauh lebih baik. Karena aku akan melakukannya dengan segenap cinta"

Ucapan Fajar itu berhasil membuat detak jantung Amil jadi tak menentu. Gombalan yang bukan sembarangan gombal.
***

DETAK [SELESAI]Where stories live. Discover now