Detak 21 - Cumbu

254 18 3
                                    

Malam baru saja tiba, Maghrib baru saja usai 30 menit yang lalu, keluarga Amil bahkan telah selesai makan malam. Sang adik Gian sudah kabur entah kemana, mungkin mencari tempat yang nyaman buat menelpon sang pacar. Amil sendiri memutuskan menyendiri di kamar sembari memikirkan kira-kira apa yang akan dilakukannya di hari libur nanti, ada sepuluh hari. Yang jelas tadi Riky sudah menawarinya untuk main ke rumahnya, bahkan kalau perlu menginap, teman karib barunya itu ingin mengajaknya menjajal lapangan tenis di kota, di dekat rumah paman Riky. Jujur Amil sangat tertarik.

Tiba-tiba hapenya berdering, Amil meraih benda persegi panjang itu dan melihat ada pesan masuk dari Fajar.

"Jalan keluar yuk, aku tunggu di dekat kedai depan rumahmu!" Ucap Fajar, memang di dekat rumah Amil ada kedai yang menjual keperluan sehari-hari.

Lagi dan lagi, tiap mendapat SMS dari Fajar selalu saja Amil berdebar-debar. Dia pun memutuskan izin kepada  Emak yang langsung mengizinkannya.

"Hati-hati jangan kelamaan pulangnya!" Ingat sang ayah.

Amil pun pamit, lalu menemui Fajar.

"Cepat naik!" Ucap Fajar, Amil melihat ada tampang keras di wajah jantan itu.

Amil pun menurut, dan motorpun melaju. Serrr, buset dah, Fajar mengebut.

"Jar, pelan-pelan bangsat! Aku belum mau mati!" Rutuk Amil habis-habisan, segera dia raih pinggang Fajar karena ketakutan.

"Biarin mati!" Jawab Fajar singkat, namun setelah dia merasa pegangan Amil ditangannya semakin erat akhirnya dia melunak menurunkan kecepatan Vixion-nya.

Fajar membawa Amil ke kuburan China, mereka kini duduk berdua di aula, diterangi satu lampu yang cukup sebagai sumber cahaya.

"Jar.." tegur Amil karena melihat wajah Fajar yang mencekam dengan memandang tajam padanya.

"Diam bangsat! Biar aku yang buka bicara!" Seakan terbang nyawa Amil begitu dibentak oleh Fajar. Fajar marah, tapi kenapa? Inilah kali pertama Fajar kasar padanya. Amil akhirnya menurut, dia diam.

"Dengar ya Amil, aku gak suka lihat kau dekat-dekat sama si rambut landak itu!" Ucap Fajar berapi-api

"Siapa?" Tanya Amil tak mengerti.

"Si Riky babi itulah! Siapa lagi?" Geram Fajar.

"Kenapa? Cuma teman aja kok?" Enteng Amil, tapi dia salah, jawabannya membuat Fajar malah mengamuk, dengan keras dia menarik Amil secara kasar lalu disudutkan hingga sosok Amil tersandar di tiang aula sedangkan dadanya ditekan oleh Fajar dengan kedua tangan kekarnya.

"Cuma teman katamu? Kau tak tahu kalau dia sering SMS aku, dia bilang dia ingin mendekatimu. Dia ingin memilikimu, apa maksudnya itu hah? Mau bikin aku panas? Mau bikin cemburu? Kau itu cuma milikku Mil, cuma milikku! Paham!" Gertak Fajar dengan hati panas bukan main.

"Apaan sih Jar? Lepaslah! Aku sama dia cuma teman" jawab Amil.

"Bohong! Tadi siang kemana kalian? Pacaran kan? Cipokan? Atau malah mungkin kalian sudah ngentot..."

"Plak!" Spontan Amil daratkan tangannya menampol pipi kiri Fajar.
"Fajar! Jaga mulutmu! Aku masih tahu batasan anjing, tak seperti kau!. Ngaca! Kau sering umbar mesra dengan Hani di depan semua orang, bahkan di depan mukaku kau semakin mempermesra diri. Apa maksud itu semua? Kau mengekangku tapi kau sendiri bebas mendekati yang lain!" Amil mulai emosi.

"Karena aku bukan homo sepertimu, aku ingin berpacaran dengan cewek bukan laki!" Jawab Fajar tegas.

Crasss, Amil merasakan ada rasa sakit yang menyayat dihatinya. Jadi selama ini Fajar straight? Kalau straight kenapa dia memperlakukan Amil begitu istimewanya. Kenapa Fajar berperilaku seolah memberi harapan kepadanya. Lalu marah dia tadi motifnya apa?

DETAK [SELESAI]Where stories live. Discover now