Detak 5 - Seanggun

222 12 4
                                    

Sampai dirumah, Amil langsung berlari masuk ke kamar.

"Brak!" Cepat-cepat dia mengunci pintu dan wuss, tasnya langsung melayang jatuh ke atas kasur. Kejap kemudian cowok belia yang baru diterkam monyet yang membawa cinta ini telah lompat-lompat girang, bahkan dia berjoget ria. Beneran Amil yang pemalu dan introvert itu betul-betul joget.

"Pilihlah aku jadi pacarmu, yang pasti setia menemanimu. Jangan kau salah pilih yang lain, yang lain belum tentu setia, jadi pilihlah aku!" Lagu milik Krisdayanti itu dinyanyikan Amil untuk mengiringi jogetannya yang aneh itu.

Terdengar suara pintu diketok.
"Amil, keluar! Makan dulu!" Suara sang ibu.

"Nanti Mak, udah kenyang!" Sahut Amil girang, ya iyalah kenyang makan angin dipelukan ayang.

Amil buru-buru menyambar satu buku yang ada gemboknya. (Taukan diary jadul yang pake kunci) sebelum kesan bahagianya punah dia cepat-cepat menulis di diary itu. Eh gak salahkan cowok punya diary? Bagi Amil buku diary itu adalah temannya, dan juga akan menjadi saksi kisah remaja yang dilaluinya yang akan jadi kenangannya juga di masa depan nanti.

17-8-2008.
Diary PAOK, yang cuma diem aja kalau diajak curhat. Hari ini aku bahagia segila-gilanya. Lu tau gak Dipok? (Amil memberi nama diarynya Dipok, alias diary PAOK) Dia memelukku tadi, gak cuma sebentar tapi lama, lama buanget malah. Duh senang sekali rasanya dipeluk ayang Jarjar. Tangannya, wehhh kekar. Belum lagi...

Amil terbayang sama selangkangan Fajar.

Aroma anunya jantan. Hahahaha eh Dipok apa tanggapan lu? Dasar PAOK, gak asik lu jadi teman. Ya udah lu doain aja semoga besok angkot Pak Jais full penumpang, biar bisa dipeluk ayang lagi.

Selesai mengacak-acak kamar sampai kayak kapal pecah baru Amil keluar buat makan, tapi benar dah makan orang yang sedang jatuh cinta itu gak enak. Pegang sendok serasa pegang tangan Fajar, lihat piring seakan lihat wajah Fajar, ambil jengkol serasa mengambil hati love love Fajar, ambil telur puyuh serasa ambil telur Fajar?

Astaga Amil geleng-geleng sendiri akan pikiran ngeresnya barusan saat akan mengambil rendang telur puyuh buatan emak. Kini Amil menikmati makan siangnya sambil tersenyum-senyum gak tentu. Khas bocil yang lagi kasmaran.
***

Keluarga Amil.

Amil ini enam bersaudara cowok semua, dia anak kelima, dia punya adek laki-laki juga. Sedangkan sisa saudaranya sudah merantau semua. Dia punya emak, namanya Bu Syam. Sedangkan Ayahnya panggil saja Pak Dan, karena kini dirumah itu dia jadi anak yang tertua maka dia harus rela jadi pembantu sang emak buat bebersih rumah, apalagi adik cowoknya memang sedikit dimanja sama emak. Seperti sekarang, Amil disuruh bersihin rumput dihalaman.

"Tujuh belasan jangan malas-malasan, ayo kita basmi gulma pengganggu keindahan" ajak sang ibu pada Amil. Maksudnya tentu saja rumput liar di halaman yang mulai meninggi.

"Si Gian ikutkan?" Tanya Amil, Gian itu adiknya.

"Gak, tadi dia izin mau nonton panjat pinang" jawab si Emak. Tuh kan, pilih kasih.

Amil jengkel, mau melawan gak berani, lagipula gak baik membantah emak. Amil dengan sewot mengambil cangkul dan arit. Kira-kira sejam kelar sudah. Kini dia duduk di kursi teras bertelanjang dada, cuma pakai kolor bokser. Dadanya bersih, perutnya juga, kalau diperhatikan di dada kirinya ada tahi lalat kecil, Amil duduk sambil berkipas-kipas dengan sebuah buku yang dilihatnya ada diatas meja. Tak lama kemudian emaknya keluar bawa sirup melon dan juga ombus-ombus (kue khas Batak). Emaknya yang bermarga Siregar memang jago memasak, apalagi kue ombus-ombusnya, gak ada lawan dah. Amil akui itu, meski keluarga mereka sederhana namun Amil bahagia kalau masalah makan. Masakan emaknya memang enak, itupula yang membuatnya jarang jajan keluar. Alhasil duitnya bisa ditabung buat membeli novel kesayangannya, novel silat Wiro Sableng. Sekejap saja sirup itu ludes setengah, sedangkan tiga buah ombus-ombus telah ditelannya tanpa ampun.

DETAK [SELESAI]Where stories live. Discover now