Detak 41 - Kenangan Dari Masa Lalu

237 20 2
                                    

"Arhhhh!" Fajar berteriak penuh emosi, dia kini ada di kamar mandi rumahnya dan prang, dia meninju cermin di kamar mandi itu hingga pecah berkeping-keping, darah mengucur dari tangan kanannya yang barusan menghancurkan cermin.

"Jar! Kau kenapa?" Tanya sang ibu yang kebetulan ada di dekat kamar mandi.

Fajar tak menjawab, dia melosoh jatuh di lantai yang basah.
"Mil, mengapa sekarang baru kurasakan sakitnya kehilanganmu"

"Aku kangen kebersamaan kita yang dulu. Tak pernah kurasakan kebahagiaan seperti saat bersamamu, Mil..." Argggh Fajar segera mandi dengan brutal, mengguyurkan air tanpa timbang rasa, lalu keluar kamar mandi dan langsung menuju kamar, memakai pakaian dan bergegas pergi. Dia tak sempat mengobati luka di tangan kanannya, dia ingin ke rumah Doni, berharap dengan bertukar cerita dengan Doni dia bisa sedikit lebih tenang. Tak butuh waktu lama dia sampai di rumah temannya itu. Karuan saja Doni terkaget, dia melihat wajah Fajar yang kusut dan pucat, apalagi tangan kanannya yang luka.

"Astaga Fajar? Kau kenapa?" Doni cepat mengajak temannya itu masuk dan duduk di atas sofa di ruang tamu, Doni segera bergegas mengambil kotak obat, dia ingin mengobati tangan Fajar namun Fajar menahannya.

"Don, aku jahat, aku bejat. Pukullah aku Don, hajar aku!" Ucap Fajar, dengan tatapan hampa.

"Hei kau bicara apa? Kau berantem? Astaga Jar, kau sudah bapak-bapak, bukan lagi brondong preman sekolah!"

Namun Doni terkejut, karena detik-detik berikutnya Fajar menubruk dan memeluk erat tubuhnya. Doni terkesiap, inilah kali pertama Fajar memeluknya selama persahabatan mereka.

"Don, ku pikir aku sudah tak sayang lagi padanya, kupikir aku sudah tak punya rasa lagi untuknya, tapi kenapa setiap kali melihatnya bersama lelaki lain hatiku sakit. Aku panas, aku cemburu. Dia hanya milikku kan Don?"

"Hei istrimu selingkuh ya?" Tanya Doni bingung.

"Bukan istriku Don, tetapi Amil" jawab Fajar lalu pria ini pun sesenggukan. Dia menyesali semua perbuatannya hari ini, semua karena cemburunya yang tak tertahankan.

"Gila kau!" Kaget Doni.

"Ternyata aku benaran cinta padanya Don, aku ingin kembali padanya" Isak Fajar pula.

"Lalu bagaimana dengan rumah tanggamu?" Tanya Doni.

Fajar terpekur, dia terdiam. Dia sadar bahwa peluangnya untuk kembali kepada Amil hampir nihil. Dirinya dan Amil telah memiliki kehidupan pernikahan tersendiri.

"Don, aku tadi menyakitinya lagi. Aku memukulnya, aku menyakitinya dan yang terparah aku memperkosanya" jujur Fajar dengan raut menyesal.

"Apa? Kau benar-benar sudah gila! Dimana otakmu? Ingat Amil yang sekarang bukan orang sembarangan. Bagaimana kalau dia melaporkan perbuatanmu itu ke polisi. Habis kau dipenjara!" Doni kaget setengah mati.

"Bodoh amat! Yang aku pikirkan ialah bagaimana caranya buat mendapatkan maafnya"

"Berat! Kau telah memperberat masalahmu sendiri" ucap Doni. Benar-benar edan memang temannya itu.
***

Amil sendiri setelah peristiwa memalukan itu segera membersihkan luka-lukanya seorang diri, lalu dia menelpon dokter kenalannya untuk memeriksanya. Kini luka di jidat, di dagu dan pipi kirinya telah diberi obat dan ditempeli plaster luka. Tampak wajahnya sedikit membengkak.

"Fajar anjing, kau harus membayar mahal atas perbuatanmu ini" geram Amil seraya rebahan diatas ranjang.

"Tunggu saja Fajar, kau akan ku jadikan manusia paling hina dimuka bumi!"

Mungkin karena pengaruh obat pereda nyeri yang diminumnya Amil jadi mengantuk dan tertidur.
***

Senja hari Amil baru terbangun, dia segera meminta Mbok Iyem dan kedua satpamnya untuk membantunya membersihkan diri.
Mbok Iyem dimintanya untuk menyiapkan pakaian ganti, sedangkan Pak Narto dan Pak Undut membantunya memgganti perban dan plaster luka sembari membersihkan sekujur tubuhnya dengan kain basah.

DETAK [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang