Detak 16 - Pasar Malam

233 14 3
                                    

"Bila~rasaku ini rasamu~"

Amil bersenandung kecil sembari membaca buku geografinya di kamar sebelum akhirnya ada ketukan terdengar di depan pintu disusul ucapan salam.

"Waalaikumsalam" Emak menyahut menjawab salam seraya membuka pintu.
"Siapa ya?"

"Fajar Bu, Amilnya ada?"

Deg! Detak Amil jadi tak menentu, Fajar main ke rumahnya? Kok gak bilang-bilang? Amil sudahi acara belajarnya, langsung kabur ke ruang tamu.

"Hei Jar, kok gak bilang-bilang mau datang?" Sapa Amil.

Fajar cukup lama menjawab karena terpana melihat sosok Amil, berkaos tanpa lengan dengan celana pendek hampir sepaha.
"Oh tadi kebetulan lagi lewat, jadi mampir deh, belum pernahkan aku main ke rumahmu?" Jawab Fajar setelah sadar dari terpukaunya.

"Ya sudah ayo ngobrol disini, biar ibu bikinin teh"

"Gak usah Bu, Fajar mau izin ajak Amil jalan keluar sebentar bolehkan?" Tanya Fajar hati-hati sembari melirik Amil.

Emak menghela nafas sebentar, dia tahu memang bagaimana kehidupan remaja zaman sekarang. Meski was-was kalau Amil salah pergaulan tapi kasihan juga jika sang anak harus terkurung di rumah terus-terusan.

"Iya boleh kok! Asal jangan lewat jam sebelas ya!" Izin Emak.

Fajar melirik jam di dinding, pukul setengah 8, masih panjang.

Amil tersenyum bahagia, dia segera ke kamar buat berganti baju. Memakai kemeja terbaik yang jarang dipakainya, lalu celana pinggang dua ala-ala Pasha Ungu ( Taukan celana mode ini sempat ngetrend dan digilai remaja cowok di tahun 2008/2009). Sebenarnya Amil malu memakainya, makanya sejak dibelikan salah seorang abangnya celana ini tak pernah dipakainya. Fajar lah orang pertama yang akan melihatnya memakai pakaian begini.
"Deodorant udah, parfum udah, minyak rambut sudah" Amil pandangi cermin, "Cakep juga ya!" Bahkan kini ada narsis di dalam dirinya, padahal sebelumnya mana ada, apa semua itu karena dia ingin tampil perfect ya di depan Fajar?

Amil keluar kamar dan itu berhasil membuat Fajar terperangah kagum, tak hanya Fajar, emak juga. Gian sang adik yang baru keluar juga kaget, bocil SMP ini memandangi sang Abang sambil menggosok-gosok mata takut salah lihat.

"Amil izin bentar ya Mak" Amil menyalami Emak. Eh ternyata Fajar ikut-ikutan menyalami si Emak.

"Izin juga sama bapak!" Ucap emak.

Amil menemui bapak yang asyik menonton berita, Fajar juga mengikuti.

"Hati-hati!" Ingat Emak saat Fajar dan Amil telah duduk di atas motor.

Fajar membunyikan klakson sebagai isyarat kalau dia akan berangkat. Kemudian Vixion itu pun melesat pergi.

"Kita mau kemana Jar?" Tanya Amil.

"Ke pasar malam, mau kan?"

"Waduh aku gak bawa duit banyak, cuma sepuluh ribu ini" panik Amil.

"Ah tenang saja, aku tadi habis gajian"

"Gajian? Kau sudah kerja?" Tanya Amil bingung.

Fajar mengangguk.
"Aku bantu bapak memanen sawit orang, lumayan lho"

Amil semakin kagum. Beruntungnya calon jodoh Fajar di masa depan, kecil-kecil saja Fajar sudah bisa cari nafkah, kerja berat pula, pantas saja badan Fajar itu bagus, sudah biasa nguli sawit rupanya.

"Jauh pasar malamnya?" Tanya Amil, jujur ini adalah pengalaman pertamanya keluyuran malam-malam.

"Di Simpang empat" sahut Fajar pendek.

DETAK [SELESAI]Where stories live. Discover now