Detak 6 - PR Dan Secarik Nota

213 15 0
                                    

Di sekolah, kelas X-B baru saja selesai belajar Matematika. Suasana sekolah masih semi basah karena baru saja selesai diguyur hujan deras, kini tinggal rerintik gerimis saja, tapi tetap saja hawa dingin masih berasa.

"Amil, bantu ibu ya bawakan buku-buku ini ke SMK!" Pinta Bu Rena pada Amil. Maklum dikelas ini bisa dibilang Amil adalah murid terpintar matematika, makanya dia jadi kesayangan Bu Rena si guru pelajaran itu.

"Tapi nanti ada pelajaran SBK Bu!" Ucap Amil karena takut ketinggalan pelajaran SBK yang diajar Pak Tejo.

"Ah Pak Tejo tidak datang kok! Setelah ini kalian kosong" celetuk Bu Rena.

Amil pun menurut, dia mengikuti Bu Rena yang berjalan menuju sekolah di depan mereka, SMK N. Dada Amil berdebar-debar berharap akan bertemu Fajar di sana, dia memeluk tumpukan buku di tangannya erat-erat. Ah sekolah ini juga berbagi tenaga guru juga rupanya.

Kelas X otomotif, sial ternyata mereka ke sana rupanya. Baru saja tadi Bu Rena bilang mereka akan ke sana. Amil mendadak berdebar, ada rindu dan malu di dalam hatinya.
***

Kelas X Otomotif, berisi jantan semua. Suasana yang dingin akibat hujan tadi membuat beberapa siswa harus duduk rapat-rapat bahkan ada yang bergempet pelukan. Pemandangan yang menjadi kesukaan para fujoshi tentunya.
Begitu pula Doni dan Fajar, keduanya yang merupakan semeja, duduk saling berdempetan dan saling bergelung pinggang. Keduanya ada dimeja paling belakang di sudut kiri dekat dinding.

"Eh Jar, si Amil itu satu kampung samamu ya?" Tanya Doni ditengah adegan saling menghangatkan itu.

"Hemmm gak Don, kampungku di dalam perkebunan kelapa sawit, kalau dia didekat jalan lintas, tapi kalau mau ke kampung dia paling cuma 15 menit naik motor" jawab Fajar, heran juga dia kenapa Doni membahas Amil yang jujur saja Fajar sendiri tak tahu banyak.

"Kalau dilihat-lihat dia ganteng juga ya, manis juga anaknya. Udah punya cewek belum ya?" Kembali Doni bertanya.

"Gak tahu Don, tapi kayaknya belum. Anak tertutup seperti dia mana berani nembak cewek" Jawab Fajar dengan penuh keheranan.

"Kalau dilihat-lihat bibirnya seksi ya, cipokable banget. Pasti enak buat dicium" entah sadar entah tidak saat Doni mengatakannya. Yang jelas Fajar sampai melongok mendengarnya.

"Semalam kami SMS an, ternyata anaknya lucu juga ya. Aku punya janji mau nunjukin ketek sama dia"

Fajar terlonjak kaget hingga kepala Doni yang bersandar di bahunya terbentur dagunya.

"Aduh sakit bujang!" Maki Doni sambil memegangi kepalanya.

"Gak bener lu! Lu mau ngehomo ya!" Celetuk Fajar pula pada Doni.

Doni angkat bahunya.
"Gak tahu, suka aja lihat dia, apalagi dikelas kita batang semua. Gak ada ceweknya"

Fajar gelagapan, gak tau alasannya apa, yang jelas dia tidak menyukai ucapan Doni barusan, baru saja dia ingin memaki Doni tiba-tiba saja Bu Rena, guru matematika mereka masuk, memang jam pelajaran itu sekarang.

Namun bukan kehadiran Bu Rena yang mengagetkan mereka melainkan sosok yang ada di belakang guru perempuan bertubuh cukup gemuk itu.

"Amil!" Ucap Fajar dan Doni berbarengan. Tatkala Fajar melirik pada Doni, shit anak itu memandang Amil dengan tatapan berbinar-binar.

"Anjing lu!" Maki Fajar padanya cukup kuat, hingga semua temannya bahkan Bu Rena juga Amil memandang padanya.

"Fajar, kan sudah ibu bilang, jangan bicara kasar selama di kelas saya. Meski kalian laki-laki semua harus tahu etika dan tatakrama" ingat Bu Rena.

"Ma-maaf Bu!" Jawab Fajar lalu tertunduk, sial Amil malah tersenyum melihatnya. Fajar bisa melihatnya lewat lirikannya tadi sebelum menunduk.

"Ya sudah ayo dikumpulin buku PR nya sekarang!" Perintah Bu Rena.

DETAK [SELESAI]Where stories live. Discover now