Detak 22 - Alur Berjalan

223 15 1
                                    

Kedua remaja itu duduk di aula pemakamn China dengan saling memandang malu-malu. Keduanya telah berpakaian kembali, tentu saja pakaian mereka kini telah kusut akibat gairah mereka tadi.

Amil terdiam tak berani melihat Fajar.

"Mil kok diam? Iya-iya, aku minta maaf, aku kecepatan keluarnya padahal baru tindih-tindihan saja, belum sempat masuk. Habisnya tubuhmu itu nikmat sekali. Aku jadi tak tahan" ucap Fajar, lho, ternyata mereka gagal buat ngentot.

"Bukan itu yang bikin aku diam bego!" Sergah Amil malu.

"Lalu?"

"Aku malu anjing! Kau orang pertama yang melihatku telanjang setelah aku sunat" jawab Amil dengan jengkel.

"Oh kupikir karena kita gagal ngentot"

"Ngentot anjingmu itu!" Maki Amil.

"Husss, Amilnya Fajar gak boleh ngomong kasar ya, cukup aku saja yang seperti itu" cengir Fajar.

Amil merengut, Fajar cepat raih kepala Amil lalu menyandarkannya ke pundaknya.
"Mil, aku benaran sayang samamu. Tapi aku tak mungkin memacarimu, alasanku simpel kok, aku tak mau ada orang lain yang tahu, aku takut kau kena hujat dan dibenci oleh orang-orang, karena jujur saja kalau aku pacaran aku gak bisa main rahasia-rahasiaan. Aku harus menunjukkan rasa sayangku terhadap pacarku secara terang-terangan"

"Hmmmm itu artinya kau dan Hani juga sudah terang-terangan mesra-mesraan?" Keluh Amil.

"Tak usah cemburu, aku sama Hani gak macam-macam kok. Paling cuma pernah colokin anunya pakai jari" jujur Fajar sambil tunjukkan jari tengahnya kepada Amil.

Amil mengerjap melotot. Plak, dia menampol kepala Fajar.

Fajar mengekeh, "Kau lucu kalau cemburu begitu"

"Lucu pantatmu itu!"

Fajar ngakak.
"Mil, percayalah, tak semua cinta itu harus ditunjukkan lewat pacaran, masih ada cara indah yang bisa kita lakukan meski tanpa berpacaran"

"Maksudmu dengan berselingkuhan?" Cecar Amil.

"Bukan! Ya seperti kita ini lah. Gak pacaran tapi masih bisa saling menyayangi, iyakan? Malah aku merasakan lebih indah seperti ini dibandingkan dengan pacaran" terang Fajar.

Amil seketika meremang karena tak menyangka Fajar bisa berkata semanis itu.

Tiba-tiba Fajar mencium hangat keningnya, "Sudah hampir jam sebelas ayo kita pulang"

Amil mengangguk. Fajarpun mengantarnya pulang, di dalam perjalanan Fajar sempatkan singgah di satu toko obat yang masih buka. Dia meminta Amil menunggu diluar sembari menjagakan motornya. Keluar dari toko obat itu Fajar menenteng satu kresek besar yang langsung di cantelkan di kemudi kiri Vixion nya.  Tak butuh waktu lama mereka sampai di depan rumah Amil, Fajar mengeluarkan kresek tadi dan diserahkannya pada Amil.

"Itu obat tambah darah, suplemen dan vitamin, dan juga susu buatmu biar badanmu agak berisi. Diminum ya, aku tak mau melihatmu sakit"

Lagi-lagi Amil terharu. Fajar benar-benar perhatian kepadanya, ini istimewa sekali. Ya memang benar, apalah arti dari sebuah status berpacaran kalau kenyataannya mereka bisa lebih bahagia dari sekedar berpacaran, yang penting Amil kini sudah tahu perasaan Fajar untuknya, Fajar juga mencintainya, sesuatu yang seharusnya dan semestinya Amil syukuri. Ya mudah-mudahan dengan bersyukur maka Fajar akan semakin menghujaninya dengan tetes-tetes cinta.
***

Akhirnya Fajar dan Amil menjadi dekat dan semakin dekat. Orang-orang yang melihat kedekatan mereka pasti menganggap mereka sebagai pasangan sahabat sejati, orang-orang tidak tahu bahwa di hati keduanya masing-masing menyimpan perasaan cinta yang tak berkesudahan. Rasa cinta itu pula yang menyemangati masa-masa SMA mereka. Banyak kenangan di masa-masa itu yang Fajar dan Amil lewati bersama. Bagaimana keduanya saling menahan rindu tatkala Fajar harus menjalani program PKL, bagaimana cara Amil agar dapat terus menerus melihat Fajar dan yang terpenting bagaimana cara mereka menjaga cinta dihati masing-masing. Semua itu bertahan hingga mereka tamat dari sekolah menengah itu. Bahkan tatkala Fajar merantau mereka masih berhubungan dengan baik dan mesranya. Tiada hari yang terlewatkan tanpa sempat bertelponan. Bahkan saat teknologi juga berubah menjadi semakin canggih maka semakin rutinlah mereka saling memberi kabar, bahkan terkadang Fajar yang gokil sering mengajak video call disaat-saat tak pantas, seperti saat boker misalnya, atau ketika saat mandi hingga keduanya saling bertatapan bugil di depan kamera. Ah semua berjalan begitu indahnya. Amil mencintai Fajar dengan sungguh-sungguh, baginya tak apa jika cintanya tak akan pernah dikukuhkan dalam satu ikatan pasti, yang penting baginya ialah biasa bersama dengan Fajar selamanya. Meski tak sebagai pacar tapi bisakan sebagai teman?
***

Setamat SMA Fajar merantau ke Kerinci, bekerja di sebuah perkebunan kelapa sawit, sedangkan Amil dia bekerja sebagai guru honorer, meski gajinya kecil tapi Amil bahagia, toh rejeki ada saja datangnya , gak hanya dari tempat dia mengajar, sedikit demi sedikit Amil mengumpulkan uangnya buat melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah, sebagai seorang guru sudah wajib bertitel S1.

Seiring bertambahnya usia keduanya semakin dewasa dalam mengontrol cinta mereka, keduanya saling menyadari keterbatasan mereka dalam mewujudkan kebersamaan. Fajar mengijinkan Amil buat mencari cinta yang lain atau setidaknya seorang teman yang bisa menjadi tempatnya berkeluh kesah, dan Amil berhasil mendapatkannya, namanya Awan, Amil berkenalan dengan Awan lewat dunia maya setelah secara tak sengaja Amil membaca sebuah cerita LGBT yang menyentuh yang ada di blog pribadi milik Awan. Sejak itu Amil juga tertarik buat menulis, dibawah bimbingan Awan, Amil coba-coba berkarya di sebuah platfrom baca novel amatir, ternyata karyanya banyak disukai oleh orang-orang termasuk seorang gadis Fujho yang ngefans habis dengannya, gadis itu bernama Arum Lestari (hmmm mungkin istri Amil di awal cerita).

Lalu Awan bagaimana? Ternyata Awan teman dunia maya Amil yang sangat dekat karena sangking seringnya mereka berchatting ria bahkan bervc-an itu mengidap penyakit berbahaya, yaitu HIV yang telah dideritanya sejak lama. Akhirnya Awan tak terselamatkan, Amil terpukul, dia benar-benar menangis, dia kehilangan salah satu teman terbaiknya, meski mereka tak pernah bertemu secara langsung, namun Amil selalu merasa Awan ada di dekatnya selama ini.

Lantas bagaimana dengan Fajar, Fajar sendiri setamat SMA telah putus dengan Hani, kini di perantauan dia tengah dekat dengan seorang gadis pula.

Adapun teman-teman SMA yang lain juga memiliki kehidupan masing-masing. Lia menikah dengan Zul, lalu Leni menjadi guru TK, Riky berhasil menemukan Bobi dan hidup bahagia sebagai vlogger, dan Rustam yang akhirnya bekerja sebagai penyiar radio mengikuti jejak sang idola, Rio.

Mereka semua kini telah memiliki kehidupan masing-masing, menikmati suka dukanya kehidupan.
***

Beberapa tahun kemudian, tepatnya di tahun 2014.
Sudah tiga hari ini Amil mengurung diri di kamar, wajahnya masih kentara menunjukkan raut kesedihan teramat sangat, tiga hari yang lalu Emak meninggal dunia karena menderita diabetes. Amil seolah kehilangan separuh hidupnya, dia memang dekat sekali dengan sang ibu, bahkan dia juga semangat bekerja menjadi guru honorer juga berkat sang ibu, padahal banyak pekerjaan lain yang sempat menghampiri Amil, namun dia tolak. Karena ibunya sangat ingin melihat Amil menjadi seorang guru.

Selama masa berkabung itu Fajar sering menelponnya untuk sekedar menghibur dan memberikan semangat, mengingatkan untuk jangan terlalu larut dalam kesedihan dan juga selalu menjaga kesehatan. Amil cukup terhibur walau untuk menghilangkan kesedihan itu berat, dia telah kehilangan dua orang yang sangat berarti dalam hidupnya, yaitu Awan dan kemudian sang ibu.
***

DETAK [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang