"Iya sih, gue yang harusnya udah hafal, jadi harus hafalin ulang, gara-gara perubahan ppt". Kata Aan ikut menimpali, sebenarnya bagainya tidak ada perbedaaan, hanya saja Aan mengeluh melihat tulisan yang begitu banyak akibat perbuahan tersebut.

Tentu saja Ina yang mendengar keluhan Aan merasa tersindir, ia tidak enak hati, karna kehadirannya teman-temannya menjadi susah, ditambah Evan yang notebane nya ketua, tidak menyangkal pernyataan itu.

"Maaf ngerepotin kalian, tapi untuk kali ini izin aku gabung ya, aku usahain gak jadi beban kok, Evan juga semalam udah nugasin aku buat hafalin semua materi termasuk bagian kalian, Aan untuk bagian yang belum kamu hafal, biar aku aja nanti yang presentasiin". Ucap Ina menurunkan ego untuk menghindari perdebatan. "Aku permisi ketoilet". Lanjutannya saat tidak ada yang merespon.

"Gue yang nyuruh Ina gabung, gue juga yang buat ppt ulang, kenapa gak protes ke gua?". Tanya evan, saat Ina sudah tidak ada lagi ditempat.

"Gue cuma minta kalian hafalin, dan lu Windi gue tadi minta lu revisi disigen pptnya, bukan isinyakan, cuma minta itu aja gak bisa kalian lakuin dengan benar". Sarkas Evan "Dan lu malah merubah ppt yang gue buat semalaman, lu yang nyusahin gue". Ucap Evan dingin, yang membuat Windi kicep bukan main.

Evan sudah cukup sabar karna ia harus mengetik ulang bagian yang dihapus oleh Windi, malah ditambah keluhan dari teman-temannya membuat Evan sedikit tersalut emosi.

"Maaf Van, gue kira gak masalah kalau gue buat perubahan dikit sama ppt-nya". Kata Windi cari aman.

Evan tidak menanggapi, ia kembali melanjutkan aktivitas mengetiknya.

Mereka kembali sibuk dengan aktivitas masing-masing. Aura yang terlihat suram dari kelompok Evan, dapat dirasakan bagi siapa saja yang melihat, murid-murid yang lain mulai berdatangan, kelas yang awalnya sepi kini mulai terisi.

*****

Saat ini ina berada di kantin, tempat tujuan kedua selain kelas bagi setiap pelajar. Sebenarnya ke toilet tadi hanya alibi, ina hanya ingin menenangkan perasaan nya yang terlampau kesal.

"Ck apa salahnya sih belain, kan dia yang nyuruh aku gabung, kenapa malah aku coba yang disalahin, mana evan nya diam aja lagi, kan jadi aku yang kayak ngemis-ngemis gitu". Dumel Ina kesal.

"Ini lagi, kenapa pada liatin aku gak senang gitu sih, emang aku ada salah apa, kenal aja enggak". Dumelnya tak henti saat menyadari banyak kaum hawa yang menatap sinis kearahnya.

Namun dumelannya terhenti saat salah satu dari mereka mendekat kearah Ina.

Brak!

Ina memejamkan matanya mendengar suara gebrakan meja dari siswi tersebut, saat membuka mata secara perlahan sudah ada tiga orang perempuan yang Ina yakini adalah kakak kelasnya berdiri seolah menghakiminya.

"Gara-gara lu tau gak!". Teriak siswi tersebut marah.

"Ada apa ya kak? Emang aku kenapa?". Tanya Ina bingung.

"Malah nanyak lagi lu?, gara-gara lu Evan diturunin posisi jadi peserta pengganti dipertandingan basket kemaren, dan lu pake nanyak!". Ina mengerutkan kening Mendengar perkataan kakak kelasnya itu.

"Apa hubungannya sama aku?". Tanya Ina lagi.

"Ya gara-gara nolongin lu Evan jadi ninggalin pertandingannya, nyusahin banget, keganjenan banget jadi cewek".

"Aku gak ada minta tolongin kok, Evan sendiri yang mau nolong". Ucap Ina membela diri.

"Bacot lu pho, gue cuma mau peringatin lu, jauhin Evan kalau lu gak mau berurusan dengan kita-kita". Kata siswi tersebut memberi peringatan.

"Udah kayak senetron aja disuruh jauhin segala". Gumam Ina pelan, Ina tak memilih tak menanggapi peringatan itu, ia berdiri memilih untuk pergi meninggalkan tiga Srikandi tersebut. Namun baru saja hendak melangkah seseorang menjulurkan kakinya agar Ina terjatuh.

Ina yang tak seimbang pun akhirnya terjatuh, seketika semua atensi orang yang berada di kantin tertuju padanya, Ina mengepalkan tangannya kuat. Tentu saja hal tersebut membuat Ina malu, ia jadi teringat masa lalunya yang dulu sempat menjadi korban bullying.

Bedanya saat itu ia dibully karna dianggap selalu caper sama guru dan dianggap sok kepintaran, tentu hal tersebut dapat Ina maklumin. Namun saat ini kebencian mereka kepadanya disebabkan karena sesuatu yang tak begitu berfaedah menurut ina, ia dibenci karna seorang laki-laki, sungguh tidak keren.

Ina bangkit dari posisinya, lalu dengan tidak senang Ina berjalan mendekati seseorang yang membuatnya terjatuh tadi. Dengan sekali hentakan Ina mendorong orang tersebut. Ina bukan dirinya yang dulu lagi, yang hanya diam jika orang lain mengusiknya.

"Maksudnya apa, pake acara buat orang jatuh gitu, kamu fikir aku takut, jangan karna kamu senior, kamu bisa seenaknya berkuasa". Ucap Ina menaikan nada suaranya, kedua teman siswi tersebut tak terima dengan tindakan Ina, salah satu dari mereka menarik rambut Ina, dan satunya lagi menahan tangan Ina.

Kantin yang tadinya sepi mendadak riuh melihat perkelahian itu, bukannya memisahkan mereka lebih memilih menjadi penonton dan mevidiokan.

"Lu berani sama kita, gue Udah bicara baik-baik, tapi lu sikapin begitu, cari mati ya lu". Geram siswi tersebut menarik rambut Ina lebih keras.

"Akhh, lepas gak, teman kamu yang deluan buat aku jatuh, aku cuma membalas apa salahnya". Ringis Ina, karna kepalanya yang terasa sakit.
"Lagian kalian gak malu, kayak gini cuma gara-gara cowok". Lanjut Ina, dengan susah payah Ina melepas cekalan di tangan nya, lalu mengigit tangan siswi yang manahan tangannya.

"Akkhh saki beg*". Ringis siswi tersebut, Ina yang mendapat peluang langsung menarik rambut siswi yang menarik rambutnya itu. Jadi posisinya mereka saling Jambak.

"Lepas gak". Kata Ina kesal.

"Lu yang lepas".

"Kamu dul—".

"Lanjutin aja, kalau kalian mau diskors dari sekolahan". Ucap seseorang, yang membuat atensi penduduk kantin kearah suara tersebut.

Diujung pintu masuk kantin, sudah berdiri gigi sebagai ketos SMK tersebut yang juga terdapat Evan berdiri disampingnya sambil bersedekap dada menatap kearah mereka dingin, lebih tepatnya kearah Ina.

Pasalnya baru saja berpisah sebentar Ina sudah membuat masalah. Ia Yang tengah asik mengetik dikagetkan dengan kedatangan gigi yang tiba-tiba menariknya dan mengatakan kalau Ina sedang bertengkar dengan kakak kelasnya.

Mereka berdua berjalan mendekati kerumunan itu, dengan tidak santai Evan menarik tangan Ina saat sudah berada didepannya.

"Masih mau dilanjut ". Tanya gigi yang melihat Ina memberontak dari cekalan Evan.

"Iih lepas, bukan aku yang salah, mereka yang cari gara-gara deluan". Berontak Ina. Evan semakin menguatkan cekalannya.

"Diam, jangan buat masalah yang nyusahin gue lagi". Tegas Evan, yang membuat Ina seketika berhenti memberontak. Namun hanya sebentar, setelah itu Ina menghempaskan tangan Evan kuat, agar terlepas dari cekalan itu.

"Ck, kalau gak mau disusahin, ya tinggal gak usah dipeduliin, gampang kan". Ucap Ina, lalu pergi meninggalkan kerumunan tersebut dengan sedikit menyenggol kan bahunya kepada evan saat melewati cowok itu.




____________________

Tbc.



VaNa(ON GOING)Where stories live. Discover now