37. Rachel (✓)

22.1K 1.1K 48
                                    

Happy reading..




Waktu terasa berlalu sama lama, hingga kini raut bahagia terpapar dari insan yang menunggu kembalinya seseorang.

Kedua kelopak mata indah yang begitu lama terpejam kini mulai terbuka perlahan, bukan lagi surai seperti yang selama ini kita tahu, gadis yang membuka kelopak matanya adalah Rachel dengan surai kecoklatan serta mata biru, sky blue. Bukan lagi surai hitam legan dan mata dark blue.
"Rachel?" Ucap papa Rachel sembari tersenyum cerah.

Ya Rachel kembali kesini.

Tak lama berselang setelah kesadaran yang didapatkan Rachel.

"Mama seneng Rachel udah bisa pulang besok" ucap sang Mama.
Rachel tersenyum, "iya ma, Rachel juga"

Rachel terdiam sebentar terlarut dalam pikirannya, Rafe bagaimana keadaanya?
Jujur saja kalau ingin, Rachel ingin kembali bersama Rafe. Namun, bukankah orangtua tetap lebih penting?
Rachel hanya bisa berdoa semoga Rafe dapat menerima kenyataannya. Semoga dia hidup dengan bahagia tanpa dirinya.

Theo semoga kamu bahagia. Dan maaf..

Aku mencintai kamu.

•••

Jauh disana..
Terdengar suara tangisan, serta suara serak yang dikeluarkan orang tersebut.
"Rachell.."
Rafe, dirinya menangis hatinya hancur, hidupnya hancur, segalanya dalam dunianya runtuh sekaligus.
Dia berharap Rachel akan memilih kembali dalam raga Zela namun dia salah, tadi malam raga Zela kritis dan dinyatakan masuk dalam kategori kemungkinan kecil untuk selamat, domter menyerah dan menyerahkan segalanya kembali pada Zela dan semesta.

Rafe terus berdoa, berharap sebuah keajaiban, berbarap Rachel akan memilihnya. Berharap kelopak mata indah itu terbuka menatapnya.

Namun..
Monitor yang menujukkan tanda detak jantung Zela berbunyi nyaring memenuhi ruangan, detik berikut dokter berlari masuk dengan nafas memburu, Rafe merasa dejavu akan hal ini.

Dokter sibuk memompa dada Zela dengan alat pacu jantung, monitor yang tadinya sedikit berirama sekarang hanya menunjukkan garis lurus, Rafe panik, begitu juga Shankara dan Nazeera disana.
Nazeera menyatukan tangannya menatap dokter yang berusaha keras menyelamatkan nyawa Zela.
"Rachel.. kakak mohon." Nazeera berharap semuanya baik-baik saja, dia tak sanggup melihat jika Rafe jatuh terpuruk semakin dalam.

Mereka semua memanggilnya Rachel, bukan lagi Zela.

Dokter menghentikan kegiatannya, para perawat melepaskan oksigen, infus, serta alat lain dari tubuh Zela.
Dokter tersebut mengalihkan pandangannya pada mereka semua yang berdiri, "Zelaina Aquinsha telah meninggal dunia, dini hari pukul 05.40"

Ya, pagi-pagi sekali mereka berada diruangan Zela sebab kejadian malam tadi membuat mereka khawatir hingga memutuskan untuk menetap.

"Rachell.. kamu—" suara Rafe tertahan air matanya dengan deras turun, tangannya dengan erat menggenggam tangan milik Zela yang kini perlahan dingin, perasaannya terasa seperti mimpi.

"Ini mimpi kan? Aku bakalan bangun lagi dan kamu udah sadar kan sayang?" Rafe tidak bisa menerima kenyataan.
Nazeera melangkah mendekati Rafe memeluknya, "Rachel udah bahagia ya Rafe, ikhlas ya" ucapan yang pernah dia dengar.
Rafe menggeleng cepat, "ini hanya mimpi kak" dia mengukir senyuman diwajahnya yang penuh air mata.

Suaranya parau, "kemarin Rafe mimpiin hal yang seperti ini, ini juga mimpi"
"Pastii.. pastii hanya mimpiii, bangunkan saya..."

Suara tamparan keras terdengar, Rafe menampar dirinya sendiri sambil terus mengulang kata, "ini mimpi"

Zelaina Transmigration (End)Where stories live. Discover now