28. Charging (✓)

28.3K 1.3K 14
                                    

Tandai ya kalau typo, arigatou!

Happy reading

Malam hari Zela duduk diatas tempat tidurnya dengan bantal yang dia taruh diatas pahanya, dirinya sudah sejak lama sekamar dengan Rafe, sudah mulai terbiasa lebih tepatnya.

"Masih marah?" Tanya Rafe yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Rambut basah Rafe dibiarkan menetes begitu saja, dia bahkan keluar tanpa memakai baju hanya handuk yang melilit pinggangnya.

Rafe menatap istrinya dan segera duduk disisi kasur menggeser bantal yang berada diatas paha Zela,"Pake baju sana jauh jauh! Rambut kamu basah" usir Zela saat Rafe sudah mendusel-dusel kan kepalanya dan memeluk dirinya, karena posisinya Rafe masih duduk disisi kasur sedangkan Zela duduk menyender ke kepala ranjang sesuai posisi kasur, jadi Rafe memeluk Zela dari arah samping.

Zela tetap mencoba bermain ponselnya meski Rafe berada disana.

"Maaf.." tuturnya lembut
"Aku cemburu" ucapnya dengan mendogakkan kepala menatap Zela.

Rafe tahu jelas mulai awal pulang dari konser Zela sudah memanyunkan bibirnya, bahkan dari perjalanan pulang.
Dia tau jelas Zela kesal karena momennya diganggu, Rafe sedadi tadi mencoba membujuk.

Mau marah tapi kasihan, tapi mau marah juga.

"Padahal itu maunya anak kamu!" Protes Zela kesal mengesampingkan ponselnya.
"Maaf.." ucap Rafe lagi.

"I'm too jealous, kamu menatap mereka dengan sangat serius. Apalagi saat kalian saling menukar love sign"

"Aku ga suka."

"Ck! Kesel banget tauu!!"
Rafe membenamkan wajahnya diperut Zela sambil bergumam, suaranya terpendam dalam dekapan itu, "maaf.."

Zela memutar bola matanya, "Iya iya dimaafin" jawab Zela terpaksa.

Rafe melayangkan kecupan dipipi Zela. Kemudian detik berikutnya menjauhkan kepalanya menatap Zela dengan senyum yang sudah jelas tercetak disana.
hal itu membuat pipi Zela merona apalagi matanya tertuju pada ehem kotak kotak dibadan Rafe.

Sepertinya jantungnya tidak akan pernah aman jika terus berada didekat Rafe, perutnya seperti terdapat ribuan kupu-kupu. Bahkan sekarang dia menjadi gampang luluh! Ayolah dia tidak bisa marah terlalu lama jika Rafe menggunakan jurus seperti ini.
"Kenapa? Lebih bagus dari punya mereka?" Tanya Rafe saat mengetahui pandangan Zela.

"Apaan? Jauhh tuh"

"Jauh? Yakin?"

"Udah deh jangan dibahas! Masih kesel"

"Jangan macem-macem ya" Zela memundurkan badannya saat Rafe mendekatinya lagi dengan wajah senyuman, ya senyuman penuh arti.
"Kamu mau aku macem-macem?" Tanya Rafe iseng, dengan alis yang dia naikkan.

"Awas kamu"
Zela mendelik mendorong Rafe kebelakang, "keringin dulu rambutnya basah"
"Berarti setelah kering boleh?" Tanya Rafe dengan suara serak rendahnya, matanya tidak lepas menatap tajam mata Zela.

"Gua tabok lo!" Spontan Zela.

Rafe terkekeh lalu mencium bibir zela sejenak, "ini untuk kamu yang make kata 'gua' dan 'lo'"

"Sesuai janji sayang.."

Zela hanya bisa diam, dia lupa.
"Nyebelin"
Rafe terkekeh nencubit pelan hidung Zela gemas.
"Awas deh awas rambut kamu basah!! Netess!!" Protes Zela lantaran piyama Zela tertetesi air yang berasal dari rambutnya.

"Keringin"

"Enak aja!" jawab Zela.

Rafe tetap menatap Zela dalam diam tanpa menjawabnya, hanya menatap. Kemudian dia membenamkan lagi wajahnya diperut Zela.
"Baby.. mommy kamu jahat" adunya.

Zelaina Transmigration (End)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu