"Biar aku yang pegang."

"Eh?"

"Kasih jeda buat tanganmu. Tanganmu pasti sakit karena pegang cup dingin ini terlalu lama."

Kaia ingin menolak da mengambil kembali cup minumannya tapi Prabas menepis tangan Kaia. Pria itu mendekatkan tangannya agar ujung sedotan menyentuh bibir Kaia. Gadis itu hanya menyerah karena tidak ingin menimbulkan keributan dan minum dari cup minuman yang dipegang oleh Prabas. Prabas yang melihat itu tersenyum puas.

Pria itu kembali mendekat.

"Kamu suka pemeran utamanya?" tanya Prabas sambil berbisik. Kaia yang masih fokus akan adegan aksi yang disuguhkan ikut mendekatkan telinganya kepada Prabas karena ia tidak mendengar pertanyaan pria itu. Prabas membelalakkan matanya akan kedekatan mereka. Tapi sepertinya hal itu tidak disadari oleh Kaia.

"Hm?"

Prabas menahan diri untuk tidak tersenyum. Ia semakin mendekatkan dirinya hingga jarak telinga Kaia dan wajahnya hanya satu centi saja. Pria itu kembali berbisik, "Kamu suka pemeran utamanya?"

Aroma sampo gadis itu begitu kuat di jarak sedekat ini. Prabas menahan dirinya untuk berada di jarak yang sama. Saat Kaia menunduk untuk minum dari tangan Prabas, mata Prabas melihat kilau anting Kaia. Gadis itu mengenakan anting sederhana yang terbuat dari emas. Matanya bersinar setiap melihat anting itu berkilau di hadapannya.

Kaia mengangguk dan memiringkan sedikit wajahnya tapi kedua matanya masih tetap fokus pada layar.

"Dia ganteng," jawab Kaia membuat Prabas tersenyum.

Prabas penasaran... bagaimana rasanya mencium pipi itu. Sial... ia belum pernah memiliki ketertarikan segila ini kepada wanita.

Ia pikir wanita hanya akan menyusahkan saja. Mengingat semua wanita di sekitarnya hanya bisa menghancurkan hidupnya, Prabas mengira bahwa ia mungkin tidak akan menikah. Ia tetap akan membutuhkan wanita, tapi hanya sebagai penghangat ranjangnya saja. Bukan sebagai seseorang yang ia ingin miliki.

Tapi apa yang dilakukan Kaia? Gadis itu tidak melakukan apa-apa, tapi ada dorongan besar di dalam diri Prabas untuk memiliki gadis itu. Bahkan ia tidak tahu sifat asli Kaia, ia tidak tahu masa lalu Kaia, ia juga tidak tahu apakah Kaia sudah memiliki kekasih atau belum. Tapi ia sungguh ingin memiliki Kaia.

Jika bisa, Prabas ingin memiliki waktu seperti ini terus setiap hari. Apakah perlu besok ia mengajak Kaia untuk menonton lagi?

"Kamu ga mau makan popcorn nya juga?" tanya Kaia membuat Prabas tersadar dari lamunannya.

"Huh? Nanti saja dulu."

Popcorn yang ia pesan memiliki rasa karamel. Prabas tidak terlalu suka rasa manis jadi ia memilih untuk menghindar makan benda itu.

"Tapi kan ini kamu yang bayar. Kamu makan juga ya."

"Nanti, Kaia."

Kaia melihat bucket popcorn di atas pangkuannya sejenak. Gadis itu mengambil satu dan meletakkannya di depan mulut Prabas. Kedua alis pria itu terangkat. Ia menoleh dan mendapati Kaia yang sedang merona.

"Makan juga, ya. Aku nggak habis makan ini semua."

Prabas tersenyum. Sepertinya ia juga perlu melatih lidahnya untuk sering makan makanan yang manis juga jika ingin menghabiskan waktu bersama gadis itu.

Setelah terkekeh pelan, pria itu menggigit popcorn yang sudah dipegang Kaia di depan mulutnya..

"Yang manis ternyata nggak terlalu buruk," gumamnya pelan.

Setelah mereka menyelesaikan tontonannya, Kaia meregangkan kedua tangan. Ketika lampu kembali dinyalakan Prabas terkejut melihat minuman juga bucket popcorn yang sudah bersih. Ia menoleh ke arah tubuh Kaia yang masih terlihat ramping. Padahal belum ada beberapa jam, gadis itu makan dengan lahap sushi yang disediakan.

"Aku harus segera pulang. Papa sama kakakku pasti sudah nunggu."

"Mau aku antar?"

Kaia menggeleng.

"Au naik taxi online saja. Kamu juga butuh istirahat, kan? Terima kasih banyak ya, Pangestu. Aku janji akan ganti semua ini suatu hari nanti kalau ada kesempatan. Bye!"

"Kaia!" panggil Prabas sebelum Kaia pergi mennggalkannya.

"Ya?"

"Sebagai gantinya... bagaimana kalau... setiap jam makan siang kamu datang ke rooftop?"

Kaia memiringkan kepalanya bingung.

"Aku nggak punya banyak teman di kantor. Tapi kalau kamu berkenan, kamu temani kau makan siang di rooftop?" tanya Prabas.

Kaia berpikir sejenak. Gadis itu tengah memikirkan kemungkinan bahwa ia akan selalu disuruh membelikan makan siang ketika jam istirahat. Sepertinya itu ide yang bagus untuk menghindari tugas membeli makan siang untuk timnya.

Kaia mengangguk sambil mengangkat jempolnya.

Prabas mengucapkan terima kasih. "Terima kasih, Kaia. sampai jumpa besok?" tanya Prabas untuk memastikan apakah Kaia akan menemuinya besok lagi atau tidak.

"Ya sampai jumpa besok," jawab Kaia.

Mereka berdua berpisah jalan. Prabas memastikan Kaia naik taxi yang sudah dipesan kemudian menuju tempat parkir valet tempat ia menitipkan mobilnya.

***

Prabas ini kayaknya sudah jantu cinta pada pandnagan pertama nggak sih?

Kalau gini gimana dia mau deketin kalau tembok kakak sama papanya Ai tinggi banget wkwk

Jangan Bilang Papa!Where stories live. Discover now