Empat puluh

6.9K 719 83
                                    


Bacanya pelan-pelan soalnya part ini lumayan panjang, sebelum baca tarik nafas dulu, sudah?

Happy reading~
.
.
.
.

Permintaan si bungsu yang ingin bersekolah mau tidak mau Damar iyakan. Walaupun sejujurnya di tentang keras oleh keluarganya tapi melihat tatapan permohonan dari mata Helnan, dengan berat hati Damar mengijinkannya.

Karena terlampau bahagia Helnan sampai bangun pagi hari ini, ia juga menyiapkan alat keperluan sekolah dan lainnya, jika biasnya Helnan tidur di kamar orang tuanya, maka malam tadi Helnan tidur di kamarnya sendiri. Helnan teramat senang pokoknya ia ingin segera bertemu dengan Ucup lalu meminta maaf.

"Udah jam setengah 6, Elnan udah siap-siap tinggal pasang sepatu deh." Katanya. "Habis ini Elnan mau ketemu Mama." Sebelum memasang sepatunya anak itu melimpir mendekati akuarium yang berisi dua ikan cupang kesayangannya.

"Mail sama Mei Mei baik-baik ya, Elnan mau berangkat sekolah dulu jangan kangen sama Elnan ya..." Helnan tertawa kecil lalu memberi makan pada ikannya.

Saat sudah selesai Helnan berbalik ingin mengambil sepatunya, sebelum suara decitan pintu kamarnya di buka secara perlahan dan ternyata itu adalah Rinjani.

"Loh Adek udah bangun, kok pagi banget." Niat hati ingin melihat anaknya yang mungkin masih tertidur, ternyata malah anak itu sudah siap dengan setelan baju sekolahnya.

"Ihh Elnan kan mau sekolah, jadi bangunnya harus pagi." Jawab Helnan dengan semangat.

"Tapi kepagian Adek udah siap, Abang aja pasti belum bangun, nanti gimana kalau Adek ngantuk di sekolah?" Tanya Rinjani mengelus rambut anaknya.

"Kata Papa Abang itu kebo susah bangunnya, kalau Adek enggak, jadi Mama percaya kalau Adek pasti tidak akan ngantuk di sekolah." Jelasnya dengan suara lucu serta bibir yang kadang merengut.

Rinjani terkekeh geli. "Iya, Mama Percaya sama Adek."

"Sudah selesai siap-siapnya? Ayok Adek ikut kebawah sama Mama."

"Belum, pasang sepatu dulu." Helnan menunjukkan kakinya yang masih belum terbalut kaos kaki.

"Adek enggak pakai kaos kaki?" Tanya Rinjani heran.

Helnan menepuk keningnya lalu tertawa kecil. "Adek lupa."

Lalu keduanya sama-sama terkekeh, Helnan yang langsung buru-buru mencari kaos kakinya.

"Mama duluan aja, Elnan cari kaos kaki dulu sebentar." Katanya menengok ke belakang dimana Rinjani yang tengah berdiri di dekat pintu kamarnya.

"Yasudah, nanti kalau sudah selesai langsung turun ya."

Helnan mengangguk kecil dan kembali pada kegiatan awalnya mencari kaos kaki di laci dekat meja belajarnya.

"Ketemu." Ucap nya menarik sepasang kaos kaki putih itu lalu memakainya.

Setelah semuanya sudah selesai buru-buru Helnan megambil tasnya, sebelum tatapannya jatuh pada buku dan kertas putih yang terletak di atas meja belajarnya. Tangannya dengan cekatan mengambil dan memasuki kedalam tasnya.

Helnan lupa semalam ia sempat begadang menulis sesuatu di bukunya itu dan juga kertas putih yang sudah ia lipat rapi.

Untung ia tidak lupa membawanya.

.
.
.
.

Helnan turun kebawah lengkap dengan pakaian sekolahnya yang sudah rapi, tapi anak itu sedikit terkejut saat melihat keluarganya yang sudah berkumpul sepagi ini. Tidak biasanya.

Bahkan Abangnya sudah bangun, walaupun masih dengan muka bantalnya.

"Mama."

Panggilan dari si bungsu sontak langsung mengalihkan perhatian mereka semua.

Dia Helnan | Lee Haechan Where stories live. Discover now