Tiga puluh

9.2K 1K 77
                                    


Happy reading~
.
.
.
.

Hari berganti hari, masih sama seperti hari sebelumnya penyakit yang di derita Helnan semakin nampak menunjukkan efeknya seperti berat badan anak itu semakin menyusut membuat tubuhnya lebih terlihat kurus dari biasanya.

Dengan melakukan kemoterapi dan juga bantuan obat yang setiap hari harus di telannya hanya bisa membuat rasa sakitnya sedikit berkurang.

Sesuai permintaannya yang ingin bersekolah dengan berat hati Damar dan Rinjani mengijinkan Helnan untuk masuk ke sekolah walaupun masih di tentang keluarganya. Bahkan Satria selaku sang Kakek sangat menolak keras permintaan cucunya sampai akhirnya Damar bersuara jika ia akan memberikan pengawasan ketat untuk anaknya.

Alasan lainnya juga Damar terlalu lemah melihat sorot sedih mata anaknya jika ia menolak keinginan Helnan, maka untuk kali ini biarkan wajah bahagia bungsu mereka memancar dengan kehangatan yang membuat mereka merasa tenang.

"Adek sini dulu bentar."

Helnan yang sedang mengancing seragam khas anak SMA GNS atau Global Nasional School. Senyumnya tidak pernah luntur sedari tadi karena memang Helnan sangat menantikan momen ketika ia masuk SMA seperti ini.

"Pakai ini dulu." Ucap Rinjani membuka tutup botol minyak telon yang ingin ia pakaian ke perut Helnan.

"Elnan sendiri aja, Mama enggak boleh lihat perut Elnan lagi." Sahutnya protes dengan mata bulatnya.

Rinjani terkekeh pelan mengusap rambut Helnan yang masih berantakan. "Kenapa? Malu, kan sama Mama juga."

"Helnan sudah besar ini udah masuk SMA."

"Gitu ya, padahal Adek masih kecil deh Mama lihat." Ucapan bercanda dari Rinjani membuat bibirnya merengut kesal.

"Mama duduk disini, terus lihatin Helnan aja biar Helnan sendiri yang siap-siap." Katanya membuat Rinjani mengangguk menahan senyumnya.

Helnan kembali menatap cermin merapikan seragamnya dan juga rambutnya setelah merasa sudah cukup ia berlalu mencari tas dan juga sepatunya.

"Ihh sebelahnya dimana sih?" Gerutu Helnan membongkar laci kecil mencari sebelah kaos kakinya.

Rinjani yang memperhatikan Helnan sedari tadi tidak bisa menyembunyikan tawanya saat melihat raut kesal anaknya.

"MAMAA!"

"Kenapa sih Dek? Jangan teriak." Sahut Rinjani berjalan menghampiri Helnan.

Helnan menunjukkan isi laci yang sudah keluar. "Helnan cari sebelahnya enggak ada."

"cari yang benar coba."

Helnan menggeleng. "Enggak ada udah di cari."

"Tadi katanya mau sendiri enggak mau di bantuin sama Mama." Kata Rinjani kala sudah menemukan sebelah kaos kaki Helnan yang terkeluar dan berada di bawah kolong lemari.

Helnan tersenyum lebar dengan cepat memberikan kecupan di pipi Rinjani. "Maaf, terimakasih Mama."

Tawa ringan Rinjani terasa mengudara dan membawa tubuh sang anak ke dalam pelukannya. "Lucu banget anak Mama, let's go kita sarapan dulu."

.
.
.
.

Selesai melakukan sarapan Helnan duduk di sofa terlebih dahulu mendengar petuah yang di berikan keluarganya. Karena ini hari pertamanya masuk sekolah Helnan pasti akan mengikuti MPLS dengan siswa-siswi baru, dengan begitu Damar menyuruh Helnan untuk tidak usah ikut berpartisipasi tapi anak itu menolak karena katanya ingin sekali merasakan kegiatan MPLS di sekolah barunya pasti sangat seru pikir Helnan.

Dia Helnan | Lee Haechan Where stories live. Discover now