Sembilan

10.8K 1.1K 18
                                    


Damar mengemudikan mobilnya keluar dari pekarangan mansion, hari ini ia akan melaksanakan meeting penting dengan salah satu pebisnis dari Dubai.

Kerja sama yang sangat menguntungkan jika mereka berhasil memenangkan tender kali ini, bahkan mereka akan meraup keuntungan hingga milyaran rupiah.

Damar melirik ponselnya yang berada di dashboard mobil saat melihat layarnya yang menyala pertanda panggilan masuk dan itu dari sekretaris nya. Dengan cepat tangannya menggambil earphone yang tergeletak di dekat ponselnya.

"Hallo, Pak Damar sudah menuju kesini? Saya dan klien Pak Damar sudah berada di restaurant biasa sekarang."

"Ya, sepuluh menit lagi saya akan sampai!"

Tutt

Damar mematikan sambungan teleponnya mobilnya semakin melaju membelah jalanan kota Jakarta pagi ini.

Saat sudah sampai di depan restaurant bergaya Eropa itu Damar langsung mematikan mesin mobilnya, lalu keluar saat sudah selesai memarkir mobilnya di tempat parkir biasa.

Kaki jenjang terbalut sepatu pentopel hitam yang tampak mengkilat itu berjalan masuk ke dalam restaurant. matanya bergerak menatap sekelilingnya raut wajahnya yang dingin itu benar-benar membuat orang tahu bahwa petinggi penting seperti Damar begitu sangat di segani.

"Maaf sudah membuat anda menunggu lama." Yusmar mengangguk menjabat tangan Damar yang hendak duduk di kursinya.

Ini kali pertama Yusmar bertemu dengan Damar Jayadi Gutama, pengusaha dan pebisnis sukses yang namanya sudah tidak asing lagi bagi orang-orang.

"Tidak masalah, saya begitu menikmati suasana restaurant nya kali ini." Kata Yusmar terkekeh kecil sembari meminum coffe latte nya.

Damar menjawab dengan senyum tipis di bibirnya. "Apakah kita bisa memulai langsung meeting nya kali ini?"

"Saya tidak bisa terlalu berlama-lama, karena saya harus menghadiri beberapa meeting yang ada di luar kota." Lanjut Damar meminta berkas kepada sekretarisnya.

Yusmar mengangguk. "Tentu saja bisa langsung di mulai."

Yusmar membuka berkas yang ia bawa di dalam tas kerjanya, dan juga menghidupi laptopnya memperlihatkan kurva dan beberapa file penting lainnya.

Saat Damar sudah selesai menatap laptop di depannya, kepalanya sedikit mendongak karena ingin berbicara kepada Yusmar tapi ia urungkan saat netranya menatap siluet tubuh yang begitu Damar kenali dari kaca penghubung yang ada di restaurant.

karena mereka memang memilih berada di lantai satu dan itu mempermudah mereka untuk melihat lalu lalang kendaraan dan orang-orang di depan sana.

"Pak, Pak Damar." Panggil Gio selaku sekretaris nya.

Namun Damar sama sekali tidak mendengar panggilan Gio, jantungnya berdetak kencang melebihi ritmenya, Damar sampai beberapa kali menajamkan penglihatannya.

Tidak salah lagi Damar mengenali siluet tubuh di depan sana tangannya bergetar hebat saat melihat perempuan itu berbalik menggandeng tangan seorang anak yang tingginya hanya sebatas pundak.

Detik itu juga Damar langsung berlari keluar dari restaurant mengabaikan panggilan Gio yang beberapa kali memanggilnya. Tidak peduli dengan meeting yang sedang berlangsung dan juga kontrak kerjasama yang bisa saja di batalkan.

Menurut Damar ini jauh lebih penting! Meninggalkan satu klien tidak membuatnya langsung bangkrut juga kan.

"Aku benar-benar yakin itu Rinjani, lalu siapa anak itu?" Gumam Damar saat sudah sampai di depan restaurant, tapi ia tidak menemukan siapapun. Tidak mungkin jika ini hanya halusinasinya saja.

Dia Helnan | Lee Haechan Where stories live. Discover now