Tujuh belas

11.3K 1.1K 61
                                    

Happy reading~

Damar bernafas lega saat mendengar ucapan dokter Farhan jika mimisan yang di alami Helnan hanya bentuk dari suhu tubuhnya yang panas.

Pagi ini demamnya jauh lebih turun, tubuhnya tidak sepanas tadi malam bahkan sekarang Helnan sudah kembali ceria dan bercerita dengan Nolan dan Eksa yang sedari tadi ikut berbaring di kasurnya.

Cerita tidak jelasnya membuat Nolan dan Eksa kadang tertawa, apalagi saat melihat raut wajahnya saat bercerita begitu excited.

"Abang tau gak?"

Nolan menggelengkan kepalanya. "Enggak tau kan Adek belum bilang."

Helnan cengengesan. "Helnan tuh sebenarnya punya ikan cupangnya dua tau."

"Namanya Mei mei temannya Mail." Lanjut Helnan membuat mereka berdua hanya bisa mengangguk mengiyakan.

"Terus yang satunya kemana?" Tanya Eksa.

"Helnan kasih sama Ucup buat kenang-kenangan." Sahut Helnan bersandar pada sandaran kasurnya.

Jangan heran Eksa dan Nolan sudah cukup tau banyak tentang Ucup, pasalnya Helnan tidak pernah dalam bercerita tidak menyebutkan nama Ucup.

Benar-benar teman setia.

"Adek sayang banget ya sama tuh Ucup?" Nolan bertanya dengan tangannya yang sesekali mencubit pipi Helnan kegemasan dianya.

Helnan melotot membalas mencubit tangan Nolan. "Abang ih jangan cubit pipi Helnan nanti merah."

"Iya iya jangan marah." Nolan membekap mulut Helnan karena anak itu bisa saja berteriak, ia hanya takut ketahuan nanti malah terkena marah oleh orang tuanya.

"Bau." Kata Helnan menepis tangan Nolan membuat Nolan seketika melotot bisa-bisanya adiknya berkata seperti itu.

Eksa tertawa. "Bau apa dek?"

"Bau tai."

"Heh sembarangan!" Kesal Nolan menaikkan lengan bajunya bersiap-siap memukul Eksa tidak mungkin kan Nolan memukul adiknya.

Sedangkan Eksa sudah tertawa ngakak sambil guling-guling di atas kasur.

"Abang nih wangi! Enggak ada sejarahnya seorang Nolan bau."

Eksa bercelutuk pelan. "Yaudah ceritain sejarah kenapa lo sampai ga bisa bau.

"Lo sebaiknya diam kalau kata gue!"

Eksa mencibir dalam hatinya merasa jika emosinya cepat tersulut berhadapan dengan Nolan. "Ogah gue punya mulut."

"Jelas lah lo punya mulut, kalau gak punya gimana lo bisa ngomong!"

Helnan menatap datar Abangnya sudah biasa jika mereka berdua di satukan maka Helnan yang akan menjadi penonton keributan mereka sekarang.

Helnan senang sebenarnya punya hiburan seperti ini, tapi enggak kali ini juga kan ributnya, masalahnya itu Helnan baru sembuh yang ada ini kepalanya malah makin pusing.

"Lewat pantat lo!" Geram Eksa memukul tubuh Nolan dengan guling milik Helnan.

Hidung Nolan kembang kempis siap-siap dengan sumpah serapahnya yang ingin keluar dari mulutnya. "Eksa kampret lo!"

Eksa loncat dari kasur milik Helnan yang mana malah membuat keduanya saling kejar-kejaran di dalam kamar.

"EKSA SINI GA LO!"

"Lo diam disitu gue capek." Sahut Eksa menghirup udara dengan rakus.

Nolan tidak mengindahkan, melihat Eksa yang bersandar di tembok berdekatan dengan meja akuarium milik Helnan membuat Nolan tersenyum senang mengambil bantal di atas kasur.

Dia Helnan | Lee Haechan Where stories live. Discover now