Enam

10.6K 1K 27
                                    


Tubuhnya bergetar hebat matanya menatap nyalang langit kamar dengan nafas putus-putus. Nolan menyandarkan kepalanya pada sandaran kasur mencoba menetralkan detak jantungnya yang kian berpacu cepat.

Mimpi itu lagi, Nolan mencoba tenang mengusap air wajahnya mencoba menaik turunkan nafasnya berulang kali. Setelah merasa sedikit tenang Nolan menunduk menghalau air matanya yang tiba-tiba hendak keluar.

Nolan memilih bangkit dari tempat tidur. Lalu keluar dari kamarnya menuju kamar yang letaknya berada di lantai 3, setelah keluar dari lift tiba-tiba Nolan merasa ragu mengetuk pintu kamar Papanya. Tapi keraguan itu iya urungkan memilih beberapa kali mengetuk pintu putih didepannya.

Tok tok

"Papa, ini Nolan"

Damar sang pemilik kamar membuka pintu dengan cepat.

"Kenapa belum tidur?" Tanya Damar, tapi Nolan malah merentangkan tangannya dengan pelupuk matanya yang sudah berair. Dan itu jelas membuat Damar khawatir.

"Adek kenapa? Hei lihat Papa, Nolan." Damar membalas pelukan itu serta membawa Nolan masuk ke kamarnya.

"Nolan kangen Mama."

Hening

Damar menunduk selama beberapa detik, mencoba menahan perasaan sedihnya saat mendengar ucapan sang anak.

"Kangen banget." Pecah sudah tangisan Nolan remaja itu merasakan sakit di hatinya. Nolan benci kelihatan lemah seperti ini, tapi di satu sisi ia juga sudah tidak mampu membendung perasaan hampa yang ia coba tepis selama bertahun-tahun ini.

Damar mengusap air matanya yang tiba-tiba keluar, dengan perasaan gamang ia mencoba untuk menguatkan anaknya juga.

"Papa juga, tapi Mama udah tenang sekarang, giliran kita disini buat ngasih doa biar Mama bisa bahagia terus di atas sana."

Nolan mengangguk, perasaan gundah dan tidak tenang selalu muncul jika membahas kematian ibunya, entah Nolan yang belum ikhlas atau memang ia merasa Mamanya ada tapi sangat jauh. Nolan juga bingung.

"Nolan boleh tidur sama Papa malam ini?" Tanya Nolan berharap.

"Sure." Jawab Damar menaiki kasurnya menghadap ke arah Nolan.

Damar merasa Dejavu,

Saat mengingat Nolan kecil yang susah tidur maka ia dengan sang istri akan menemani Nolan tidur saling berhadapan dengan Nolan yang berada di tengah-tengah mereka

Dan ini kembali mengingatnya lagi dengan Rinjani.

____

Cahaya matahari dengan malu-malu menyelinap masuk melalui jendela kamar, Damar melirik ke arah kasur setelah selesai dan bersiap hal terakhir yang ia lakukan cukup menyemprotkan parfum.

"Nolan bangun, kamu ga sekolah?" Damar menepuk-nepuk punggung Nolan membuat anak itu hanya bergumam tidak jelas karena suaranya yang terdalam di bawah bantal.

"Jrksygwt."

"Apa? Kamu ngomong apa?" Tanya Damar tidak paham.

"Sekolah, sebentar 10 menit lagi masih ngantuk."

Damar memejamkan matanya. "Gak! Bangun cepat nanti telat lho Adek."

Nolan langsung pundung, memilih langsung bangun dengan gerakan malas, sudah ia bilang jangan pernah memanggilnya Adek, panggilan itu hanya cocok untuk anak kecil dan itu tidak berlaku untuknya sekarang.

Damar melemparkan tatapannya saat melihat Nolan yang malah duduk dengan selimut membungkus tubuhnya. "Mandi cepat! Hari ini Papa yang nganterin ke sekolah."

Dia Helnan | Lee Haechan Where stories live. Discover now