Tujuh

10.1K 1K 29
                                    

"ini beneran mobilnya ga bisa masuk?"

Eksa mendengus laki-laki dengan kacamata hitam itu beberapa kali mengipasi wajahnya. "Lo lihat ga jalanya sempit, terus rusak lagi."

"Tau gini lebih baik gue ga ikut aja tadi." Sahut Nolan menaikkan kupluk hoodie hitamnya.

Leo menepuk pundak Nolan. "Sabar belum juga sampai, tadi aja semangat banget."

Ke lima remaja yang masih mengenakan seragam sekolah itu menatap kesana-kemari melihat ke sekitar yang masih asri dengan tanaman hijau. Apalagi mereka hampir melihat di sepanjang jalan selalu ada pohon ketapang.

"Sepi banget! Jangan-jangan kita nyasar lagi." Kata Leo menggigit kukunya.

Davin memutar bola matanya malas. "Mata lo katarak jelas-jelas noh di sana ada pos ronda."

"Coba aja tadi liburannya atau bolosnya ketempat yang seru gitu misalnya club." Kata Fauzan membuat Eksa melotot kaget mendengarnya.

"Ide siapa tadi kesini? Makanya kalau belum tau daerahnya jangan sok tahu!" Dumel Nolan bercelutuk.

"LIHAT SANA LIHAT ADA BOCAH PADA MAIN SAMPERIN AYOKK!" teriak Davin saat melihat anak-anak yang kelihatannya baru pulang dari sekolah.

"Ngapain?" Tanya Fauzan.

"Kita tuh cuman perlu jalan ke ujung sana buat naik ke arah puncaknya, nah kita perlu nyari bocah atau siapa aja buat ngejaga mobil kita nih."

"Lo ga lihat mobil segede gini halangin jalan orang lewat, yang ada kalau kita tinggalin gitu aja bisa di gerek nih mobil."

"Kalau di gerek lo pada mau pulangnya jalan kaki?"

"Maka dari itu kita perlu orang buat jaga nih mobil tinggal kasih mereka duit selesai!"

Eksa mengangguk setuju. "Gue setuju! Lagian kalau kita pulang sayang udah setengah jalan gini."

"Kapan lagi bisa bolos sekolah kek gini." Kata Leo tertawa. "Bebas sehari dululah gapapa, besoknya sih gatau, pasti bakalan udah ketahuan sih menurut gue apalagi bokap lo Lan."

"Emang ajaran lo pada semuanya sesat!" Kata Nolan menutup pintu mobil.

____

Helnan menenteng sepatunya bahkan anak itu berjalan tanpa alas kaki katanya sih sepatunya jebol. Kentara sekali mukanya yang tidak semangat Ucup bisa merasakan itu.

Apalagi saat mendengar ucapan Helnan yang bercerita mereka yang akan pindah ke Jakarta, membuat Ucup juga ikutan sedih. Kemana lagi ia bisa menemukan teman polos yang gampang di bodohi seperti Helnan? Bercanda ya teman-teman asli Ucup tuh sayang pake banget sama Helnan.

"Bosan gue liat wajah lo yang dari tadi di tekuk mulu." Kata Ucup menarik tangan Helnan memilih tempat berteduh. Ucup hari ini tidak menggunakan sepedanya karena rantainya yang rusak belum sempat ia perbaiki.

"Ucup ga sedih Helnan bakalan pindah rumah terus pindah sekolah juga."

"Mau gimana lagi? Lagian lo pindah pasti ada alasannya kan."

Helnan mengangguk kecil. "Mama mau cari kerja."

"Baek baek lo di sana." Kata Ucup. "Di kota rawan penculikan."

"Iya kah,"

"Iyalah."

"Ucup juga baik-baik disini, pasti Ucup sedih bakalan ga punya teman kan."

Ucup sontak menatap datar wajah lempeng milik Helnan. "sorry aja nih ye, masih ada Rudi, Asep, sama Tio."

"Tapi mereka beda sekolah sama kamu." Jawab Helnan.

Dia Helnan | Lee Haechan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang