Duapuluh tiga

10.4K 1.2K 90
                                    

Happy reading~
.
.
.
.

Melvin menutup bukunya secara tiba-tiba saat mendengar suara pintu kamarnya yang dibuka dengan sedikit kasar.

Raut wajahnya yang terkesan dingin dan datar itu menatap kedatangan saudaranya, tatapan mereka juga tidak kalah dinginnya. Membuat suasana di dalam kamar itu terasa begitu mencekam.

"Kenapa?"

Pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Melvin membuat Nolan maju selangkah melemparkan iPad yang langsung di sambut cepat oleh Melvin.

"Maksud kamu apaan?" Geram Melvin tertahan.

"Aku yang seharusnya bilang gitu sama Abang." Nolan tiba-tiba terkekeh. "Kayaknya panggilan Abang udah enggak pantes lagi."

Melvin merasakan jantungnya yang tiba-tiba bergemuruh hebat saat melihat video rekaman cctv yang berada di dalam mansion yang mana memperlihatkan kejadian Melvin mendorong serta menampar Helnan.

"Apa salah Adek sama kamu selama ini?" Tanya Niel yang sedari tadi diam matanya tampak memerah jika mengingat video yang sudah ia lihat tadi.

Tentu saja Niel sangat marah.

Melvin sempat terdiam beberapa detik.

"Kalian enggak usah ikut campur!"

"GAK USAH IKUT CAMPUR? DIA ADEKNYA NOLAN ADEK KITA SEMUA!"

"ABANG SETEGA ITU MUKUL HELNAN, APA SALAH DIA SAMA ABANG? BILANG BANG?!!" lanjut Nolan terduduk lemah.

Nolan sudah beberapa hari ini menaruh kecurigaan pada Abang sepupunya itu, apalagi saat melihat tatapan Melvin kepada Helnan kala itu, dan juga beberapa kali saat sedang berkumpul Melvin selalu mengurung diri di dalam kamarnya.

Tentu saja Nolan curiga tapi ia sempat menepis segala asumsi di kepalanya.

Puncaknya pada saat melihat memar di wajah Helnan, Nolan jadi berinisiatif men cek cctv ingin melihat kegiatan Helnan yang sering sendirian di mansion. Betapa kagetnya ia kala itu saat  rekaman cctv terputar dan terlihat sangat jelas Melvin melakukan kekerasan kepada adiknya sampai-sampai Nolan memarahi beberapa bodyguard dan maid yang bertugas di rumah menurutnya sangat tidak becus.

"Bilang sama Nolan bang! Jangan sakitin Adek lagi." Bahu Nolan terasa meluruh dengan suaranya yang kian memelan.

Niel tidak tinggal diam tangannya terangkat ke atas menampar wajah Melvin.

Plakk

"Gimana sakit?"

Melvin mengepalkan tangannya. "Maksud Abang apa nampar aku?"

"Abang cuman pengen kamu ngerasain sakit waktu kamu nampar Helnan waktu itu." Sahut Niel dengan tatapan tajamnya.

"SEBEGITU SAYANGNYA KALIAN SAMA ANAK ITU?!!"

merasa terpancing emosi Nolan langsung berdiri menarik kerah baju yang di kenakan Melvin. "Anak itu siapa yang Abang maksud? Dia adik kita bukan orang lain!"

"KALIAN INI APA-APAAN?!!" Juna mempercepat langkahnya masuk ke dalam kamar untuk memisahkan Nolan yang bisa saja memukul Melvin saat itu juga.

____

Ruangan ber AC itu terasa semakin dingin ketika semua keluarga berkumpul minus Helnan yang masih berada di dalam kamarnya.

"Kenapa diam?" Satria memecahkan keheningan dengan suara tegasnya.

Nolan menarik nafasnya. "Semua orang harus tahu ini."

Nolan menyerahkan iPad yang ia pegang kepada Kakeknya untuk di lihat. Rasanya Nolan tidak sanggup memberi tahu yang lainnya tapi tidak mungkin juga ia menyembunyikan fakta ini.

Dia Helnan | Lee Haechan Where stories live. Discover now