Lima

11.3K 1K 20
                                    

Pagi-pagi sekali Rinjani sudah memasak sekaligus membuat bubur untuk Helnan. Karena demam Helnan yang belum turun sama sekali malah tubuhnya semakin panas.

Rinjani tidak akan berkerja pagi ini, tidak mungkin juga ia meninggalkan anaknya sendirian.

Malah sekarang anak itu berbaring di depan telivisi menampilkan tayangan kartun favoritnya.

"Sayang makan dulu ya?" Rinjani membawa semangkuk bubur lalu menghampiri anaknya yang asik menonton dengan matanya yang tampak sayu.

"Dikit-dikit aja ya Mama." Ujar Helnan menerima suapan dari Rinjani.

"Siap bos!"

Helnan mengunyah makanannya cukup lambat sampai akhirnya di suapan ke tiga anak itu menolak kembali menutup mulutnya.

"Udah kenyang."

"Masih banyak lo sayang? Satu suap lagi mau?"

"Enggak, Helnan kalau banyak makannya nanti bisa muntah." Jawab Helnan dengan deru nafasnya.

Rinjani mengelus rambut Helnan yang tampak lepek karena berkeringat. "Oke kalau gitu kita minum obat."

Helnan menatap dua pil obat penurun panas dan pusing itu dengan matanya yang masih sayu dan itu membuat Rinjani sedikit terusik.

"Helnan boleh minta susu?" Tanyanya memilin kedua ujung baju Rinjani.

Rinjani tersenyum simpul mengecup kening putranya. "Boleh, tapi Mama beli kedepan dulu?" Ujar Rinjani. "Masih bisa nunggu kan?"

"Bisa, Helnan nunggu Mama disini kok ga kemana-mana." Anggukan kepala itu membuat Rinjani tidak dapat membendung senyumnya. Merasa gemas melihat Helnan yang selalu tampak lucu.

Suasana yang tampak tenang menemani Helnan setelah Rinjani pamit membeli susu di depan sana, tidak terlalu jauh juga karena tempat itu hanyalah satu-satunya warung paling dekat dengan kontrakan mereka.

Helnan tampak sedikit mengantuk melihat tayangan kartun Upin Ipin di depannya sampai akhirnya matanya membola kaget seperti sedang teringat sesuatu.

"IHH HELNAN LUPA KASIH MAKAN MEI MEI SAMA MAIL!"

____

"Ayah?"

Panggilan itu berhasil membuat Danuarta mengalihkan pandangannya dari laptop yang berisi pekerjaannya.

"Kenapa bang, butuh sesuatu?" Tanya Danuarta karena memang hanya ada mereka berdua saja di ruang rawat milik Hanggarila.

Diana tadi sempat meminta Ijin ingin menggambil beberapa baju ganti untuk Hanggarila.

"Mau pulang."

Danuarta memilih mengambil segelas air putih yang langsung di minum oleh Hanggarila.

"Tunggu Papa kamu, kata dokter Farhan juga nunggu infusnya habis."

"Papa kemana?" Tanyanya membuat Danuarta kembali menjawab.

"Ke kantor ada pertemuan penting sama klien jadi ga bisa di batalin."

Hanggarila mengedarkan pandangannya ke sekeliling, benar-benar sepi. Ia merasa bosan banget sekarang.

"Adeknya Aga kemana?"

Danuarta menaikan alisnya. "Sekolah, Juna sama Niel ke kampus."

"Mau tanya siapa lagi?"

"Kakek Nenek? Bunda?"

"Di rumah nanti kesini semuanya." Jawab Danuarta mengelus rambut Hanggarila yang mana anak itu langsung menghindar.

"Kenapa sih?" Kekeh Danuarta.

Dia Helnan | Lee Haechan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang