31. Penyesalan

40 7 1
                                    

"Kamu ngapain bengong di sini?" Tanya pria itu penasaran.

"Hah? Gak ngapa-ngapain" sahut Savana seraya memaksakan diri tersenyum.

Pria jangkung itu duduk di samping Savana lalu kembali bertanya, "Ada masalah ya? Bilang aja, siapa tau aku bisa bantu."

"Kamu kok bisa di sini Le?" Savana berusaha mengalihkan pembicaraan.

Leo menghela napas lalu menjawab, "Aku tadi dalam perjalanan pulang habis ngajar, terus gak sengaja liat kamu jadi turun dari bus."

Savana mengangguk. Terlalu fokus melamun, ia tidak menyadari ada bus lain yang berhenti setelah bus yang ia naiki tadi.

"Gak bawa motor?"

"Lagi nggak" sahut Leo tanpa melupakan senyum tipisnya.

Sekali lagi Savana mengangguk diikuti hembusan napasnya yang berat.

"Aku kangen mas Wira" lirih Savana kemudian. Ia tidak menyadari kalimatnya terasa seperti pisau yang menikam jantung Leo. Meski perih, Leo berusaha tersenyum. Lalu dengan entengnya berkata, "Samperin lah Na kalau kangen, terus bilang sama dia."

Savana langsung menoleh menatapnya, "Aku bikin kesalahan besar sama mas Wira, aku takut dia gak maafin aku."

Leo kembali mengulas senyum, lalu mengusap pucuk kepala Savana.

"Dari yang aku perhatiin selama ini, Wira sayang banget sama kamu. Dia pasti maafin kamu."

Savana menoleh menatap Leo dalam-dalam, "Kamu yakin?", tanyanya ragu.

Tanpa menunggu lama, Leo langsung mengangguk penuh keyakinan. Savana akhirnya tersenyum, lalu bangkit dari tempat duduknya dan berpamitan pulang, katanya ia mau bersiap-siap menemui Wira. Lagi-lagi Leo hanya mengangguk sebagai respon.

Leo menatap pilu kepergian Savana. Ternyata merelakan orang yang dicintai bahagia dengan orang lain rasanya semenyakitkan ini, pikirnya.

Setibanya di rumah, Savana langsung mencari jadwal penerbangan malam ini juga menuju Yogyakarta. Begitu menemukan penerbangan menuju YIA pukul tujuh malam, ia langsung memilih dan memesannya. Lalu bersiap-siap dan langsung pergi ke bandara Seotta. Macetnya perjalanan menuju bandara berhasil membuat Savana stres dan cemas. Ia terus berusaha melihat ke depan, mengecek lalu lintas yang tampak padat.

Di saat bersamaan, di kediaman Baskoro, keluarga itu tampak sibuk memasukkan barang-baran ke mobil jasa pindahan. Wira menatap sendu ke arah rumah kedua orangtuanya.

"Bas, ayo!" Teriak Hana dari samping mobilnya. Wira menoleh lantas berlari menghampiri sang kakak.
"Masih ndak ketemu?" Tanya Hana dan langsung disambung gelengan pelan Wira.

"Yowes ikhlasin saja."

"Hm."

"Bas, mau pada kemana toh?" seorang tetangga yang melihat mereka dari luar gerbang rumah bertanya penasaran.

Hana dan Wira menurunkan kaca mobil lebih rendah. "Mau pindah ke rumah saya buk" sahut Hana memberitahu. Sementara Wira hanya mengangguk seraya tersenyum masam.

Ibu-ibu yang bertanya tadi menanggapi ucapan anak sulung Baskoro dengan anggukan kecil, lalu mengucapkan salam perpisahan. Lagi-lagi Hana yang membalasnya dengan ramah dan penuh senyum.

LFY - Bridge Of LoveWhere stories live. Discover now