17. Wira Dimana-mana

53 10 0
                                    

Savana duduk di kursi tunggu stasiun seraya menghela napas panjang untuk ke sekian kalinya. Sementara Leo tengah pergi untuk membeli air.

Beberapa saat kemudian, Leo terlihat berlari dari arah timur.

"Ini, minumlah dulu! Kamu pasti haus" ucap Leo seraya menyodorkan sebotol air mineral. Savana menoleh lalu mengambilnya.

"Makasih Le."

"Hmm."

Setelah botol tadi berpindah tangan, Leo duduk di samping kanan Savana. Ia melirik Savana sekilas, lalu memalingkan pandangan ke depan.

Suasana stasiun semakin ramai, matahari pun mulai naik perlahan menuju singgasananya.

"Udah yuk pulang!" Ajak Savana setelah menutup kembali tutup botol air mineral di tangannya. 

"Iya ayo aku anter kamu sampe rumah. Tadi kata CS banknya apa?" Ucap Leo seraya bangkit dari tempat duduknya, ia menanyakan hasil konfirmasi Savana pada CS 24 jam bank beberapa saat lalu .

Savana turut bangkit, menatap Leo sebentar lalu menjawab, "mereka bakal proses pemblokiran kartu atmku yang hilang."

"Syukurlah kalau gitu."

Mereka pun berjalan berdampingan menuju tempat Leo memarkir motornya.

Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, Savana akhirnya tiba di rumahnya.

"Makasih ya Le" ucap Savana setelah berhasil turun dari motor Leo.

Leo membuka helmnya, tersenyum lalu mengangguk mengiyakan.

"Aku pulang ya Van. Kalau butuh bantuan, jangan ragu buat hubungi aku" kata pria itu, ia terdengar tulus dan serius.

Savana mengangguk saja. Tangannya terangkat lalu melambai, mengantar kepergian Leo.

Begitu motor Leo tak terlihat lagi, Savana membuka pagar rumahnya dan masuk. Ia berjalan lesu sambil menarik kopernya.

Setibanya di kamar, Savana langsung merebahkan tubuhnya dengan posisi tengkurap lalu menutup mata.  Beberapa saat kemudian ia mengubah posisinya jadi telentang karena merasa sesak dengan posisi sebelumnya.

Tidak butuh waktu lama, Savana pun pergi ke alam mimpi.

Sementara itu, di sisi lain, Wira tampak belum kembali dan masih berada di ibukota. Ia terus mondar-mandir di kamarnya, sesekali mengecek ponsel untuk memastikan apakah ada pesan balasan dari Savana atau tidak.

"Ha!" 

Wira berhenti dan duduk di tepi kasur, lalu berusaha menghubungi Savana, tapi nomor wanita itu sedang berada di luar jangkauan.

"Apa dia benar-benar milih Leo sebagai RM-nya?" (Real Mate). Wira tampak mulai gelisah, ia menyesali keputusan memberikan kencan khusus kepada Leo.

***

Keesokan harinya, Senin 26 April, pukul sepuluh pagi, Wira kembali ke kantor pusat Libertix dengan harapan kali ini bisa bertemu dan bicara dengan Savana. Namun, sayangnya lagi-lagi ia harus gigit jari, karena ternyata Savana tidak masuk kerja hari ini.

Wira menghampiri meja resepsionis Libertix dan menyapanya, "Permisi Fan!"

"Eh, mas Wira? Main lagi mas?" balas Fani ramah.

Wira hanya mengangguk sebagai respon, lalu meminta bantuan pada wanita itu, "Fan, tolong panggilin Savana dong, tapi jangan bilang ada saya, bilang aja ada paket."

"Hari ini dia gak masuk mas, katanya sih habis terkena musibah jadi perpanjang cuti" beritahu Fani yang langsung disambut raut kaget sekaligus cemas Wira.

LFY - Bridge Of LoveWhere stories live. Discover now