21. Klarifikasi

43 7 2
                                    

"Jadi? Kamu mau tanya apa?"

"Saya punya banyak banget pertanyaan buat mas Wira" tutur Savana.

Wira mengangguk seraya berkata, "Iya gakpapa, tanyain aja semuanya. Saya bakal denger dan jawab semua meski harus menghabiskan waktu semalaman", lalu tersenyum tulus.

Savana membalas dengan senyum tipis. "Pertama, soal LFY–"

Wira menatap Savana penuh perhatian, membiarkan wanita itu melanjutkan ucapannya.

"Mas Wira kan ngajuin permintaan khusus, tapi kenapa dikasih ke Leo?" Lanjut Savana. Meski sudah pernah dengar alasannya dari Leo, Ia merasa belum puas jika tidak dengar langsung dari Wira. Savana menatapnya dalam-dalam, menunggu jawaban pria itu dengan sabar.

"Leo gak cerita semua, ya?" tanya Wira memastikan.

Savana berusaha tetap tenang, lalu menjawab, "Leo cerita semua, tapi aku mau tau dari mas langsung."

Wira terdiam sejenak, menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan, lalu menjelaskan semuanya.

"Awalnya, saya ajuin permintaan khusus supaya bisa lebih dekat sama kamu. Permintaan itu udah saya rencanain sebelum tau kalau saya bakal pindah ke kantor cabang" ungkap Wira membuka ceritanya. Savana mendengarkan dengan penuh perhatian.

"Waktu saya dimutasi ke kantor cabang, saya langsung mikir kencan lanjutan itu cuma bakal lebih nyakitin kamu" lanjut Wira. Savana masih belum berkomentar dan mendengarkan dengan setia.

"Karena itu saya kasih Leo" tutup Wira.

"Intinya mas gak mau nyakitin aku, gitu ya?" konfirmasi Savana pelan, tapi tegas.

Wira mengangguk dengan perasaan cemas, Savana yang bersikap tenang seperti itu tampak lebih menakutkan dari biasanya.

"Mas tau? Keputusan yang mas ambil justru nyakitin aku" lirih Savana, lalu tersenyum masam dan melanjutkan, "Lupain aja! Pertanyaan kedua, berhubung mas tadi ada nyebut soal mutasi ke kantor cabang– " Savana menjeda ucapannya sejenak untuk menarik napas.

"Saya udah denger soal mutasi itu, sekarang tolong mas jelasin alasan mas mau dipindahin?" sambung wanita berpipi chubby itu.

Lagi-lagi Wira menarik napas panjang sebelum memulai ceritanya.

"Kamu ingat hari di mana kita bertiga sama pak Lintang dipanggil big boss?" tanya Wira berusaha mengingatkan wanita itu.

Savana mengangguk, "Iya ingat."

"Hari itu waktu kita mau keluar, terus saya ditahan."

Sekali lagi Savana mengangguk, ia mendengarkan cerita Wira dengan seksama.

Wira pun menceritakan kejadian hari itu dengan detail.

"Wir, Wir, tunggu sebentar! Saya mau bicara sama kamu" Panggilan direktur Libertix menghentikan langkah Wira.

Wira menoleh dan berseru, "Iya pak?" lalu kembali duduk.

Setelah Savana dan pak Lintang keluar, pria berkepala plontos itu berkata, "Kamu tau kan Libertix melarang keras office romance?"

Wira hanya mengangguk sebagai respon.

"Tujuannya supaya gak ganggu kerjaan karyawan" sambung pria itu.

Wira belum menyahut dan membiarkan sang direktur menyelesaikan ucapannya.

"Saya udah denger rumor soal kamu sama Savana, sebenernya saya gak terlalu mau tau soal hubungan asmara karyawan, tapi balik lagi ke tujuan yang saya sebutkan tadi, jadi saya harap kamu mengerti" tegas pria itu.

LFY - Bridge Of LoveWhere stories live. Discover now