26. Perkenalan Resmi

46 7 2
                                    

"Na, duluan ya?" Pamit Tania, dia adalah yang terakhir yang berpamitan.

Tanpa berpaling dari layar laptopnya, Savana menyahut, "Eh? Iya Ni, hati-hati di jalan!"

"Yooo!" Seru Tania lantas keluar dari ruangan dan menyisakan Savana seorang diri di ruang accounting. Saat ini waktu menunjukkan pukul sembilan malam.

Seperti biasa, Savana adalah orang terakhir yang menyelesaikan laporannya. Alasannya masih sama yaitu keterlambatan pengiriman data dari bagian produksi.

Savana merentangkan kedua tangan dan membuat peregangan singkat, setelah itu meraih cangkir yang biasanya berisi air mineral, saat tahu cangkir itu kosong, ia berdiri lalu jalan menuju dispenser dan mengisinya. Sambil menunggu cangkir penuh, Savana melirik ke ruang head accounting-nya, ruangan itu tampak masih terang.

"Andai yang di dalam itu mas Wira, pasti udah aku samperin dan ngerjain laporan bareng" lirih Savana penuh harap, ia mengembuskan napas berat lalu kembali ke meja saat cangkirnya telah terisi penuh.

Tak lama setelah Savana kembali duduk, head accounting-nya keluar membawa tas kerjanya, tampaknya beliau sudah bersiap untuk pulang.

"Pulang pak?" Sapa Savana ramah.

Pria itu menoleh, "Eh, iya nih Na. Laporanmu belum selesai? Laporan keuangannya tinggal laporan produk stiklib aja."

"Sedikit lagi pak" sahut Savana terus terang.

"Nanti kirim ke email saya aja ya Na, saya akan selesaikan di rumah aja" tutur pria itu sambil memijit belakang lehernya yang terasa kebas.

Savana mengangguk mengiyakan. Setelahnya, pria itu berpamitan dan pergi. Kini Savana benar-benar tersisa seorang diri. Ia menatap pilu kepergian head accounting.

"Andai itu mas Wira, dia pasti bakal nungguin gue sampai selesai" harap Savana sekali lagi. Lalu merebahkan kepalanya di meja. Ia memalingkan kepalanya ke samping kanan seraya mengeluh, "Kangen mas Wira, dia lagi apa ya?" Karena kesibukan masing-masing, mereka belum berkomunikasi lagi sejak terakhir berpisah di acara gathering dua hari lalu.

Pucuk di cinta, ulam pun tiba. Savana merasa telepatinya sampai pada Wira, karena tiba-tiba Wira menelepon. Cepat-cepat ia memperbaiki cara duduknya lebih tegak.

"Halo mas!" Seru Savana senang.

"Halo, kamu udah pulang?" Sahut Wira.

Savana langsung mencebikkan bibir, meski sadar Wira tak melihatnya, lalu dengan nada sedih ia berkata, "Belum, masih ngerjain laporan. Mas udah pulang?"

"Sama belum juga. Kenapa laporannya gak diselesaikan besok? Bukannya besok tanggal merah?" Suara berat Wira terdengar letih, terdengar juga suara kertas dibalik dari sisi pria itu.

"Mas sendiri, kenapa gak selesaiin kerjaannya besok?" Tanya Savana balik.

"Nanggung dikit lagi."

"Sama, saya juga nanggung dikit lagi."

Mereka berdua tertawa bersama.

Savana dan Wira melanjutkan pekerjaan sambil berbincang lewat telepon. Mereka sama-sama meletakkan ponsel di meja dan menggunakan handsfree.

Malam ini melelahkan seperti malam lembur biasanya, tapi Savana merasa senang karena ditemani Wira meski hanya lewat panggilan telepon.

Pukul 10 malam, pekerjaan Savana selesai dan ia langsung memberitahu Wira serta meminta izin untuk mengakiri telepon. Ia juga berjanji akan menghubungi lagi setibanya di rumah. Kata Wira pekerjaannya juga sudah selesai dan ia sudah bersiap-siap untuk pulang.

LFY - Bridge Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang