10. Permintaan Khusus

90 12 0
                                    

"Mbak, saya mau ngasih tau sesuatu. Begini mbak, ada permintaan khusus dari salah satu mate mbak, katanya dia mau jadi mate ketiga mbak Savana. Gimana mbak? Mau diterima atau nggak?"

.

.

.

"Manusia hanya bisa berencana, tapi Tuhan lah yang menentukan." Kalimat itulah yang selalu Savana rapalkan dalam hati sejak Wira pergi. Meski ia masih belum bisa percaya kisah mereka akan jadi seperti ini.

Padahal ia sudah membayangkan masa depan yang cerah bersama Wira dan setelah sekian lama hatinya terkunci akhirnya ada pria yang berhasil membukanya, tapi apa daya takdir berkata lain, Wira malah dipindahkan ke cabang di daerah. Sampai beberapa detik yang lalu Savana berpikir bahwa takdir tidak berpihak pada mereka namun saat Olive menelepon, keyakinannya kembali. Ia percaya masih ada harapan. Entah kenapa iya sangat yakin orang yang membuat permintaan itu adalah Wira.

"Apa?!"

"Mbak Olive tadi bilang apa?" Savana memelankan nada bicaranya.

"Iya mbak, salah satu mate mbak Savana mengajukan permintaan khusus. Apa mbak mau terima?"

"Siapa? Orang yang ngajuin itu? Mate saya kan ada dua." Tanya Savana penasaran, dalam hati ia terus berdoa agar nama Wira disebut sebagai jawaban.

Namun sayang rasa penasarannya tidak terpenuhi saat Olive berkata, "Maaf mbak, berdasarkan kebijakan LFY, kami harus merahasiakannya. Sama halnya seperti mate yang kami pilih random, mate permintaan khusus juga identitasnya harus dirahasiakan sampai kalian bertemu sendiri."

"Oh, ya udah gakpapa mbak." Savana keluar dari lift lalu berjalan ke pintu masuk ruang accounting. Meski kecewa ia berusaha menerima kebijakan itu dengan lapang dada, tak apa, toh mereka akan bertemu juga nanti. Savana menempelkan ID cardnya di akses pintu, tak lama pintu pun terbuka.

"Iya saya setuju."

"Karena ini permintaan khusus, waktu kencan tidak seperti biasanya, kali ini kencan akan diadakan di minggu pertama dan ketiga. Tempatnya akan saya informasikan menyusul."

"Iya, terima kasih mbak."

Sambungan telepon mereka pun berakhir. Kini Savana sudah duduk di bangkunya dan kembali bekerja dengan perasaan gembira. Walaupun Olive tidak memberitahu, hatinya yakin bahwa orang yang mengajukan permintaan itu adalah Wira. "Aku tau itu pasti kamu", batinnya berkata demikian. Dengan keyakinan itu ia bahkan sudah mulai menyusun kalimat apa yang akan ia ucapkan saat bertemu Wira nanti. Ia juga sudah menyiapkan topik pembicaraan untuk mereka.

"Aku perhatiin sampe beberapa menit lalu kamu masih murung, sekarang keliatan seneng banget, ada kabar baik?" Bisik Tania dari samping.

Savana menoleh singkat sambil tersenyum, "Ya begitu lah" ucapnya sok misterius.

"Apa? Kamu menang undian?" Tania berusaha menebak.

Savana menggeleng.

Belum menyerah, Tania kembali membuat tebakan, "Apa ini soal paket yang kamu terima? Itu dari orang istimewa?"

"Bukan" sahut Savana tanpa melepas senyum di wajahnya. Ia merasa geli sendiri dengan tingkah teman setimnya yang memiliki rasa penasaran tinggi itu.

Karena semua tebakannya selalu dipatahkan, Tania pun akhirnya menyerah, "terus apa dong?"

Kali ini Savana hanya merespon dengan senyum lebar, membiarkan pertanyaan Tania menguap di udara. Sementara wanita di sampingnya tampak cemberut karena tak mendapat jawaban sama sekali.

LFY - Bridge Of LoveOnde as histórias ganham vida. Descobre agora