4. Kecurigaan

146 16 0
                                    

Mas, gawat.

Kayanya udah pada curiga deh.

Gimana dong?

Tak ada rahasia yang akan bertahan selamanya. Begitu juga dengan rahasia Savana dan Wira. Seperti pepatah mengatakan, sebaik-baiknya kau menyimpan bangkai bau busuknya akan tercium juga.

__________**__________

Siang ini, Emma mengajak Savana makan siang bersama di restoran dekat Libertix. Katanya dia kebetulan sedang ada di sekitar sana.

"Mau kemana Na?" Tanya seorang staf bernama Tania saat Savana terburu keluar ruangan.

"Oh, aku mau makan sama temenku Tan. Katanya dia lagi ada kerjaan di sekitar sini jadi ngajakin makan bareng." Sahut Savana seraya tersenyum.

"Oh." Tania mengangguk-angguk tanpa bertanya lebih lanjut.

"Duluan ya Tan." Savana melambaikan tangannya.

"Oke Na." Wanita berkacamata itu balas melambaikan tangannya.

Savana melanjutkan langkahnya menuju tempat janjian dengan Emma, lokasi restorannya berada tepat di seberang gedung Libertix.

Setibanya di restoran, Savana mencari keberadaan Emma yang katanya sih sudah tiba sejak tadi.

"Na, sebelah sini!" Emma berteriak dari bangku di pojok kanan restoran seraya mengangkat tangannya ke udara. Segera Savana menghampirinya.

Baru Savana mendaratkan bokong di bangku, Emma langsung mencecarnya dengan berbagai pertanyaan soal LFY.

"Gimana, gimana? Lo have fun, kan? Udah mulai dating belum? Dapet mate kaya gimana? Tampangnya gimana? Sifatnya? Terus dia kerja apa?"

Savana meraih gelas milkshake di depan Emma lalu meminumnya. Emma tampak tak sabar menanti jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ia ajukan barusan.

Savana menghela napas panjang lalu mengomeli sahabatnya tersebut.

"Have fun dari Hongkong?! Semua gara-gara lo nih Ma. Kurang kerjaan banget sih lo pake acara daftarin gue ke tempat begituan."

"Ya, tujuan gue kan baik." Cicit Emma.

"Hah.." Savana menghembuskan napas kasar.

Emma mendekatkan dirinya pada Savana lalu kembali bertanya dengan antusias, "jadi, gimana? Udah kencan ya? Temen kencan lo siapa?" Matanya menatap penasaran, senyum lebar menghiasi wajahnya.

"Ya gitu lah. Mate gue orang yang paling nyebelin se-Libertix."

"Hah?" Awalnya Emma belum mengerti, lalu tiba-tiba ia berseru, "jangan bilang? Dia?! Gak mungkin, kan?"

Emma ini buku harian berjalannya Savana, nama Wira sudah sering disebut dalam curahan hati Savana seputar pekerjaan yang menyebalkan. Jadi hanya dengan mendengar julukan itu dia sudah bisa langsung tahu.

Savana mengangguk lemah. Kemudian melambaikan tangan ke arah waiter.

"Tapi Na, harusnya lo seneng dong? Lo bilang sendiri kalo he is your type. Bukannya lo juga pernah ngecrushin doi?"

"Itu dulu, sebelum gue tau dia kejam kaya ibu tirinya Snow White."

Beberapa saat kemudian seorang wanita memakai seragam restoran datang menghampiri meja mereka.

"Mbak, saya mau pesan."

Wanita itu mengangkat notes kecil dan pulpennya, bersiap mencatat pesanan Savana. Saat Savana menyebutkan salah satu makanan dan minuman yang ada di menu, tangannya bergerak cekatan mencatat pesanan itu.

LFY - Bridge Of LoveWhere stories live. Discover now