24. Rindu, Tapi Malu

46 7 2
                                    

Jum'at, 28 Mei pukul 6 pagi, Savana baru membaca pesan grup kantor yang berisi pengumuman tentang kegiatan gathering. Dalam pengumuman yang dikirimkan semalam itu disebutkan bahwa mereka akan berangkat pada hari Jumat pukul 9 pagi. Semalam karena emosi pada Wira, Savana menonaktifkan ponselnya dan pesan grup masuk lima menit setelah itu.

Cepat-cepat Savana menghubungi head accounting-nya. Cukup lama ia menunggu hingga telepon akhirnya tersambung.

"Halo selamat pagi pak" sapa Savana tergesa-gesa.

"Selamat pagi, ada apa Na?"

"Begini pak, saya hari ini harus ambil KTP di kecamatan, udah janji. Apa boleh saya gak ikut gathering?" Tanya Savana dengan perasaan cemas.

"Kalau saya sih gak keberatan Na, tapi coba kamu izin ke tim HR ya, soalnya acara ini mereka yang handle" kata pria itu menjelaskan. Savana pu mengiyakan seraya berterima kasih, setelah itu mengakhiri telepon mereka.

Tanpa membuang waktu, Savana menghubungi Susi, salah satu staf HR.

"Selamat pagi Na, ada apa?" Tanya Susi begitu telepon tersambung.

"Pagi mbak, maaf mengganggu, saya mau izin gak ikut gathering bisa gak?" Sahut Savana yang kemudian menjelaskan alasannya persis seperti yang ia katakan pada head accounting-nya beberapa saat lalu.

"Yah, dadakan banget Na?" Keluh Susi, membuat Savana jadi tak enak hati.

"Emm? Atau kalau saya nyusul aja gimana mbak? Saya berangkatnya gak bareng" ucap Savana memberikan opsi lain.

Susi tak langsung menjawab dan berpikir sejenak.

"Oke deh, tapi beneran ya kamu dateng? Sayang lho Na kalau gak ikutan, kan lumayan sekalian liburan melepas penat" tutur Susi menyayangkan jika Savana absen.

"Iya mbak."

"Ya udah, acaranya di Bandung ya, naik kereta aja Na. Pas udah sampe stasiun Bandung, kamu telepon saya aja, nanti saya minta sopir kantor jemput kamu."

"Oke mba, makasih" putus Savana.

Telepon mereka berakhir setelah Susi menjawab ucapan terimakasih Savana.

Savana cepat-cepat membuka aplikasi pemesanan tiket kereta online, lalu mengetikkan Bandung di kolom kota tujuan. Agar tidak perlu terburu-buru, Savana memilih keberangkatan pukul tiga sore. Setelah melakukan pembayaran, Savana bergegas mandi dan bersiap-siap pergi ke Kecamatan.

Pukul sembilan, Savana tiba di kelurahan, saat hendak masuk ponselnya berdering. Melihat nomor dan nama Wira tertera di layar, ia mengabaikan panggilan itu. Wira tidak menyerah begitu saja, ia terus berusaha menghubungi Savana kembali hingga berkali-kali. Merasa terganggu, Savana pun mengubah pengaturan ponselnya ke mode pesawat.

Savana mengambil antrian, lalu menunggu dengan gusar. Ia berulang kali berdiri dari tempat duduk untuk melihat antrian di depannya.

Setelah menunggu tiga puluh menit, akhirnya Savana dipanggil

"Selamat pagi bu, ada yang bisa dibantu?" Sapa petugas kecamatan ramah.

"Pagi pak, saya mau ambil KTP saya, katanya udah bisa diambil" sahut Savana terus terang.

Petugas itu mengangguk lalu menanyakan nama lengkap Savana dan memastikan itu KTP miliknya sendiri.

"Nama saya Savana Alvira."

"Baik, tunggu sebentar ya" pinta petugas itu, lalu mencari KTP Savana di antara tumpukan KTP orang-orang.

"Savana Alvira?" Petugas itu memastikan sekali lagi, mencocokkan foto di KTP dengan Savana. Setelah yakin cocok, beliau memberikan KTP tersebut pada pemiliknya.

LFY - Bridge Of LoveWhere stories live. Discover now