23 ~ SUASANA SORE DI TERAS NDALEM

1.4K 156 3
                                    

Instagram : vi_borneogirl
Tiktok : vi_borneogirl
Twitter : vi_borneogirl

• • • • •

"Lo lagi senyum sama siapa?" tanya Daffa sembari menatap bingung Farel yang terlihat aneh baginya.

Sore itu, para sahabat Azlan sedang berkumpul di halaman ndalem. Mereka datang ke sana dengan niat ingin bertemu dengan Azlan, karena ingin membicarakan hal penting soal perkembangan tentang misi mereka mencari posisi Huda.

Namun, mereka datang disaat Azlan masih sibuk dengan urusan di pesantren, sehingga mereka harus menunggu. Sebenarnya mereka juga tidak keberatan, karena mereka datang disaat sudah menyelesaikan urusan pekerjaan masing-masing.

Awalnya Daffa sedang asik bercanda ria dengan yang lain, tiba-tiba saja fokusnya teralihkan saat tidak sengaja melihat Farel tersenyum dengan pandangan yang tertuju pada satu arah. Meskipun senyuman Farel sangat tipis, namun Daffa yakin jika Farel tengah tersenyum.

Beberapa kali Daffa mengikuti arah pandangan Farel yang tertuju pada sebuah pohon, tidak begitu jauh dari pintu gerbang pesantren. Daffa pun bergidik merinding saat tidak melihat siapapun di dekat pohon itu, ia pikir Farel tengah tersenyum dengan makhluk gaib.

"Gak ada," sahut Farel singkat, sembari menundukkan pandangannya.

Sebenarnya karakter Farel itu beda tipis dengan Azlan dan Adam. Mereka sama-sama tidak banyak bicara, dingin dan tegas, bedanya Farel itu cenderung keras kepala dan tidak segan mengucapkan kalimat sarkas jika sudah tersulut emosi. Dan sejauh ini hanya Azlan yang berani menentang serta merubah keputusan Farel.

"Bohong kan lo," tuduh Daffa, "Jangan-jangan lo lagi senyum sama setan."

Farel yang tadinya biasa-biasa saja, tiba-tiba melayangkan tatapan tajamnya pada Daffa. "Iya, gue lagi liat setan!"

"Heh! Lo ngomong setan, kenapa malah ngeliatin gue? Gue bukan setan ya!" balas Daffa, merasa tersinggung.

Taufiq yang duduk di atas motornya, tepat di samping motor Farel itu terkekeh, kemudian menepuk bahu Farel. "Lo lagi mikirin apa?"

Farel menggeleng, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah pohon tadi. "Gue cuma keinget masa di mana AERLANG belum punya markas."

"Ah, lo pasti keinget momen kita ngumpul di bawah pohon itu kan?" tebak Zaid yang langsung diangguki oleh Farel, "Gue juga sering keinget setiap main ke sini."

Benar, awal mula AERLANG terbentuk memang belum mempunyai markas, dan tempat mereka berkumpul dulu di depan gerbang pesantren, sesekali mereka juga berkumpul di bawah pohon yang sejak tadi Farel pandangi.

Zio, Alvaro, Zidan dan Arga selaku anggota ALASKING dan TIGER yang tidak sempat merasakan momen itu hanya diam memperhatikan. Mereka memang bergabung disaat AERLANG sudah cukup dikenal banyak orang, namun mereka juga mengetahui kisah perjuangan terbentuknya himpunan itu, dan hal itu membuat mereka kagum atas ikatan solidaritas yang begitu erat.

My HubbyWhere stories live. Discover now