Bing berteriak, berusaha untuk lepas dari gigitan yang mengunyah kulitnya. Tepat sebelum rasa nyeri itu semakin besar. Gumpalan hitam menyerap dirinya, dan ketika membuka mata dia kembali ke titik awal setelah membacakan mantra pemanggil orang mati.

Kejadian itu terus berulang, loop yang tidak berhenti hingga saat itu Bing mendengar seruan minta tolong dari dalam. Gadis kecil, Olive yang menghantam kaca, kemudian mengejarnya, itu hanya sesaat sebelum lubang hitam menyerap keduanya. Kini pukul 14.00 dan dia berada di depan pintu kaca High School. Di posisi kembali sudah membacakan mantra. Yang lebih mengerikan dia tak bisa keluar dari lingkaran setan, di garis-garis pembangkitan orang mati berupa simbol, sebelum orang mati benar-benar kembali hidup lagi.

...

Ruby mulai muak dengan gumpalan hitam itu, dia benci bahkan jika dia kembali seperti sebelumnya tidak terluka. Rasa sakitnya masih membekas, tidak bisa dipercaya bahkan dia kembali masuk ke sana lagi. Tak pernah bisa kabur dari Nenek Tua, kembali ke bandara bertemu Olive hingga akhirnya mereka sampai ke sekolah terbakar.

"Sekarang kau percaya hantu kan?"

Ruby mendengkus kemudian mengangguk, benci mengakuinya. Itu sudah jelas bagaimana monster itu mengunyah kakinya hingga berdarah. "Omong-omong kau bilang anak laki-laki itu bernama Bing." Mereka berjalan segera turun sebelum bertemu hantu-hantu menyeramkan.

"Itu benar. Dia bilang kakaknya ikut terbakar di sini ketika kebakaran. Dia sepertinya ingin mengenang kakaknya itu." Olive menjawab kemudian menggenggam tangan Ruby takut-takut. Sementara di sisi lain, Ruby tidak percaya hanya itu yang membuat Bing di sekolah menyeramkan. Pasti ada alasan kenapa Bing diserap lubang hitam.

"Olive, apa pun yang terjadi jangan lepaskan aku." Olive mengangguk cepat, satu tangannya menggenggam tangan Ruby yang kini membawa kapak yang dibawanya dari bandara. Itu kembali di mulai, bisik-bisik itu semakin terdengar, Ruby mempercepat langkah, kemudian turun ke anak tangga.

"BOOO!"

Ruby mengeratkan tangan pada Olive. Hingga akhirnya itu terjadi kembali, Olive jatuh dari anak tangga, terdengar teriakkan sebelum lampu menyala. Ada Olive palsu di atas langit-langit, segera saja Ruby memfokuskan pandangan pada Olive yang asli bahkan jika tidak dapat melihat. "Olive genggam tanganku, aku tidak bisa melihatmu," bisik Ruby segera turun dengan Olive yang tak terlihat.

Menyadari kedua gadis tidak tertipu, lolongan penuh kesakitan kembali terdengar. "Menunduk Olive!" Olive yang notabenenya tak bisa dilihat hanya menunduk, seperkian detik kemudian hantu itu mendekati Ruby, yang kini siap menghantamkan kapak ke kepala hantu. "BOOOOO!"

"Olive lari lebih dulu! Pastikan Bing membuka pintu!" Olive segera berlari mengikuti instruksi, suara langkah kaki terdengar sementara Ruby mengambil kapak itu. Kemudian kapak kembali melambung, kali ini mengenai mulut bertaring, darah merah menetes ke wajah Ruby. Napas gadis itu berat, tangannya kotor setelah melihat bagaimana kapaknya menancap di mulut monster, melihat monster tergeletak di lantai anak tangga, segera saja Ruby berlari turun.

Memburu waktu untuk kesekian kali akhirnya mereka sampai, sekarang yang berbeda hanyalah bocah itu sudah di sana dengan pintu terbuka. "Ruby!" jerit Olive di sampingnya terdapat Bing yang menunduk ketakutan. Seiring Ruby berlari melewati lorong, yang terjadi reruntuhan gedung mulai semakin roboh, hampir saja jatuh mengenainya.

"Menyingkir!" perintah Ruby. Olive menunggu cemas mengeratkan genggaman pada Bing. "A- awas!" Bing berseru, di belakang Ruby hantu dengan kapak di mulutnya mengejar. Setelah melihat hantu akhirnya Bing bisa bebas dari segel kemudian berlari menarik Olive. Tepat sekali Ruby sudah keluar, hantu itu lenyap selaras dengan bagaimana bangunan sepenuhnya runtuh.

"Di mana tempat tersembunyi di sini?"

"A- ada. I- ikut aku."

Ruby mengangguk, melirik Olive yang setuju. Mereka berlari ke belakang sekolah, itu adalah hal yang asing melihat langit gelap dengan arwah-arwah melayang. Dari reruntuhan muncul berbagai bentuk setan, akan tetapi mereka berlari dan terus melangkah. Berhadapan dengan bangunan kecil terpisah. "A- ayo masuk!"

Ruby berbalik, sementara kedua bocah itu membuka pintu bangunan. Mungkin itu lebih seperti gudang penyimpanan. Seiring masuk ke dalam sana, Ruby masih berjaga-jaga, masuk paling terakhir. Napas mereka tersengal-sengal, terduduk di lantai kotor, debu memenuhi ruangan membuat Bing terbatuk. "Sepertinya ini cukup aman ...." ujar Olive mendesah lega, kemudian tersenyum.

"Sepertinya belum." Ruby menengadah mendengar cakaran dari atap ruangan. Jika tidak kabur segera, Ruby tahu mereka bisa dimakan hidup-hidup. Menggosokkan tangan gelisah, suara dentuman lain kembali terdengar, Bing sudah menutup telinga sedang Olive berdiri mulai mencari tempat aman. "Ruby! Di sini ada ventilasi udara!"

Tunggu? Ventilasi udara seperti yang di bandara? Mata Ruby melebar mengangguk. "Ayo, cepat masuk ke sana." Bing mengikuti langkah kedua penyelamatnya, jika tidak ada mereka kemungkinan dia sudah mati--- yang entah keberapa kali. Masuk ke lubang ventilasi, Ruby mendesah lega melihat lubang hitam yang akan menyeret mereka bertiga masuk ke dalam pusaran.

Apakah ini konyol jika Ruby menantikan lubang ini sedari tadi?

Tidak. Dia hanya ingin pergi sebelum mati, bahkan jika lubang itu tentu saja tidak mengizinkan mereka mati. Benar, hanya itu. Akhirnya mereka bertiga kembali lenyap, menghilang dalam pusaran hitam menuju rute selanjutnya.

Bersambung ....

11 Desember 2023

Catatan

New Character Unlocked!

Nama: Bing

Umur: 10 tahun

MBTI: ISFJ

Rute Awal: High School/ Gemma

The Hole [Proses Terbit]Where stories live. Discover now