...

Ruby sudah menghapus sisa keringat, dia sudah berpikir mungkin semua hanyalah mimpi buruk, akan tetapi kini dia bisa merasakan rasa gurih di bibir. Itu ... rasa makanan yang sama seperti yang dia makan di bandara penuh zombie. Sebenarnya apa yang terjadi?!

Lubang hitam! Iya, lubang hitam sebelumnya!

Ruby bangkit, dia sudah ingin mengambil langkah keluar, dia tidak mau lagi berurusan dengan hal yang bisa membunuh keberlangsungan hidup, akan tetapi belum sempat keluar semua yang terjadi sebelumnya kembali dilalui. Nenek Tua itu menemukannya, kembali menggiring dia masuk melalui belt conveyor masuk ke dalam pemberhentian terakhir. Sebelum masuk, di atas ruang pengawas terlihat jam digital besar. Kini jam 14.00, lantas kembali lagi gumpalan hitam menelannya.

Ruby tersengal-sengal, tubuhnya basah keringat masuk kembali ke dalam lorong kecil dan sempit. Sekarang yang dia pikirkan pertama ialah diam di sana, berpikir harus menunggu hingga gumpalan hitam membawanya. Takut dan takut adalah perasaanya, tapi setelah sekian lama menunggu, bahkan ketika mendengar suara raungan zombie, tidak ada lubang hitam yang membawanya.

Akhirnya dia memutuskan keluar, napasnya mulai memburu seperti tikus kecil. Berusaha merangkak hingga ujung, membuka ventilasi udara dengan hati-hati. Dari atas, berusaha tidak meninggalkan suara sekecil apa pun, dia kemudian menggenggam ujung lorong, turun perlahan. Hening, tenang, bisu. Jangan sampai ada yang mendengar.

Tepat saat Ruby turun, suara musik berbunyi dari speaker. Para zombie kembai meraung pergi, dengan ganas berbondong-bondong menuju sumber suara. Satu yang Ruby ingat, lift tempat Olive menuntunnya, segera kakinya melaju berusaha tidak menimbulkan suara. Ketika berbelok, kemudian mengambil koridor lain dia menemukan zombie yang berkeliaran.

Ruby menahan napas, memejamkan mata, sudah pasrah diserang, tapi zombie tidak memperhatikan. Menyeringai lebar kemudian dia tersenyum melambaikan tangan di dekat wajah zombie, dia melangkah tanpa suara, sadar bahwa makhluk-makhluk ini tidak dapat melihat. Sekarang Ruby sadar satu hal, dia melangkahkan kaki, bandara ini dingin berbau mayat busuk, karena sebelumnya tegang dia baru sadar akan bau ini.

Tepat di depan lift sebelumya, Ruby bisa melihat Olive yang tersenyum lebar. "Ruby!" serunya tertahan memeluk Ruby erat-erat. Ruby tercekat, sebelum mendesah lega menepuk kepala Olive. "Kau masih mengingatku?" bisik Ruby datar. Olive mengangguk cepat, cekatan sekali Ruby menarik Olive ke sudut lain di pinggir lift.

Sekarang dia tahu, tidak ada yang berubah bahkan jika mereka mati dan terserap lubang hitam. Mereka kembali seperti semula. Olive menatapnya dengan mata bersinar-sinar cerah, senang menatap Ruby yang melindunginya. "Ruby ... kenapa kita sembunyi?" Ruby meletakkan tangannya di bibir Olive. Gadis dingin itu memerintah untuk menutup mulut, menunggu lift berhenti, tepat ketika lift terbuka di depan, segerombolan zombie keluar.

Keduanya saling bertatapan, Ruby menggerakkan kepala membuat kode untuk beranjak berdiri masuk ke dalam lift kosong, zombie sudah keluar semua dari tempat mereka. Ruby pada awalnya hanya memperkirakan, jika semua berlalu sama seperti sebelumnya, maka jelas bahwa kejadiannya akan sama pula. Seperti saat ini kejadian di mana lagu berputar, Olive di depan lift, dan juga zombie yang keluar dari sana.

Mereka mulai memasuki lift, Olive berseru kegirangan menatap Ruby takjub. "Ruby keren!" Ruby hanya menggeleng, menutup pintu lift kemudian di bawah mereka terdapat lubang hitam lagi. Olive menatapnya tegang, Ruby bisa melihatnya, lantas gadis dingin itu menggenggam tangan Olive. Mereka kembali diserap lubang hitam, entah kemana ini akan membawa mereka pergi selanjutnya.

Bersambung ....

3 Desember 2023

Catatan

New Character Unlocked!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

New Character Unlocked!

Nama: Olive

Umur: 09 tahun

MBTI: ENFP

Rute Awal: Bandara/Ines

The Hole [Proses Terbit]Where stories live. Discover now