24. Obrolan Tak Serius

143 10 10
                                    

Masih dengan seharian di rumah Sinar. Naik ke lantai dua rumahnya ada tempat untuk main tenis meja. Olah raga kesukaan mereka jaman dulu. Biasanya itu mereka mainkan sambil curhat sana sini. Memang aneh, tapi cukup bikin lega. Dimulai dengan hompimpa, yang menang akan kebagian curhat pertama, lanjut ke suit dan yang kalah kebagian paling akhir.

"Aturannya masih sama ya, jadi, kamu yang pertama cerita. Harus mau..." kata Raya pada Sinar.

"Ya udah, aku yang wasit duluan," kata Lintang.

Lalu permainan dimulai.

"Berapa lama kamu pacaran sama pak dokter itu?"

"Tiga tahunan,"

"Lama juga ya, kok bisa putus? Pacarnya banyak ya?"

"Pacar Sinar tuh yang banyak," sahut Lintang, "Ya kan Si?" Lanjutnya.

"Apa iya? Bukannya sebelum ke Jepang, kamu cuman pacaran sama Lintang?" Ledek Raya.

"Salah semua..." balas Sinar, "Ini kalian pada kenapa sih? Mau lanjut nggak, ceritanya?" Ucapnya mulai jengkel.

"Iya iya, lanjutin."

"Aku takut punya anak, takut terlanjur punya anak padahal aku bakalan mati muda," kisah Sinar, santai.

"Mulai..." balas Raya, sembari melempar bola tepat mengenai kening Sinar.

"Sakit tau..."

"Lin, ganti kamu dong. Si kaki palsu udah mau mati nih, mainnya nggak enak," kata Raya.

"Minggir," kata Lintang saat mengambil alih tempat Sinar, lalu berbisik, "Jangan sok deket sama kematian deh, nggak lucu tau..."

Sinar hanya tersenyum lebar, mungkin juga ia merasa tersanjung sudah dikhawatirkan.

"Ra, ganti kamu sekarang," kata Lintang, sambil melempar bolanya.

"Mau tahu apa kalian? Orang ceritaku ya dari dulu dengan orang yang sama," balas Raya.

"Pasti ada cerita lah. Dulu kenapa waktu nikah nggak kabar-kabar ke kita?"

"Kan kalian pada nggak suka sama Firman,"

"Nggak cuman itu alesannya," sahut Sinar, yang sedang jadi wasit.

"Cerita yang lain aja deh," balas Raya.

"Bisa sampai seangkuh sekarang, pasti berat kan jalani hidup tanpa kita?" Tanya Lintang.

"Aku kan emang punya banyak modal. Nih ya, wajah cantik awet muda, badanku juga segini-gini aja dari dulu, suami ganteng dan sukses, aku juga punya reputasi bagus. Rumah tangga kami bahagia tanpa anak," jelas Raya, lancar.

"Jawaban kaya gitu bisa lancar banget ngomongnya, itu pasti karena kamu udah nyiapin lama kan?" Kata Sinar.

"Maksudnya Si?" Tanya Lintang.

"Template... Raya itu udah lama nyiapin jawaban kaya gitu. Dia jaga-jaga kalau tiba-tiba ketemu sama kita," kata Sinar.

"Apa iya Ra?" Kata Lintang.

"Tanyain aja soal lain, aku udah bikin juga jawabannya,"

"Ok. Kenapa kompetisi kemarin kamu malah bantuin aku?"

"Sok muda amat kalian. Aku tuh bantuin karena timku masih muda-muda, mereka bisa ikut lagi tahun depan. Lah kalian...?" Jawaban Raya malah mengatai kedua sahabatnya.

Dengan cepat Sinar melempar bola pingpong mengenai pundak Raya.

"Bisa nggak sih, nggak usah lemparin bola...?" Kata Raya, kesal, ia membalas Sinar, namun Sinar berhasil menghindar.

Kemudian Apa...?Where stories live. Discover now