15. Fight or Flight

126 15 9
                                    

Tiga hari lagi menuju presentasi penentuan masuk ke babak final. Tugas besar mereka adalah bagaimana memungkinkan membayar royalti para seniman lansia untuk kolaborasi produk. Perlu komposisi promosi khusus untuk dapat meyakinkan calon investor. Ternyata obrolan serius antara Lintang dengan putrinya membuahkan hasil yang baik. Komunitas NFT yang merupakan senior dalam kelas bisnis yang diikuti putrinya sangat berminat untuk menjual koleksi desain lama milik Lintang. Jadi dari situ nanti ia bisa membayar kolaborator.

Tak hanya itu tim promosi juga sudah menyiapka konsep yang sangat menarik. Berupa video dokumentasi para lansia di sebuah Rumah Sakit membuat desain gambar sesuai kondisi emosi masing-masing, lalu menjadi sebuah output di baju. Durasi video yang hanya 20 detik itu menjadi modal KEMUDIAN untuk tampil hari itu. Akan ada banyak sekali yang hadir, termasuk para sponsor.

"Lin, hari ini Dio nggak bisa ikut, jadi kita butuh Arga," kata Sinar.

"Nggak bisa ikut lagi?" Tanya Lintang.

"Iya. Ntar habis presentasi aku langsung ke rumahnya deh, takut dia kenapa kenapa," kata Sinar.

"Oh, kamu juga sering mampir ke rumah Dio?" Lintang bertanya dengan nada yang terdengar lucu bagi Sinar. "Nginep kaya gini juga?" Lanjutnya.

"Silakan masuk Bu Damar," kata Sinar, sambil tersenyum, membukakan pintu mobil untuk Lintang. Lalu ia duduk di jok kemudi, masih dengan senyum yang berusaha ia simpan.

"Maksudku itu kamu jangan salah pilih pasangan. Lagian itu kan si Dio lebih muda dari kamu," kata Lintang. Akhirnya ia juga menahan senyum. baru menyadari jika ucapannya tampak seperti orang cemburu.

"Ok, ada 2 rules ya. Satu, jangan sama Dio. Dua, jangan yang lebih muda. Terus, ada lagi?" Tanya Sinar.

"Hanya dua tempat yang boleh sering-sering kamu kunjungi. Kantor, sama rumahku," kalimat itu mengalir begitu saja.

"Kira-kira kenapa aku harus ikuti aturan itu?"

"Karena aku yang bikin aturan, dan kamu adalah CEO yang aku angkat di perusahaanku. Clear?"

"Aturan berat, tapi mungkin akan menyenangkan," balas Sinar.

Hari di mana pada akhirnya dua brand yang bersaing ketat itu harus bertemu dalam kompetisi penentuan yang masuk ke babak final dalam kategori digitalisasi usaha mikro. Adalah KANTORAN bimbingan Raya, dan KEMUDIAN milik Lintang yang dalam kompetisi ini dipimpin oleh Sinar.

"Kita duduk sini ya?" Kata Arga pada Kelana dan Alir yang tiba ke tempat acara bersamanya.

"Wah, tempat yang bagus buat nonton Ibu sama Tante Sinar," kata Alir.

"Keren banget loh mareka tuh," komentar Kelana, sambil menata duduknya.

"Boleh, saya duduk sini?" Seorang perempuan seumuran ibunya mendekati tempat duduk mereka.

"Tante Raya," Alir langsung menyapa.

"Hey. Iya. Kalian anaknya Lintang kan?"

"Alir," ucap Alir memperkenalkan diri.

"Kelana," ucap Kelana juga.

"Manis sekali, nama kalian," kata Raya. "Saya temani kalian duduk di sini, boleh ya?" Lanjutnya, dengan senyum lembut pada kedua putri Lintang.

Tak lama kemudian Sinar memulai presentasinya. Terlihat sangat percaya diri, dengan mengenakan blazer berwarna khaki, dipadu dengan t-shirt putih dan celana kulot berwarna putih tulang. Sementara itu Lintang berada di dekatnya untuk mengoperasikan materi presentasi. Ia kenakan sebuah long shirt formal berwarna putih dengan bawahan celana lurus berwarna khaki serta hijab segi empat motif warna senada dengan celananya.

Kemudian Apa...?Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu