08. Sedalam Apa...

175 20 16
                                    

Selamat membaca...
Jangan pada lupa bahagia ya...

Pagi hari saat sarapan di rumah Lintang.

"Na, kamu ngapain miring-miring di depan hape gitu?" Tanya Lintang pada Kelana, putri sulungnya.

"Lihat deh bu, di medsos sedang trending filter kaya gini," jawab Kelana. Ia tunjukkan sebuah filter video yang menampilkan wajah Kelana yang ia gerakkan denga mengikuti sensor di bagian hidung menjadi sebuah pola gambar apapun, dan filter itu berproses sebentar, hingga gambar acak tadi terulang melingkar dan menjadi gambar ornamen yang bagus. Iya, semacam penggambaran ornamen dengan fitur AI (Artificial Intelligent)

"Oh, ini lucu banget," komentar Lintang, terkejut. "Ibu boleh coba?" Tanya Lintang.

"Coba saja, seru loh, bu," kata Kelana.

Lintang meminta Kelana mengulang hal yang sama sembari menyalakan fitur perekam layar pada ponsel milik Kelana. Lalu mengirim videonya ke nomor ponselnya.

"Makasih Na," ucap Lintang pada putrinya. Lalu ia segera beranjak menuju ruang kerjanya. Dengan segera ia menyusun beberapa lembar konsep perencanaan fitur dengan ide dari filter media sosial yang baru saja dia tahu putrinya. Tak sulit baginya untuk menyusun konsep presentasi secara mendesak semacam itu. Dulu ia memulai bisnisnya juga sendirian dengan menyusun sendiri presentasi untuk menarik investasi dari perbankan.

"Eh, udah sarapan?" Tanya Damar, saat berpapasan.

"Ntar deh, gampang, kamu temani anak-anak ya," kata Lintang sambil berlalu.

"Ok. Nanti kita ketemu di mobil," kata Damar.

Lintang menjawabnya dengan mengacungkan jempol. Beberapa saat kemudian keluarga tersebut sudah siap untuk pergi bersama. Damar, Lintang, kedua anaknya, serta ibunya.

"Ini mobil nggak pernah dipakai ya Lin?" Tanya Damar.

"Alir takut, kalau pakai mobil ini nggak sama ayah," kata Alir.

"Oh gitu, terus?" Tanya Damar.

"Tiap hari tante Sinar jemput ke sini," jawab Kelana.

"Oh, itu temen kamu yang katanya sakit apa gitu?" Tanya Damar.

Tetiba Lintang merasa canggung ketika Damar membahas perihal Sinar.

"Buk, saya sama Alir ikut ayah aja ya?" Tanya Kelana. "Antar nenek pulang," lanjutnya.

"Izinkan ya Lin," pinta neneknya.

Lintang melihat ke arah Damar, lalu mendapatkan anggukan setuju darinya.

"Ya udah, boleh. Jangan lupa, kalian minta apaaaa saja yang kalian pengen. Mumpung sama ayah, duitnya lebih banyak dari ibu," gurau Lintang.

Mobil telah parkir di depan kantor PC, seperti biasa Damar turun lebih dulu, lalu membukakan pintu untuk Lintang. Setelah berpamitan pada ibunya juga kedua putrinya, lanjut berpamitan dengan sedikit pelukan dan kecupan tipis di kening secara bergantian.

"Jalan dulu ya buk..." pamit anak-anaknya dari dalam mobil, sembari melambaikan tangan.

"Ibuk, salam ke ayah ya," kata Lintang pada ibunya. "Jangan lupa, nanti gyoza nya langsung masuk freezer," lanjutnya. Kemarin ia membuatkan dimsum jenis gyoza kesukaan ayahnya untuk disimpan di kulkas pembeku.

"Iya," jawab ibunya singkat.

Kemudian Lintang masuk ke kantornya. Di pintu masuk ada Dio dan Arga saling bersandar, sengaja ingin menyapa dengan sedikit kalimat godaan pada Lintang.

"Ya ampun, couple goals banget bos kita ini," kata Arga.

"Kak, lain kali jangan bermanis-manis sama pak Damar di kantor. Itu tuh bikin kejombloan saya meronta," kata Dio.

Kemudian Apa...?Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ