20. Final Demo

100 12 14
                                    

Selamat berakhir pekan...
Semoga pada sehat ya.
Semoga readers semuanya selalu dalam kebaikan, tidak bosan dengan hal-hal baik. Termasuk baca karya saya... hehehe.

Pagi hari tiba, Sinar sudah bersiap pergi dengan berbagai bahan presentasi. Termasuk pula materi plan B. Sinar memiliki karakter pemimpin yang cukup mandiri dan ideal. Ia bahkan tak kesulitan untuk beradaptasi bekerja tanpa Dio yang sejak awal jadi orang kepercayaaannya.

Karena waktunya sudah cukup mepet jadi ia tak bisa cari pengganti Dio. Namun, ternyata Arga cukup bisa diandalkan soal penyimpanan dan persiapan data, lalu bu Sal cukup jeli soal perhitungan modal, dan juga Damar suami Lintang ternyata menguasai soal keamanan sistem. Iya, dan semua orang hebat adalah milik Lintang, belum lagi orang-orang bidang produksi yang sudah cukup lama bekerja dengan PC (Pertama Corp).

"Ternyata dalam tim ini aku memang pemimpin yang harus bisa diandalkan. Tidak boleh kalah, tidak akan kalah. Makasih Lin, setelah final demo ini aku pasti akan menemuimu," batinnya bermonolog, sambil mengenakan blazer warna abu misty yang beberapa hari lalu ia beli bersama Kelana.

Ia ingat saat menghibur Kelana yang bersedih karena ibunya sakit, dan memintanya untuk menemani belanja blazer yang akan disiapkan untuk final demo tersebut. Awalnya masuk ke sebuah toko di mall, tapi saat melihat harganya Sinar tak jadi membeli karena cukup mahal.

"Kenapa tan?" Tanya Kelana.

"Mahal," jawab Sinar, seketika.

"Kalau tahu mahal kenapa tadi masuk sini?" Tanya Kelana. "Tan, mau nggak aku anterin ke tempat thrifting langgananku sama ibu?" lanjut Kelana.

"Boleh."

Setelah memilih-milih akhirnya Sinar beruntung dapat outfit yang sesuai seleranya. Lalu Sinar yang dulu pernah berpengalaman kerja di sebuah luxury laundry segera membenahinya sendiri, membersihkan serta marapikan sendiri setelan tersebut hingga terlihan sangat rapi sebagaimana seharusnya. Tak lupa Kelana juga memilihkan sebuah kaos putih dari koleksi Wise in Silence yang dia ambil di stockiest kantor. Sebuah kaos dengan tulisan Diam=1000 kata.

Tak lama setelah siap Arga datang menjemputnya bersama bu Sal.

"Mbak Lintang nggak datang, tapi mas Damar datang sama anak-anak," kata Arga.

"Kalau saya tahu sejak awal bakalan bikin Lintang kaya gitu segala, aku nggak bakalan izinin kalian ikut," bu Sal menggerutu.

"Bu Sal harus percaya sama saya. Kita pasti berhasil," kata Sinar, bersemangat, "ok..?" lanjutnya sembari mengayunkan jari jempol.

"Ok, aku doain, tapi nanti kalau beneran menang, mau ya, saya kenalkan sama ponakan saya," balas bu Sal.

"Ah... bahas itu lagi sih," balas Sinar.

"Ssst, bu, semua cowok yang mau deketin kak Sinar, harus saingan sama mbak Lintang," gurau Arga.

Tetiba sebuah jeweran dari arah belakang menerpa telinga Arga, "Awas ngomong gini lagi," kata bu Sal.

"Sakit..." teriak Arga. "Maksudku itu, sisteran mereka berdua nih cantik banget... suka bikin iri, nggak semua orang loh, bisa sahabatan sampai segitu," lanjut Arga.

Sambil tertawa Sinar berkelakar, "Bu, masa Arga pengen jadi sister katanya, jewer lagi tuh bu."

Dari rumah Lintang melakukan hal lain dengan terus melihat update dari acaranya. Baru mengikuti beberapa menit ada pesan masuk dari Raya.

Kemudian Apa...?Where stories live. Discover now