21

6.4K 387 44
                                    

Happy reading!

♡♡


"Aku tidak mau perempuan manapun. Aku hanya ingin Aislin,"








Kaivan dan Aislin berjalan beriringan memasuki sebuah mension. Tidak ada percakapan antara keduanya. Mereka berdua sama-sama terdiam, lalu langkahnya terhenti saat melihat Dara serta Vano tengah menonton televisi bersama.

Aislin tersenyum riang, lalu dia berlari menghampiri keduanya. "Mommy!" pekik Aislin, menghambur ke dalam pelukan wanita itu.

"Kamu darimana aja, jam segini baru pulang," kata Dara sembari mengusap lembut kepala Aislin.

"Tadi aku sama Kaivan dulu,"

Mendengar itu, Dara dan Vano mengalihkan pandangannya ke arah Kaivan yang tengah berdiri tepat di belakang mereka.

"Kai? Sini, sayang," kata Dara sembari melambaikan tangnnya agar Kaivan menghampirinya.

"Aku ingin ke kamar saja," katanya, dia berniat melanjutkan langkahnya. Namun, suara gadis kesukaannya membuat dia mengurungkan niatnya.

"Kai sini, nonton dulu sama aku,"

Kaivan menatap mereka sejenak. Dia sangat jarang melakukan hal seperti ini, tetapi akhirnya dia memutuskan untuk mendekati mereka bertiga dan mendaratkan tubuhnya di sofa.

"Kamu, giliran Aislin yang nyuruh baru mau," kata Dara yang tak mendapatkan jawaban apapun dari Kaivan.

"Hehe maaf ya mommy," kata Aislin tak enak.

Dara hanya terkekeh pelan, "Mommy jadi inget dulu waktu hamil Kaivan, mommy ngidam sesuatu, kamu tau gak Ais?" tanya nya, yang dibalas gelengan kepala dari Aislin. "Emang apa  mommy?"

"Dulu mommy, pengen banget lihat perut mammy Silla pas dia lagi ngandung kamu, Kaivan kaya nya emang suka sama kamu sebelum kamu lahir," kata Dara diselengi tawanya.

Kaivan menatap televisi dengan kedua telinga yang sudah memerah, dia tidak pernah tau cerita ini. Dan kenapa mommy ini malah bercerita tepat di hadapannya dan Aislin. Sungguh, perasaannya sangat campur aduk. Antara malu, kesal, dan senang karena dia mengetahui cerita ini. 

Aislin tertawa kecil mendengarnya, tetapi ia menghentikan tawanya kala pikirannya malah mengingat mammy nya yang sudah tiada. Namun, sebisa mungkin dia tetap menormalkan ekspresi wajahnya.

Vano hanya memperhatikan televisi, dia tidak mengindahkan ucapan kedua perempuan itu. Hingga akhirnya terbersit ide jahil di kepalanya.

"Ais, kau mau ikut daddy ke Amerika? Kita berkunjung ke tempat peristirahatan kedua orang tuamu, serta kakekmu," kata Vano. Dia memang berniat menjahili putranya, namun jika Aislin beneran ingin dia akan membawanya dengan senang hati. Sebab beberapa hari lalu, Aislin juga mengatakan bahwa dia ingin berkunjung ke negara asalnya.

Kaivan yang mendengarkan ucapan Vano langsung melayangkan tatapan tajamnya.

"Mau!"

Kaivan semakin menajamkan matanya, saat mendengar ucapan antusias Aislin.

"Tapi nanti, pah. Aku masih mau di sini," sambung Aislin.

Kaivan berdiri dari duduknya, dan segera pergi meninggalkan mereka semua.

"Kaivan mau kemana?!" teriak Aislin, yang tak mendapatkan jawaban apapun dari sang empu.

"Bocah itu! Padahal cuman becanda, kenapa sampai pergi,"

KAIVANKde žijí příběhy. Začni objevovat