06

10.3K 656 125
                                    

Happy Reading!!

Update cepet kalau vote sama komennya rameeyy-

Aku gak bohong, lochh.

Typo bertebarannn

▪︎▪︎▪︎



"Kau harus tau, sejak dahulu, bahkan sampai sekarang aku masih membencimu, jangan berusaha untuk mendekatiku lagi,"



Aislin lalui hari demi hari dengan hati yang perlahan mulai menerima akan kenyataan bahwa kedua orang tuanya telah tiada. Dengan suasana yang berbeda juga dia tumbuh menjadi remaja yang begitu cantik, menawan, bahkan jika dilihat lebih lamat, wajahnya begitu menggemaskan.

Sang kakek, yang sedari dahulu tau betul kehidupan di negara ini membuatnya harus memaksa Aislin untuk tidak terlalu sering keluar. Bahkan, hampir tak pernah ia mengizinkan Aislin pergi kemanapun seorang diri.

Sang kakek juga lebih memilih untuk tidak menyekolahkan Aislin di manapun itu, ia lebih memilih untuk mendidik dan memberi Aislin ilmu lewat pembelajaran homeschooling. Itu akan membuat gadis itu lebih aman.

Selama 5 tahun Aislin jalani kehidupannya yang membosankan tersebut, meskipun dikelilingi oleh harta yang berlimpah, tetap saja yang namanya manusia akan merasakan jenuh juga.

Umurnya yang sudah menginjak umur 17 tahun, membuatnya sudah dapat diberi izin untuk memegang ponsel.

Aislin mengetuk-ngetuk ponselnya di dagu, lalu dirinya tersenyum ceria saat mempunyai sebuah ide.

Dia diberi ponsel hanya untuk sekedar bermain game, dirinya tak mempunyai nomor siapapun di dalam sana. Terkecuali nomor Kakeknya, papah Vano, mommy Dara, hingga para pelayan dan pengawal di rumah ini.

Aislin menelepon Vano, saat ia mengetahui bahwa lelaki itu memang tengah berada di negara ini juga. Kakeknya yang memberitahunya semalam.

Butuh waktu beberapa saat agar ponselnya terhubung ke ponsel Vano. Hingga akhirnya mereka dapat bercakap lewat sana.

"Ada apa, Ais?"

terdengar suara berat yang memasuki indra pendengaran Aislin. "Papah, Aislin mau jalan-jalan sama papah!" ucapnya dengan penuh semangat.

"Mengapa tidak meminta antar kepada orang rumah Ais? Mereka tidak mah mengantarmu?"

Meskipun Vano tidak dapat melihat pergerakannya, Aislin membalas ucapan Vano itu dengan gelengan kepala.

"Hm? Jawab, Ais,"

Hingga akhirnya Aislin menyadari kebodohannya, saat Vano kembali bersuara. "Aislin gak mau sama mereka, mau sama papah, sekaliiii aja." ucapnya, mulai membujuk.

Dapat Aislin dengar helaan napas panjang disebarang sana. Ia tidak tau mengapa Vano menghela napasnya hingga terdengar sampai sini.

"Papah akan menjemputmu nanti malam, siang ini papah masih ada pekerjaan,"

"Horee!!!" Aislin terpekik senang. Meskipun umurnya sudah terbilang remaja, ia masih bisa merasa kegirangan hanya karena hal-hal kecil seperti ini.

Karena teralu bersemangat, membuat jari jemari Aislin tanpa sengaja menyentuh ikon yang berfungsi untuk mematikan sambungan teleponnya. Hingga membuatnya tidak dapat berkomunikasi kembali dengan Vano.

"Yah, kepencet. Telepon lagi gak ya? Gak usah deh, papah 'kan lagi kerja," gumam Aislin yang akhirnya memilih untuk menyimpan ponselnya begitu saja. Dan memilih untuk kembali mengerjakan tugas yang gurunya berikan.

KAIVANWhere stories live. Discover now