Salah paham

366 9 0
                                    

Pagi yang cerah ini, Dara sudah terbangun dari tidurnya. Hari ini, dirinya sangat malas sekali untuk keluar dari dalam kamarnya. Saat ini dirinya sedang membaca buku, tidak ada aktivitas lain di hari Minggu ini. Dara sedang fokus membaca novel, terkejut saat pintu kamarnya terbuka lebar. Melihat dosennya memasuki kamarnya, membuat dirinya langsung menutupi tubuhnya dengan selimutnya.

"Astaga Pak Rafka, keluar nggak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Astaga Pak Rafka, keluar nggak. Saya lagi nggak pake baju tahu nggak," kata Dara melihat dosennya memasuki kamarnya, dirinya hanya takut terjadi sesuatu.

"Saya datang ke kamar, mau mengajak kamu olahraga pagi. Lagi pula saya juga nggak suka dengan tubuh kamu," ucap Rafka bahwa dirinya hanya ingin mengajak kekasihnya untuk olahraga pagi.

"Hari ini, saya nggak mau keluar kamar. Saya mau didalam kamar aja, malas tahu keluar kamarnya." Dara sedang tak ingin olahraga pagi untuk saat ini, dirinya hanya ingin berada di dalam kamarnya saja.

"Hari Minggu jangan malas-malasan, ayo olahraga pagi." Rafka meminta kekasihnya untuk tidak malas-malasan di dalam kamarnya.

"Nggak mau, jangan ganggu saya deh." Dara menolak permintaan dari dosennya, meminta dosennya agar tidak mengganggu dirinya terus-menerus.

"Kalau kamu nggak mau olahraga pagi, saya juga mau tidur bareng kamu." Rafka merebahkan tubuhnya di atas kasur, jika kekasihnya itu tidak ingin olahraga pagi. Dirinya pun ingin menemani kekasihnya di dalam kamar ini.

"Bapak apa-apaan sih, keluar dari kamar saya sana." Dara mencoba mendorong tubuh dosennya untuk segera pergi dari dalam kamarnya.

"Nggak, saya tetap mau disini." Rafka tetap kekeuh ingin berada di dalam kamarnya, berusaha tidak mendengar ucapan kekasihnya.

"Saya mau keluar, lepasin arggh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Saya mau keluar, lepasin arggh..." Dara turun dari kasurnya, ingin keluar dari dalam kamarnya tetapi dosennya malah menarik pergelangan tangannya membuat tubuhnya jatuh di atas tubuh dosennya.

"Saya nggak akan melepaskan kamu, bagaimana kalau kita olahraga ranjang?" pikir Rafka melingkarkan tangannya di pinggang milik kekasihnya, melihat bibir gadis itu membuat dirinya tergiur ingin mencobanya. Satu tangannya mengusap bibir milik kekasihnya, lalu mencium bibirnya dengan lahap. Tangan kirinya menekuk leher kekasihnya untuk memperdalam ciumannya.

"Lepasin shh..." Dara mencoba memberontak tetapi ciumannya semakin panas. Apa lagi ciuman lelaki itu sudah berada di leher, dirinya merasakan dibawah sana seperti ada yang bergerak. Satu tangan dosennya sudah ingin membuka pakaian miliknya, tetapi pintu kamarnya terbuka lebar.

"Apa yang sedang kalian lakukan di kamar?" tegur Candra melihat anaknya dan calon menantunya sedang berduaan di dalam kamarnya.

"Daddy, mamih." Dara terkejut melihat kedua orang tuanya masuk ke dalam kamarnya. Dirinya segera turun dari tubuh dosennya, sedangkan dosennya kembali merapikan pakaiannya.

"Maaf Om, Tante. Saya nggak sengaja," ujar Rafka hanya bisa meminta maaf dengan kedua mertuanya.

"Ini semua salah paham Dad, aku bisa jelaskan semuanya." Dara mencoba menjelaskan kepada orang tuanya, kalau ini semua hanyalah salah paham.

"Semuanya sudah jelas, kalian harus dinikahkan sekarang juga agar tidak terjadi fitnah." Candra ingin mereka berdua menikah saat ini juga, agar tidak terjadi fitnah di antara mereka berdua.

"Jangan Dad, aku mohon. Aku nggak mau nikah sama dia," mohon Dara memohon kepada Daddynya untuk tidak menikahkan dirinya dengan dosen ngeselin ini.

"Daddy kecewa sama kamu Dar, Daddy mau kamu menikah dengan Rafka." Candra memang kecewa sekali dengan anak perempuannya saja ini, dirinya hanya ingin lelaki itu bertanggung jawab atas perbuatannya.

"Om, saya bisa jelaskan semuanya." Rafka mencoba untuk menjelaskan semuanya, agar kedua mertuanya pun tidak marah dengan kekasihnya.

"Om sudah tahu, kamu juga nggak bisa menahan diri terus. Kamu ingin segera menikah dengan Dara 'kan?" pikir Candra berpikir kalau lelaki itu memang tidak bisa menahan hawa nafsunya. Lebih baik mereka berdua segera dinikahkan saja.

"Em, iya Om." Rafka hanya menganggukkan kepalanya, memang benar yang dikatakan mertuanya. Dirinya memang tidak bisa menahan hawa nafsunya saat berdekatan dengan kekasihnya.

"Om, akan telpon orang tua kamu untuk menikahkan kamu dengan Dara sekarang. Ayo ikut Om keluar," ucap Candra bahwa dirinya akan menghubungi kedua orang tua dari menantunya untuk mempercepat pernikahannya.

"Pagi ini sial banget, kenapa gue harus nikah sama dosen killer. Gue nggak mau jadi istrinya," batin Dara mengepalkan tangannya, rasanya ingin sekali memukuli dosennya yang sudah membuat hidupnya menjadi sial sekali.

"Mamih aku nggak mau nikah sama dia," protes Dara mengadu kepada maminya kalau dirinya tak ingin menikah dengan dosennya itu.

"Kamu harus nurut sama Daddy kamu, ini semua juga kebaikan kamu. Mamih nggak mau terjadi sesuatu dengan kamu, kalau kamu menikah dengan Rafka. Mamih jadi tenang, karena dia sudah tanggung jawab dengan kamu." Calista menjelaskan kepada anaknya untuk menuruti keinginan papahnya. Dirinya hanya bisa percaya dengan menantunya saja, jika menantunya itu adalah suami pilihan yang baik menurut dirinya.

"Aku ini belum melakukan itu Mih, ini semua cuma salah paham aja." Dara sama sekali belum melakukan hubungan dengan dosennya sendiri, ini semua hanyalah salah paham saja.

"Iya mamih ngerti, udah ya sekarang mamih dandanin kamu menjadi cantik." Calista mengerti dengan ucapan anaknya, tidak ada salahnya anaknya itu untuk mencoba menikah dengan menantunya dulu.

"Daddy, aku mau protes. Kenapa Daddy malah nikahin lelaki itu dengan Dara? Lelaki itu nggak benar Dad," protes Zaky melihat Daddynya sedang berada di ruang keluarga, dirinya ingin protes tentang masalah adiknya itu.

"Jaga bicara kamu, Rafka itu lelaki yang baik. Kamu nggak usah ikut campur urusan Dara lagi, kamu itu sudah menikah dan punya anak. Lebih baik kamu fokus dengan keluarga kamu," tegas Daddy Dara tak suka mendengar ucapan anaknya yang sudah menjelekkan calon menantunya. Dirinya tak ingin anak lelakinya itu ikut campur urusan anak perempuannya lagi. Kemudian pergi ke ruang keluarga untuk menyiapkan acara pernikahan anaknya.

"Sial! Kenapa Dara harus menikah dengan lelaki itu, ini semua nggak boleh terjadi. Dara hanya milik aku bukan lelaki itu," gumam Zaky Mengacak-acak rambut miliknya, tak ingin membiarkan adiknya itu menikah dengan lelaki itu. Adiknya hanya boleh dimilik oleh dirinya saja.

"Jangan cari masalah dipernikahan adik kamu Mas, nanti orang tua kamu akan marah sama kamu. Lebih baik kamu ikhlaskan saja adik kamu hidup bersama lelaki lain," ujar Mira mengingatkan suaminya untuk tidak mencari masalah. Dirinya hanya takut suaminya malah menghancurkan acara pernikahan adik iparnya itu.

"Kamu tidak akan tahu, bagaimana rasanya melihat orang yang saya cintai menikah dengan lelaki lain." Zaky berpikir kalau istrinya itu tidak akan pernah tahu, bagaimana perasaan dirinya saat melihat wanita yang dicintainya menikah dengan lelaki lain.

"Aku mengerti Mas, perasaan aku juga sakit ketika kamu mencintai perempuan lain." Mira mengerti ucapan suaminya, bukan hanya suaminya saja yang sakit hati. Tetapi, perasaan dirinya pun juga sakit saat suaminya mencintai adiknya sendiri.

my lecturer my husbandWhere stories live. Discover now