Mengungkapkan perasaannya

2.7K 121 4
                                    

Rafka memasuki kelasnya, wajah dingin dan datarnya membuat kelas menjadi tenang entah takut atau memang terpesona dengannya. Jangan lupakan Rafka termasuk dosen killer dikampus.

"Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh." Suara tegas itu membuat semua kelas menjadi tegang.

"Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh" sorak anak-anak.

Rafka menatap bangku pojok terlihat Dara yang sedang menatapnya, Rafka pun mengalihkan pandangannya ia masih kesel dengan Dara karena menurutnya Dara lebih membela abangnya dibandingkan calon suaminya.

"pelajaran hari ini kerjakan halaman 89-108."

"Biasanya kan Pak Rafka selalu kasih teori dulu kan?" Bisik Rasya pada teman-temannya.

"Iya, aneh yah mungkin Pak Rafka lagi nggak mood kali yah."

"Dar, kok Pak Rafka tiba-tiba ngasih soal aja tanpa contoh teorinya." Tanya Risa pada Dara yang duduk disebelahnya.

"Nggak tahu gue juga" Dara mengedipkan kedua bahunya.

"Loh, masa lu nggak tahu sih. Dari kemarin kan Pak Rafka selalu bareng Mulu sama lu." Risa heran kok Dara sampai tidak tahu padahal mereka berdua selalu bareng.

"Yah mana gue tahu, nggak selamanya gue tahu tentang dia." jelas Dara.

"Iya juga sih."

"Kalian berdua yang dipojok silahkan keluar saya tidak suka jika ada yang mengobrol dikelas ini." Rafka menatap tajam ke arah kedua perempuan mahasiswi yang berada dibelakang pojok, Dara terkejut mendengar suara dosennya.

"Lu sih ngajak gue ngobrol." gerutu Dara sedikit kezel karena Risa mengajak ngobrol dikelasnya.

"Yah gue kan nggak tahu Dar."

"kamu mau keluar sendiri atau saya seret keluar." ancam Rafka mendekati Dara tapi mengapa dirinya saja yang disuruh keluar, sedangkan Risa tidak boleh keluar dari kelas ini.

"Maaf Pak." Dara melewati Dosennya kemudian keluar dari kelas ini.

"Kezel banget sih, nyuruh gue keluar tapi Risa nggak keluar juga padahal kan yang ngajak ngobrol itu si Risa." gerutu Dara menghentakkan kedua kakinya di lantai.

"Kezel kenapa sih?" ada seseorang lelaki mendekati dirinya sambil menyentuh bahunya.

"Loh, kok lu ada disini sih?" Dara terkejut melihat ke belakang ada Sahabatnya waktu kecil berada di kampus yang sama.

"Kamu kaget yah."

"Gimana nggak kaget tiba-tiba lu ada dibelakang gue loh." Dara tertawa terbahak-bahak mendengar suara sahabatnya.

"Aku pindah ke kampus ini Dar."

"Kenapa pindah?" Tanya Dara

"Karena aku pengen lebih dekat sama kamu lagi." Jawab Adit dengan senyuman manisnya.

"Wahahha bercanda Mulu lu dit." Dara pikir itu hanya bercanda saja.

"Aku serius." Adit pikir ini tuh bukan bercandaan tapi memang dirinya ingin lebih dekat lagi dengan sahabat kecilnya.

"Iya deh." Tanpa mereka sadari ada seseorang lelaki yang sedang memperhatikan mereka berdua yaitu dosennya kalian pasti tau lah siapa dosen itu? Lelaki itu mengepalkan kedua tangannya menahan emosi.

"Kabar keluarga mu gimana dar."

"Alhamdulillah keluarga gue baik, biasalah paling gue masih sering ribut sama Abang gue."

"Itu mah kamu udah biasa berantem sama abangmu itu." Mereka berdua tertawa terbahak-bahak, sedangkan Revan sedang menahan emosinya ia tidak suka jika wanita yang dicintainya dekat dengan lelaki lain.

my lecturer my husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang