32

924 43 12
                                    

Salam sehat

Laki-laki juga manusia, dia juga bisa terluka bahkan setelah mereka bilang semua baik-baik saja.

_______________

Gadis itu menggeliat kala tidurnya terganggu oleh seseorang. Ia mengucek matanya beberapa kali untuk menetralkan penglihatannya.

"Eung? Lo ngapain di kamar gue?" tanya Mira dengan suara serak khas bangun tidur.

"Ngapain lagi? Gue mau ambil baju lo buat dicuci." jelas Sena sembari menghampiri tumpukan baju yang berada di kursi kerjanya. Mendengar itu, Mira langsung membola.

"Sial .. disana ada pakaian dalem gue juga." cicitnya yang langsung meloncat dari ranjangnya menghadang Sena.

"Jangan! B-biar gue aja." ucapnya serasa tertawa canggung.

"Kenapa? Lo mau buat menara dari baju kotor lo? Udah .. biar gue cuci sekalian." saat hendak menerobos, Mira kembali menghali Sena. Ia menatap sang empu seraya menggeleng pelan.

"Aishh! serah lo dah .. gue mau prepare buat balik ke apart gue." ucap Sena.

"Hah? Lo mau balik?" tanya Mira yang ngikut di belakang lelaki itu.

"Cepet banget."

"Gue lihat Ayah udah mendingan, tinggal kontrol berkala aja .. gue juga harus balik ke singgasana gue, kan?" ucapnya sembari berjalan ke dapur. 

Mira melihat semua sudah rapi, dan bahkan terdapat makanan di atas meja makan itu.

"Gue gimana? Gue baru aja ngerasain figur kakak dari lo .. tapi lo udah mau pergi aja." Ucap Mira sembari mengerucutkan bibirnya.

"Lo bisa ke apart gue kapan pun lo mau .. gue juga bakal sering jenguk lo sama Ayah." Jelas Sena.

"Mir," panggil lelaki itu.

"Hm?" dehem Mira.

"Cuci muka lo, sembab banget." ah benar, kemarin Mira habis menangis.

_____________________

Bugh!

Bugh!

Suara samsak itu terdengar nyaring diruangan hening ini. Keringat yang bercucuran dengan bekas luka yang sudah diobati. Lelaki itu masih fokus pada samsak didepannya. Hingga suara lembut itu menghentikan aktivitasnya.

"Mas,"

Seketika Faro terdiam menatap samsak didepannya. Suara yang tak asing baginya.

Derap langkah perlahan mendekat kearahnya. Faro merasakan seseorang memeluknya dari belakang. Jantungnya berdegup dengan kencang, nafasnya memburu. Bukan karena takut, melainkan rasa rindu yang terkubur lama kini bangkit kembali.

Tak terasa Faro meneteskan air matanya, dia berbalik badan dan melihat siapa disana. Benar saja, senyum yang selama ini ia rindukan. Faro tersenyum.

"Lin?" gumamnya dengan suara bergetar.

Bukannya menjawab, ia malah memeluk Faro. Antara percaya atau tidak, pelukan itu terasa nyata bagi Faro saat itu.

a NEW SHEET for the COLD CEO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang