04

2.8K 131 14
                                    

Typo merata ⚠

_______________

Faro membawa Galan ke ruang pribadinya. Faro mendudukkan bocah itu di meja tempat ia biasa bekerja. Faro mengusap wajah anaknya yang dipenuhi keringat itu.

Faro menatap tajam bocah didepannya ini, bukannya takut, Galan malah menunjukkan senyum jahilnya. Faro yang melihat putranya tersenyum padanya, langsung mengurungkan niat untuk memarahi sang empu.

"Galan kenapa tadi lari?" tanya Faro. Galan mengeluarkan kertas yang bertuliskan, "Galan bosan, Galan ingin bermain." Faro menghela nafasnya pasrah.

"Galan tau kan tadi itu bahaya? Gimana kalau gak ada yang nyelametin kamu waktu itu? Galan mau Papa sedih lagi?" bocah itu menggeleng lucu, Galan memeluk tubuh ayahnya.

Akh! Faro tak tau kenapa putranya begitu menggemaskan. Walau kondisi Galan yang enggan berbicara, Faro cukup bersyukur memiliki anak yang pintar seperti bocah ini. Bagaimana tidak, di usianya yang sekarang, dia mampu membaca dan berhitung layaknya anak berusia enam tahun. Bahkan Galan tergolong dewasa dari teman seusianya.

____________________

"Gimana kabar lo?" tanya Dion.

"Seperti yang lo liat sekarang," ujar Faro

Dion mengunjungi Faro setelah sekian lama mereka tidak bisa berkumpul lagi karena sebagian dari mereka memiliki kehidupan dan karir masing-masing.

"Kondisi Galan masih sama?" Faro mengangguk menanggapi pertanyaan Dion, keduanya saling menghela nafas pasrah.

"Ah gue tau! Tante gue kebetulan seorang psikolog anak, dia juga punya klinik anak. Jaraknya juga gak jauh dari sini, lo bisa bawa Galan buat coba terapi di sana. Gue jamin dia bisa sembuh seiring berjalannya waktu." ucap Dion. Faro sedikit menimang-nimang penawaran sahabatnya itu.

"Kalau lo mau, gue bakal bilang ke Tante gue,"

"Boleh deh."

___________________

Faro menggendong Galan dengan dikawal kedua bodyguardnya, juga Dion yang berjalan disampingnya. Setelah percakapan mereka tadi dion langsung menelpon tantenya yang kebetulan seorang psikolog sekaligus pemilik klinik itu.

"Kami ingin bertemu dengan dokter Yumna,"

"Apa sebelumnya sudah buat janji?" tanya sang resepsionis. Dion mengangguk sebagai jawaban. Mereka diantar menuju ruang kerja dokter Yumna.

"Siang pak Faro." sapa hangat dokter Yumna ketika mengetahui kedatangan Faro.

"Ada yang perlu saya bantu?" tanya Yumna, Dion selaku keponakan Yumna membantu menjelaskan tentang keadaan Galan. Raut Yumna yang tadinya tersenyum kini berubah menjadi muram, dirinya merasa prihatin tentang hal ini.

"Tenang pak, kami akan berusaha semampu kami untuk mambantu kesembuhan putra Bapak." setelah berbincang beberapa saat, Faro sepakat untuk melakukan terapi pada Galan.

Faro mengantar Galan ke tempat di mana banyak anak seusia nya sedang bermain. mereka juga mengalami hal yang hampir sama dengan Galan. Mereka dilatih untuk bisa berinteraksi melawan ketakutan yang ada dalam diri mereka.

Melihat itu, Galan menatap sang ayah. Kemudian menggeleng sembari menampakkan raut kesal. Dirinya enggan berada ditempat ini.

"Eh ada temen baru, ayo ajak dia main bareng!" ucap suster yang menjadi pendamping mereka. Beberapa anak itu menghampiri Galan. Galan yang sejatinya sangat tidak suka berinteraksi dengan orang asing menggeleng kuat seraya memeluk Faro enggan turun dari gendongannya.

a NEW SHEET for the COLD CEO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang