57

727 30 18
                                    

Typo guys🥺

_____________________

Flashback on

Hari itu, langit Jakarta terpantau mendung. Semua orang yang berkativitas di luar rumah mulai membuka payungnya untuk menghalau gerimis yang akan membasahi tubuh mereka.

Dalam ruang tamu itu, duduk Riko dan Antonio dengan dua gelas teh didepan mereka. Antonio menyeruput teh buatan Linda sebelum mengatakan hal pada besannya ini.

"Ada perlu apa kau datang kesini?" tanya Riko yang lekat memperhatikan pria didepannya itu.

Antonio tersenyum simpul kemudian berkata, "Akhir-akhir ini, banyak masalah yang terjadi dalam pernikahan anak-anak kita .."

"... Aku hanya kasian pada Aylin yang harus menerima itu semua," jelas sang empu.

"Maksudmu?" Riko balik bertanya karena sama sekali tak mengerti maksud Antonio.

"Aku ingin mereka berpisah saja," ungkap nya membuat Riko seketika naik darah.

"Pisah?! .."

Linda yang kala itu baru keluar dari dalam, ikut penasaran apa yang sebenarnya dibahas oleh dua pria paruh baya itu.

"Apa kau Gila?! .. putriku sedang mengandung cucu kita, tapi kau meminta mereka agar berpisah?!" ucap Riko berapi-api.

"Mas .. kenapa?" tanya Linda yang sama sekali tak digubris oleh suaminya itu.

"Berapa yang kau butuhkan?" tanya Riko yang kini menurunkan nada bicaranya.

"Tidak banyak ... Hanya untuk mengembangkan cabang baru," jelas Antonio diiringi dengan senyum kemenangan.

Riko meminta anak buahnya untuk mengambilkan cek dan menuliskan nominal pada cek itu.

"Cukup?" Antonio memandang puas pada sang empu.

"Aku selalu mempertahankan orang-orang yang berpengaruh .. selebihnya aku tidak peduli, terimakasih, aku akan menarik ucapanku tadi" ungkap Antonio kemudian pamit pergi.

Riko pada saat itu hanya bisa memijat pangkal hidungnya pelan.

"Sial!" Desisnya yang masih bisa didengar.

________________________

(Hari kematian Aylin)

Hari itu adalah mimpi buruk bagi Faro. Hari yang menurutnya adalah takdir, ternyata itu bagian dari rencana Antonio untuk menyingkirkan Aylin dari kehidupannya. 

Konsepnya adalah Faro menjadi alat tukar demi kemajuan perusahaan Danendra. Sungguh manusia tak berakal.

"Antonio sengaja membuat tragedi itu terlihat seperti ketidaksengajaan .."

"... Padahal dia sudah merencanakan semuanya tidak peduli berapa banyak orang yang terkorbankan didalamnya," ujar Riko dengan mata sembab saat mengingat mendiang putrinya.

a NEW SHEET for the COLD CEO (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora