27

923 46 1
                                    

Typo di lapak ini sudah mendarah daging⚠️

________________

Flashback on

Mobil Raka terhenti karena lampu merah. Sang empu menatap Mira lekat.

"Saya butuh bantuan mu, semua ini hanya sampai kakek saya sembuh dari sakitnya" ujar Raka. Mira hanya diam, tak membalas apapun.

Flashback off

Gadis itu setia menatap kosong kedepan. Hal rumit apa yang akan ia hadapi selanjutnya. Gadis itu menghela nafas panjang, kemudian kembali mengedarkan netranya pada suasana luar jendela yang sedang gerimis.

Dalam hati mungil Mira, dirinya tak ingin menambah sandiwara lagi. Raka belum mengetahui siapa dirinya sebenarnya, dan kini dirinya harus bersandiwara untuk kakek Raka. Sungguh ini adalah hal paling kejam yang pernah gadis itu lakukan.

Hanya demi seratus juta, gadis itu tega mempermainkan hati banyak orang. Ia tak bisa membayangkan bagaimana jika orang-orang menyadari dirinya bukan Yara.

Ditengah lamunan itu, ponsel yang sedang di charge berbunyi. Seketika atensi Mira tertuju penuh pada benda pipih itu.

Mira bangkit dan menghampiri ponselnya, ia melihat siapa gerangan yang menelponnya malam-malam seperti ini.

*Pak NGE

Mengetahui itu telepon dari Faro, sesegera mungkin Mira mengangkatnya.

"H-halo pak?"

"....."

"Besok pak?"

"....."

"Baik pak"

Setelah itu Mira menutup teleponnya. Di sisi lain, setelah menutup telepon itu. Faro meletakkan ponsel serta kedua tangannya disaku celananya.

"Papa" panggil bocah itu dari belakang.

Faro memalingkan badannya, mendapati bocah yang mengenakan piyama itu berjalan lucu kearahnya.

"Kenapa sayang?" Tanya Faro dengan suara beratnya. Ia berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Galan. Galan tak menjawab, dirinya langsung memeluk leher ayahnya dan merebahkan kepalanya dipundak sang empu.

Melihat itu, Faro mengelus pelan punggung Galan dan membawanya ke tempat tidur.

"Galan kenapa hm? Bilang sama papa "

Bukannya menjawab, Galan malah menangis.

"Papaa .. hiks hiks" bingung harus apa, Faro hanya bisa menenangkan putranya. Tidak biasanya Galan seperti ini, namun dirinya bukan cenanyang yang bisa meramal isi pikiran orang.

"Galan .. are you okay?" Tanya Faro dengan nada rendahnya. Galan yang tetap menangis dipundak ayahnya itu menggelengkan kepalanya.

Faro langsung menggendong Galan dan hendak membawanya ke kamar Galan, namun sang empu menolak. Galan tetap tak berhenti menangis. Sampai-sampai Faro kebingungan harus apa.

a NEW SHEET for the COLD CEO (END)Where stories live. Discover now